10 Februari, Tahun 16

535 90 15
                                    

Sorak sorai serta teriakan dan berbagai ekspresi tengah terlihat di lorong lantai dasar Cheongdam Middle School. Dua hari setelah selesainya Ujian Akhir, pengumuman mengenai kelulusan pun di tempel hari ini di ujung lorong.

Air mata bahagia tak jarang keluar dari kedua kelopak mata seluruh siswa siswi untuk merayakan kelulusannya. Para orang tua yang hadirpun kian membentangkan kedua lengannya untuk membawa anak-anak mereka kedalam pelukan.

Dengan kelulusan ini, tentu anak-anak mereka sudah semakin dewasa dan berhak menentukan jalan untuk masa depannya masing-masing.

Jieun yang memeluk ibunya sejak 5 menit yang lalu masih meneruskan tangisannya. Matanya begitu sembab mengingat hanya ia dan Yoongi yang tersisa dari 5 temannya.

Sang ibu hanya mengusap kepala bagian belakang Jieun seraya merenggangkan depannya untuk melihat wajah cantik anak bungsunya yang kini penuh dengan air mata.

"Gwenchana sayang, mau mengunjungi Jian?" Ujar Nyonya Lee.

Jieun menggeleng pelan, tubuhnya kian lemas untuk sekedar menjawab pertanyaan sang ibu. Serta matanya yang dengan samar melihat Min Yoongi yang kian mendekat dengan membawa beberapa Banana Milk yang akhirnya ia ulurkan ke arah Jieun.

"Untukmu, minumlah" ujar Yoongi yang kemudian memberi hormat pada Nyonya Lee dan bergegas pergi menuju kedua orang tuanya.

Jieun hanya melihat Min Yoongi yang kian menjauh tanpa berucap. Mengamati sikap Min Yoongi yang jauh berbeda dari sebelumnya. Min Yoongi yang sudah bisa menghilangkan sedikit sikap dinginnya kini kembali dengan sikap sedingin es batu dalam kurun waktu semalam.

Jieun masih ingat betul bagaimana semalam Min Yoongi menenangkannya dengan suara yang terkesan hangat dan menenangkan yang ia dengar melalui telepon. Serta lelucon yang berhasil membuatnya tertawa sedikit terbahak sebelum memutuskan untuk menutup telepon karena sudah larut. Nyatanya kini, Min Yoongi si es batu itu kembali.

"Nanti malam keluarga paman Min akan makan malam dirumah kita sayang" ujar Nyonya Lee seraya mendorong Jieun dengan perlahan untuk masuk ke dalam mobil.

Jieun masih tak menjawab, tubuhnya hanya masuk perlahan ke dalam mobil tanpa menanggapi ucapan dari sang ibu. Serta tangannya yang dengan perlahan mengambil ponsel pada saku seragamnya.

"Eomma, ponsel milik eonni dimana?"

Suara Jieun yang tiba-tiba cukup mengejutkan Nyonya Lee yang tengah menaruh penuh perhatiannya pada jalanan seraya mengemudi hingga akhirnya berucap. "Augh, mengagetkan saja."

Nyonya Lee yang kembali menyetir seolah membagi fokusnya untuk menyetir dan mengingat ponsel milik Jian yang ia sendiri tak menyimpannya.

"Ah, Jian bilang ia berikan pada temannya. Eomma lupa, siapa namanya" ujar Nyonya Lee antusias sesaat setelah berhasil mengingat tentang ponsel Jian.

Jieun mengangguk singkat sebelum akhirnya kembali fokus memainkan ponsel miliknya. Sudut bibirnya terangkat hingga menciptakan senyuman miris setelah menemukan fotonya dan teman-temannya saat pertengahan kelas 1.

"Harusnya eonni disini. Cih, eonni bahkan tidak menepati janji untuk pergi ke Sauna denganku saat hari kelulusan" batin Jieun.

"Bibi Min hamil, Yoongi akan memiliki adik"

Suara yang menginterupsi indera pendengaran Jieun sontak membuat Jieun menoleh dan hampir menjatuhkan ponselnya sebelum berujar. "Eomma mengagetkan saja."

"Bibi Min hamil? Sejak kapan?" Tanya Jieun setelahnya.

Nyonya Lee mengangguk seraya menoleh ke arah Jieun sesaat. "Eomma berharap anaknya perempuan. Dilihat dari caranya memperlakukanmu, sepertinya Yoongi akan sangat menyayangi adik perempuannya."

Before Married (?) [DISCONTINU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang