1.5

303 23 2
                                    

Mentari terlalu percaya diri mengalahkan sebuah rasa yang menghargai, hingga semua terasa lebih hangat untuk kita berdua
-jesephen & Berrenda -

1 minggu kemudian

Setelah menjalani tes dan perawatan intensif, kesehatan Hinata semakin membaik dan perkembangan mulai meningkat pada metabolisme tubuhnya walau pada dasarnya Hinata belum merasakan sesuatu penyakit yang benar-benar menyiksa selain tahapan menyiksa pada masa terapi, yuki dan tsunade bersyukur tidak ada penolakan  dari tubuh Hinata dari segala obat dan bahan kimia yang dimasukan lewat terapi, Bahkan belum ada gelaja yang signifikan namun mereka tetap waspada, karena gejala dasar penyakitnya masih sering mengintai.

"Ayahmu sudah pulang? "Tanya yuki yang menganti kantung infusnya.

"yaa, aku Memintanya beristirahat dan menjemput Hanabi nanti ".

"Aku akan kembali nanti ketika makan siangmu, jika perlu kamu hanya harus memencet bel ".

"Hmm, terimakasih atas bantuanya sampai jumpa nanti "..

"Tak perlu sungkan Hyuga-san, aku senang membantumu ".

Tatapan Hinata mengantung pada jendela didepanya yang menunjukan bingkaian betapa indahnya langit biru saat ini, dia merasa bosan,  bahkan diluarsana hanya seperti tontonan layar di jendela dengan Tirai yang menari bergelombang tertiup angin, Hinata ingin keluar.

"Anno,  Yuki-san? "

Yuki hampir saja melangkah ditelan pintu ketika Hinata memanggil nya " Ada yang bisa aku bantu sebelum pergi? ".

Hinata merasa gugup" mmmm, aku? Bisakah aku keluar nanti? Mm, m-maksudku Hanya mencari angin? ".

Mata yuki menatap Hinata sejenak, lalu berpindah kejendela yang terbuka lebar
"Yah, tapi aku harus meminta ijin dengan nona nanti " dan setelah itu pintu tertutup rapat.

Tak bisa dipungkiri, dirinya amat sangat sebal dan bosan disanah, tubuhnya dan perutnya selalu merasa diobrak - abrik dengan cairan yang begitu tak dia sukai dan jarum-jarum yang dipaksa menembus kulitnya, Bahkan Hinata bisa merasalan mulut jarum tersebut seperti memaksa masuk ke tulang nya .

Shaaaaa..

Tiupan angin panas membangkitkan Gairah nya untuk berjalan ke jendela, dengan menarik Hanger dan infusan nya dirinya seperti figura yang terlukis didepan jendela menikmati aura musim panas yang kian akan berakhir, langit dan awan, Angin dan udara, dedaunan yang jatuh menarik lubuk Hatinya untuk mengajak bernolstagia.

🎶"kau dimana? Bisakah aku menepaki jalan, Tanah yang gersang dan debu yang kian terbang berbayang tersamarkan pada bunga popy merah, Kita harus bertemu layaknya film romansa, Hei aku tidak suka ruang yang sempit, bisakah kau ambilkan gitar "🎶

Matanya mengerjap, Menanti dengan pandangan dunia yang sebatas plafon rumah dan dikejutkan akan debaran jantung yang mengila, Sudah lama kah dia tertidur, bahkan musik yang berputar tidak bisa dia tebak sudah berganti ke berapa kali nya.

"kamu baik-baik saja?, tampaknya kamu lelah? " Tanganya membelai pipi yang terpangkas rupawan dengan keringat, Menatap mata yang rupanya seperti lampu redup, " Ada apa sayang, kamu bisa ceritakan? ".

Menarik nafas kasar, Dia sadar ini bukanlah suatu yang mengembirakan namun tak penting pula " Aku Hanya bermimpi saja, jangan risaukan aku Ibu ".

Hyuga Hinata in proses Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang