49. JOKE

22.2K 682 19
                                    

Fabian melangkah memasuki lobby Hotel dengan di ikuti Danny yang berjalan sedikit di belakangnya, beberapa orang pegawai hotel tampak kaget, mereka spontan berlarian menghampiri untuk memberikan hormat kepada Fabian, tak lama beberapa orang berjas tampak berlarian keluar dari sebuah lift menghampiri Fabian.

"Selamat malam Mr. Hastanta."

"Anda tidak memberi kabar bila akan datang."

Fabian mengibaskan tangan kanannya.

"Sudahlah.. jangan berlebihan." Lalu pandangan Fabian tampak mencari seseorang. "Dimana Roland?"

Tepat setelah mulut Fabian tertutup, tampak orang yang dia cari berlari menghampiri.

"Mr. Hastanta... Anda sudah tiba?"

Fabian mengangguk, lalu melangkah menuju lift di ikuti Danny dan Roland.

"Dia di kamarnya?" tanya Fabian kepada Roland, kini dengan Bahasa Indonesia.

"Sesuai dengan instruksi Bapak." Jawab Roland patuh.

Fabian mengangguk, lalu memasuki lift.

"Apakah keadaan Bapak baik-baik saja?" tanya Roland setelah mengamati keadaan Fabian yang tampak tidak seperti biasanya. "Wajah bapak terlihat pucat."

Fabian tersenyum, namun tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab.

"Dia sendiri kan?" tanya Fabian kembali setelah berada tepat di depan sebuah kamar.

"Ibu Clarissa sendiri."

Fabian menoleh kepada Danny yang sejak tadi diam.

"Kenapa dari tadi kau diam saja?"

Danny membalas tatapan Fabian, "Kau ingin aku melakukan sesuatu?"

"Katakanlah sesuatu?"

"Kalau begitu.... Jangan lakukan itu." Ucap Danny cepat.

"Aku menolak." Balas Fabian tidak kalah cepat.

"Baiklah... terserah anda Mr. Fabian Hastanta." putus Danny langsung, lalu menoleh menatap Roland di sampingnya saat pintu lift terbuka. "Baik Mr. Roland, dimana kamarku."

Fabian mendengus, menatap kepergian Danny dengan Roland meninggalkan dirinya di depan sebuah kamar, yang entah dirinya kini merasa ragu apakah harus masuk atau tidak, jika dia memilih bertahan di sini, maka akan sia-sia saja apa yang sudah di lakukannya kemarin di Indonesia, memaksa keluar dari rumah sakit dengan embel-embel obat yang tidak sedikit, juga pesan-pesan yang di sampaikan para dokter untuk luka di punggungnya yang hanya di dengar sebagian oleh Fabian karena pikirannya tertuju kepada kota ini.

Tapi bila dia masuk , setidaknya akan ada benda melayang ke kepalanya, entah itu sendok.. atau vas? Remot tv? Entahlah... hanya satu yang pasti, Fabian akan senang menerima itu karena kini dia merasa matipun ia rela untuk bisa melihat kembali wanitanya.

Fabian menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, lalu dengan yakin dia mengeluarkan sebuah kartu dari saku jas nya, untuk membuka pintu di hadapannya.

Oke baiklah... let's play.

Fabian tidak akan mengorbankan waktu terbangnya berjam-jam menuju kota ini hanya untuk berdiri menjadi patung di depan sebuah kamar hotel bukan?

000

Wanita itu terlelap di atas tempat tidur dengan mengenakan sebuah gaun cantik yang masih menempel di tubuhnya.

Gaun yang indah, pikir Fabian, jika mereka masih suami-istri entahlah apa yang akan Fabian lakukan dengan wanita nakal ini bila terlelap dalam keadaan yang cantik seperti ini.

2. TRUTH (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang