F

488 77 8
                                    

Denting jarum jam menjadi satu-satunya suara di kamar yang didominasi dengan warna biru langit. Warna yang cocok untuk meningkatkan daya ingat.

Pria yang kini tengah berkutat dengan pena dan buku pelajaran yang berserakan diatas meja belajar, lengkap dengan lampu belajar yang menyorot ke arah buku pelajarannya.

"Buku catatanku dimana ya?" Gumam Taehyung.

Tangannya membuka beberapa laci yang ada di meja belajarnya. Dengan bersenandung kecil, Taehyung mulai berjalan keluar kamarnya.

Menuruni tangga sebelum mengintip kamar orang tuanya dari celah pintu kamar yang ia buka sedikit.

Taehyung tersenyum jahil sebelum berteriak. "Ibuuu!"

Sontak kedua orang tuanya menoleh ke arah ambang pintu, terlebih posisi Tuam Kim yang nyaris mencium bibir sang istri ini kembali ia urungkan dan mengambil satu langkah mundur seraya menganggaruk tengkuk lehernya.

"Kalian sedang apa huh?" Goda Taehyung sebelum terkekeh.

"Ya! Anak nakal! Kemari kau!" Ujar Tuan Kim seraya menghampiri Taehyung dan menarik telinganya pelan.

"Dengar, ini adalah bukti cinta Ayah pada ibumu." Ujar Tuan Kim seraya memukul bokong anak bungsunya.

"Ya! Kau akan mengerti jika sudah menikah." Ujar Nyonya Kim seraya mengacak rambut anak bungsunya.

"Jadi, bagaimana jika Ayah kenalkan pada anaknya teman Ayah?" Ujar Tuan Kim.

Nyonya Kim hanya tertawa puas melihat raut wajah Taehyung seraya berujar. "Teman ayah yang mana? Paman Hwang?"

"Sirreo!" Ujar Taehyung yang langsung meninggalkan kamar kedua orang tuanya.

"Jika tahu itu Jieun, dia akan senang." Bisik Tuan Kim.

Taehyung kembali melanjutkan perjalanannya hingga berhenti di depan kamar Seokjin. Menekan knop pintu sebelum memasukkan kepalanya pada celah kecil yang ia buat.

"Hyuung!" Teriak Taehyung.

"Pergi sana, Hyung sedang mempelajari resep baru." Usir Seokjin.

Taehyung yang tak mendengarkan perintah hyung pertamanya ini malah melenggang masuk ke dalam kamar yang ukurannya sedikit lebih besar dari kamarnya. Menjatuhkan dirinya diatas ranjang berukuran besar sebelum merubah posisinya menjadi tengkurap dan berujar. "Kau seorang dokter atau koki hyung?"

"Ya! Lebih baik kau belajar di kamarmu" ujar Seokjin.

"Hyung, dengarkan aku. Beberapa hari yang lalu aku bertemu Jieun." Ujar Taehyung.

Seokjin sontak memutar posisinya menghadap adik bungsunya seolah berpikir apakah adik bungsunya ini sudah mengingat sesuatu tentang masa lalunya. "Jieun siapa?"

"Jieun anaknya paman Lee." Jawab Taehyung.

Taehyung merebahkan tubuhnya dan melihat ke langit-langit. "Hyung, sebenarnya gadis bernama Jieun yang kemarin hyung bilang adalah gadis yang aku suka apakah orang yang sama dengan Jieun anaknya paman Lee?"

Seokjin menopang dagu dengan tangan kanannya. Pikirannya sedikit bimbang apakah harus menceritakan yang sebenarnya atau tidak.

"Menurutmu bagaimana?" Tanya Seokjin.

"Entahlah.. Tapi, aku mulai menyukai Jieun yang ini." Ujar Taehyung.

"Meski lupa dengan memorinya, tapi hatinya tidak pernah lupa siapa pemilik sebenarnya." Gumam Seokjin.

"Eoh? Hyung bicara apa?" Tanya Taehyung yang mulai duduk di sisi ranjang.

"Ani. Hyung sedang menghapal bumbu masakan Eropa." Ujar Seokjin asal.

Before Married (?) [DISCONTINU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang