Keterkejutan tentu saja melanda Hinata, saat ini dirinya sedang menikmati pemandangan beserta masa pemulihan yang begitu lambat, beberapa helai rambutnya juga ikut serta turun meningalkan sarangnya, namun itu hanya hal yang biasa. Yang membuatnya terkejut kali ini adalah kedatangan seseorang yang tidak terduga.
"Apa aku menganggu acara melamunmu anak manis? " .
"ap-apa, tidak " sambut Hinata terkejut.
Pria disampingnya hanya tersenyum sambik mendengus, tidak menoleh matanya hanya menatap tajam gerakan para pasien yang bermain didepan matanya, sesekali ikut meringis karena kantong infusnya yang bergoyang menarik-narik jarum dalam kulitnya.
"Paman tidak perlu bergerak, duduklah " sambut Hinata sambil bergeser " Maaf membuat anda berdiri, Dan maaf atas ketidak sopananku " ucap hinata sambil menunduk.
Pria itu menatapnya, tidak menyenangkan memang tetapi pria itu hanya sekilas memberikan senyuman " tidak masalah, aku yang mengejutkanmu dan membuamu gugup, aku hanya bosan dan ketika saat itu aku akan mengobrol dengan seseorang secara acak " .
Hinata hanya menatapnya, tanpa sadar matanya menatap lekukan kepalanya yang khas dengan tengkorak yang menonjol, kulit kepalanya begitu tipis dengan rambut yang bondol, juga tulang selangka nya yang begitu kering dan ringkih membuatnya meringis.
Tak mau berlama menatap dan menimbulkan ketidak sopanan yang kurang ajar Mereka ikut menatap kedepan sana memperhatikan para orang yang hidup dengan tawanya, pria disampingnya adalah seorang pasien yang kadang sekilas sering muncul di depan Hinata, namun, mereka tidak pernah mengobrol kecuali sekarang.
"Sepertinya kita baru berkenalan, aku berada disebelah kamarmu? Dokter kabuto baik kan? " tanyanya ,helaian nafas berat keluar dari hidung dan mulutnya " Nikmat sekali bisa duduk disini daripada di bangsal " katanya.
Kabuto adalah dokter yang juga ikut membantu penyakitnya, namun Tsunade lah yang sering turun tangan ," Yea, tuan kabuto adalah dokter yang cerdik " jawab hinata jujur.
Tiba-tiba suasan begitu hening diantara mereka.
" ini adalah terapi ke lima, tetapi masih begitu sama, lalu ada apa denganmu? Kau begitu muda, mengapa sudah duduk disini? " tanyanya lugas.
Hinata inggin terkekeh namun tidak dia lakukan, matanya makin menembus memperhatikan kedepan.
Ketika Hinata ingin menjawab pria itu sudah menyela " hahaha, baik-baiklah, seharusnya kau mulai sembuh, tetapi pria payah ini seperti menyulut luka yang lain, tidak perlu kau jawab ".
"Bukan begitu, Aku hanya bingung mengatakanya karna aku masih muda " kata hinata mulai mencairkan suasana .
"Yea, karna kau masih muda kau begitu nya harus tampil hidup, manusia memang diberikan berkah namun beberapa kali dewa juga menuntut untuk minta di kembalikan, aku hidup hampir setengah abad tetapi sepertinya dewa begitu mulai protes kali ini karna aku bersikap plin -plan, haha ".
"..."
Pria disampingnya tertawa sesekali memijat pangal hidungnya, " Kau tahu, aku begitu congkak dalam kehidupan ku sebelumnya sekarang akupun masih sama, istriku kadang sering datang menemani dan menghibur tetapi aku yang payah ini hanya berfikir dia begitu merepotkan, jadi jika kau masih diberi kehidupan maka berbuatlah baik, " katanya sambil mendesis " ah tidak, kau memang terlihat seperti gadis yang baik " pujinya sambik tertawa.
"Aku adalah gadis yang semangat, paman tahu terkadang ayah suka memarahiku ketika aku terlalu bersemangat, tapi sekarang aku hanya bisa membakar semangatku seperti asap, terlihat dan mulai mengikis hilang " .
Pria itu muali bersender pada bahu bangku taman, sesekali memijat pangkal hidung atau memeperhatikan selang infus yang mulai menarik darahnya karna terlalu sering bergerak.
"Kau harus bersyukur karna hidup begitu dicintai, jika aku diberi kesempatan aku inggin sekali berkerja dan melunasi hutangku yang memberatkan istriku, jika aku memang harus mati aku inggin meningalkan kesan jelek hahahaha , aku sudah bilang aku pria yang congkak, jika aku mati dalam kebencian itu lebih baik daripada menarik airmata istriku "
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyuga Hinata in proses
RomanceDimana aku memastikan aku tidak ingin dilihat olehmu. hanya saja jam yang berdetak,waktu yang yang berdetik, dan kita tetap saja berjumpa. kapan rasa ini hilang?, disaat kecewanya kamu padaku membuat aku menyesal untuk merindu. selamat tingal sas...