Disconcered

466 42 4
                                    

Aku tau, seandainya tidak ada waktu untuk kembali maka aku memilih untuk pergi

(MD)

Malam begitu mulai remang memilih kepekatan, senja mengatakan selamat tingal untuk berjumpa kembali ,Tidak ada yang tahu apa yang ada difikiran Hinata, malam ini begitu membuat suasana hati Hyuga hinata sedikit gelisah ,di bawah lampu meja belajar hinata menyanga kepalanya di atas lepitan tangan, hatinya begitu galau.

Ponsel Hinata bergetar, hinata tidak dalam keadaan suasana hati yang baik untuk mengangkat, Dapat Hinata lihat Nomor baru ,sudah merejeck telfon tanpa dikenal, dan kembali bergetar kali ini lewat sambungan video calling.
Mau tidak mau Hinata mengangkat nya.

"Hinata? apa kabar? ".

Tidak diduga. Hinata syok ,dan saat itupun Airmata Hinata tumpah ruah dengan derasnya, hatinya sesak seakan Beban benar-benar menyiksanya.

"A-a-yah ".ucap hinata terbata ,ini diluar dugaan, hinata tidak bisa berkata-kata lagi. air mata hinata benar-benar jatuh menyeluruh, sunguh menyiksa, mungkin Rindu salah satu sebab pemicu gelisah malam ini.

"apa kabar Anak ayah? Baik kau nak di sanah? ".

Hinata tidak bisa berkata-kata lagi, ayah yang sudah hampir dua bulan hinata tingalkan dan tidak hinata kabari kini mengabarinya terlebih dahulu, sunguh durhaka hinata yang sudah berjanji untuk mengabari jika sudah sampai.
'Ayah, aku merindukan mu ',ingin hinata mengatakan itu tapi lidahnya terasa kelu.

"bagai mana dengan belajarmu? , betah anak ayah di sanah? Makanmu cukup, maaf ayah baru bisa mengabarimu ".ucap hiasi lemah.

Hinata hanya bisa mengeleng lemah, itu tidak benar, Hinatalah yang salah karena sudah mulai melupakan hiasi di hingar bingar perkotaan.

"t-ti-ti-dak A-ay-ah, Ma-mafkan Ak-ak-ku".

"jika ada waktu,kabari ayah, kami merindukan mu, sudah berdoa untuk ibumu ?".

Hinata ingin menjerit, Bahkan hinata tidak pernah ke kuil, memasang dupa dan foto ibunya pun hinata tidak.
Sunguh durhaka hinata,

"tak apa, jangan lupakan ibumu hinata, sempatkalan berdoa, semoga kami-sama mendoakan anak ayah yang berjuang "

Air mata hiasi jatuh juga, tak bisa dipungkiri dia sangat merindukan anaknya sabagai seorang ayah.
Anaknya akan dewasa, sedang berjuang di ibukota sanah, seharusnya hiasi tidak menangis, Takut membuat Hinata mencemaskanya, namun bagaimana lagi kerindukan orangtua kepada anaknya tidak bisa dipisahkan oleh apapun, darah lebih kental dari pada air.

"A-a-yah ?"

"ssshhut...!!, Anak ayah jangan menangis,
Dunia itu besar ,tak bisa kau gengam, tapi gengamlah pengetahuan, maka apapun akan takluk padamu ".

Sejauh mata memandang dan jarak, hiasi tetap menasihati hinata, inilah yang hinata rindukan ,terlahir sebagai anak seorang guru beladiri, tidak terlalu kaya tetapi hiasi tetap mengajarkan arti kehidupan, nasihat untuk menjadi orang yang tidak patah semangat dan tidak lemah, membuat hinata sangat menyayangi ayah dan keluarganya.

"b-baik A-a-ayah, ".cukup hinata benar-benar tidak bisa bekutik, dia merindukan ayahnya, ingin dia bercerita tapi hinata takut membuat ayahnya khawatir ,takut membuat kecewa ayahnya, hinata sedang berjuang disini.

Hyuga Hinata in proses Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang