24

2.4K 211 2
                                    

Hari terakhir Indonesia Masters, Indonesia bisa membawa pulang Emas melalui Kevin dan Marcus, sedangkan Apri dan Grey menjadi Runner Up.

Banyak yang sepakat, Indonesia masters kali ini dibanding yang sebelumnya banyak memakan korban yang cedera. Cedera ringan maupun yang berat seperti Carolina Marin.

Dia terpaksa harus diistirahatkan dulu hingga setahun karena harus menjalani operasi lutut.

Tapi beruntung saja Gregoria dan Rian cedera tak separah itu, hanya saja yang mereka butuhkan saat ini full bedrest kurang lebih satu minggu.

Saat ini Dinda, Ella, dan Ilham masih berada di Istora untuk membuat laporan hasil Indonesia masters.

"Tinggal di tulis tuh yang kondisi si Jorji gimana, abis itu tulis diagnosanya." Ucap Ella.

Ilham mengangguk, kemudian ia mencatat sesuai apa yang diberi tahu oleh Ella.

Sedangkan Dinda, saat ini dia sedang membereskan barangnya dan bersiap untuk pulang, karena laporannya sudah beres terlebih dulu.

"Gue balik ya?" Tanya Dinda.

"Kalau udah beres sih pulang aja, eh Gue sama Ilham kayanya gakan bisa ke pelatnas dulu deh buat kontrol si Jom, nanti tolong cek dia ya."

Dinda mengangguk. "Iya mbak, yaudah kalau gitu Gue balik dulu."

Setelah pamit Dinda langsung berjalan ke arah parkiran.

Ketika baru masuk ke dalam mobil, Dinda merasakan ponselnya bergetar, segera ia langsung mengecek ponselnya itu.

+628537876xxxx
Kalau lo masih punya muka, temuin gue di sencit sekarang.

Dinda mengernyitkan dahi, siapa yang mengiriminya ini pesan?

Ponselnya kembali bergetar, ia segera mengeceknya.

+628537876xxxx
Gue Alin.

Melihat pesan itu nafas Dinda langsung tak beraturan, ia sulit bernafas.

Tangannya mencoba meraba dashboard untuk mencari Inhaler miliknya, tapi ia tak menemukannya.

Dia segera membuka pintu mobil dan keluar, masih dengan nafas yang tak beraturan. Dia terduduk di samping mobilnya.

Dia menangis, tak kuat menahan sesak nafasnya. Pandangannya mulai kabur.

Sesaat kemudian Dinda merasa ada yang mengangkat badannya, namun ia tak bisa melihat siapa orang itu karena tak lama kemudian ia tak sadarkan diri.

Jonatan saat ini sedang berada di salah satu cafe yang berada dekat dengan Istora, dia sengaja memesan private room agar pertemuannya tak diketahui oleh orang-orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jonatan saat ini sedang berada di salah satu cafe yang berada dekat dengan Istora, dia sengaja memesan private room agar pertemuannya tak diketahui oleh orang-orang.

Setelah menunggu kurang lebih 10 menit akhirnya orang yang ditunggu datang juga.

"Sorry sorry lama tadi Gue abis nganterin dulu perlengkapan bekas pakai tadi."

Jonatan tersenyum."Gapapa, gue udah pesenin ya makanan yang tadi lo sebutin di Chat."

"Thanks Jo,"

"Urwell, langsung ke intinya aja ya, gue nemu bukti baru kemarin."

"Bukti apa lagi yang lo dapat?"

Jonatan mengeluarkan sebuah amplop dari sakunya. Dan orang itu membukanya.

"Lalu? Ini cuma foto si Dinda kan?"

"Baca tulisan dibelakangnya."

Orang itu membaca tulisan yang ada dibelakangnya, kemudian ia mengernyitkan dahinya.

"Ini Sye? Gamungkin sih."

Jonatan mengambil foto itu, lalu ia mensejajarkan dengan ponselnya. Dari ponselnya ia menunjukan foto Dinda semasa kecil.

"Dulu waktu Gue bantuin lo ngangkatin foto, gue ngeliat foto Dinda waktu kecil, hal ini yang awalnya makin bikin gue yakin kalau Sye sama Dinda itu saudaraan." Ucap Jonatan.

Orang itu menghela nafasnya. Dia dibuat bingung dengan keadaan saat ini.

"Jadi lo yakin banget kalau Dinda sama Sye itu bukan adik-kakak?" Jonatan bertanya kembali.

"Walaupun gue anak angkat tantenya dia, Gue sama sekali belum pernah ketemuan sama kakaknya dia. Karena gue di angkat sama tantenya saat Dinda baru masuk SMA."

Jonatan menunduk. "Gue gamau nantinya Jom tersakiti tentang ini, makanya Gue harus cari kebenaran ini."

Orang itu tersenyum. " Sama, Gue juga gamau Dinda tersakiti. Makanya Gue setuju ikut bantu lo cari fakta ini."

"Kalau Dinda gapunya reaksi apapun saat melihat atau mendengar tentang kakaknya, kita sih lebih gampang nyarinya." Jonatan mendengus.

"Yaudahlah, yang jelas Dinda gaboleh tau kalau kita lagi nyari tau tentang siapa dirinya."

Jonatan memegang tangan orang itu.

"Thanks ya buat bantuin terus gue."

"Gapapa Jo, ini juga demi kebaikan sahabat gue."

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang