26

2.4K 201 1
                                    

"Lo yakin mau ikut kita ke Koh sinyo?" Tanya Jonatan.

Rian yang sedang merapihkan rambutnya menoleh sesaat ke arah Jonatan. "Iya lah, udah ganteng gini."

Jonatan mendelik. "Mau nengok orang lahiran aja kaya mau kondangan"

"Biar gak keliatan banget lagi sakit."

Jonatan dan Rian kompak menoleh pada pintu saat pintu terketuk.

"Masuk aja ga dikunci!" Teriak Jonatan.

Pintu terbuka, memperlihatkan ada Kevin dan Ginting.

"Sekarang yuk? Yang lain udah nunggu di parkiran" Ajak Kevin.

Mereka berdua mengangguk, lalu jalan ke arah parkiran bersamaan.

Sesampai di parkiran sudah ada Dinda, Melin, Ihsan, dan Fajar menunggu mereka.

"Vin, gue nebeng lo ya?" Tanya Ihsan.

Kevin mengangguk. "Boleh. Ting, mau bareng gak?"

Ginting menggeleng. "Engga, Gue sama Meiwa kesananya."

"Yaudah, kita duluan ya? Kasian yang lain nungguin."

Kevin pergi terlebih dulu menggunakan mobilnya dengan Ihsan.

"Din" Melin memanggil Dinda yang sedang sibuk membenarkan rambutnya.

Dinda menoleh. "Pasti lo mau izin pengen beduaan sama Jojo."

Melin tersenyum lebar. "Hehehe, see u disana ya!"

Belum sempat Dinda menjawab, dia menyeret Jonatan untuk masuk kedalam mobilnya.

"Yaudah yuk kita berangkat Din" Ajak Rian.

"Emm, lo emang bener badannya udah enakan?" Dinda cukup ragu dengan kondisi Rian, pasalnya dia hari ini baru keluar dari ruang rawat inapnya setelah 5 hari menjalani rawat inap.

Rian tersenyum. "Percaya deh sama gue, yaudah yuk keburu macet"

Dinda mengangguk, lalu mereka berdua masuk ke mobil dan mulai pergi ke tempat tujuan mereka.

-----

Sepanjang jalan menuju Rumah sakit tempat Ci agnes, istri dari Koh Sinyo melahirkan anaknya. Dinda tak henti-hentinya menahan degub di dadanya.

Dia memiliki trauma sejak kecil untuk melihat bayi atau melihat orang yang baru melahirkan. Karena itu mengingatkannya pada Bundanya yang meninggal saat melahirkannya.

Tepukan di bahunya membuat Dinda terkejut.

"Dih ngelamun ya?"

Dinda tersenyum kaku. "Ehehe iya."

"Yaudah, ayo turun."

Menahan rasa paniknya itu muncul membuat Dinda tak sadar jika saat ini  mereka sudah sampai.

Dinda dan Rian turun dari mobil. sebelum mereka masuk, Rian mengambil dulu sebuah barang di bagasi mobilnya yang nantinya akan di hadiahkan untuk anak Koh Sinyo.

Setelah itu mereka langsung menuju kamar tempat ci Agnes berada.

Dinda merasa degub jantungnya semakin tak terkontrol saat mendekati kamar tempat ci Agnes berada.

Sesampainya di depan kamar yang dituju, Dinda refleks menahan tangan Rian yang akan membuka pintu.

"Jangan."

Rian mengernyitkan dahinya. "Ada apa?"

Matanya memanas, rasanya ia ingin menangis. Rasa traumanya terus membayanginya.

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang