8. White

11.8K 473 0
                                    

menatap kamar yang selama satu minggu ini kami tempati, kamar yang lagi-lagi bernuansa putih, seperti yang di inginkan Fabian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

menatap kamar yang selama satu minggu ini kami tempati, kamar yang lagi-lagi bernuansa putih, seperti yang di inginkan Fabian.

satu minggu yang lalu, begitu kami tiba di jakarta sepulang dari Singapore, Fabian langsung membawaku ke rumah ini, rumah yang hampir seluruh isinya tidak mencerminkan kepribadian Fabian yang sangat bersih dan rapi.

selama ini ku pikir dengan melihat sikap Fabian yang begitu sembarangan dan selalu terlihat semangat, bukan tidak mungkin Fabian bukanlah sosok yang rapi dan bersih, tapi begitu sampai di depan rumah yang Fabian siapkan ini, aku baru menyadari bah...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selama ini ku pikir dengan melihat sikap Fabian yang begitu sembarangan dan selalu terlihat semangat, bukan tidak mungkin Fabian bukanlah sosok yang rapi dan bersih, tapi begitu sampai di depan rumah yang Fabian siapkan ini, aku baru menyadari bahwa kepribadian Fabian justru sangat bertolak belakang dengan apa yang dia lakukan.

aku tidak mempermasalahkan itu selama satu minggu ini, tapi begitu melihat bangunan resaurant milik wanita itu aku merasa..

aku sulit berada di kamar ini lagi.

tok tok tok.

seseorang mengetuk pintu kamar, dengan berat segera ku langkahkan kaki mendekati pintu dan membukanya. di sana berdiri Sarah, asisten tumah tangga kami.

"Ibu sudah datang, saya siapkan makan malam?"

ku lirik jam yang tertempel di dinding kamar, sudah pukul setengah 8 malam, ah.. jadi sudah malam? berapa lama aku keluar hari ini?

"Siapkan saja dulu, aku akan menyusul nanti." ucapku pelan.

"Ibu ingin makan malam apa?"

sejenak aku berpikir, tapi kemudian tidak ada menu yang ku inginkan malam ini, nafsu makanku hilang.

"Siapkan saja untuk Fabian, aku belum lapar." ucapku.

"Apa ibu sedang tidak enak badan, wajah ibu pucat." tanya Sarah yang masih bertahan berdiri di hadapanku,ku raup wajahku dengan sebelah tangan, aku memang merasa lelah hari ini.

"tidak apa, hanya sedikit kelelahan, aku akan istirahat dulu, nanti kalau Fabian pulang aku akan menemaninya makan malam."

Sarah segera mengangguk dan pergi.

sepeninggal Sarah, aku segera melangkahkan kaki menuju tempat tidur, namun belum sampai disana aku malah berbelok ke arah kamar mandi.

sesuatu memaksa ingin keluar dari dalam perut, membuatku akhirnya membungkukkan tubuhku di wastafel dan mengeluarkan isi perutku disana.

2. TRUTH (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang