15. TEGANG

10.5K 544 2
                                    

Fabian keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada, menampilkan tubuhnya yang putih bersih, bahkan tampak semburat kemerahan di bagian dadanya, menampilkan pemandangan yang bertolak belakang dengan lekuk tubuhnya yang atletis namun kulit pria itu justru mirip kulit mulus bayi yang baru lahir.

Rambut pria itu basah, sesekali Fabian menyugar rambutnya, lalu mengibaskan nya dengan kera, agar rambutnya tidak terlalu basah.

Memandang ke seluruh menjuru kamar, dia pikir tadi mendengar suara istrinya?

Memilih untuk mengabaikan, Fabian akhirnya meraih kaos berwarna putih yang sudah di siapkan di ranjang lalu memakainya, setelah itu dia berjalan kearah nakas untuk melihat ponselnya yang tergeletak disana.

Beberapa pesan masuk, jarinya bergerak dengan cepat untuk membaca pesan yang masuk ke ponselnya.

Sudah diduganya, bahwa wanita itu akan merecokinya untuk menanyakan tentang keberadaan Arman, yang sudah dia sembunyikan di suatu tempat.

Fabian kembali bersikap acuh, bukan berarti dia tidak perduli, lebih dari apapun Fabian menyayangi wanita itu... tapi hanya sebagai seorang adik yang ingin dia lindungi, namun ketika kemudian penerimaan wanita itu berbeda, itu sudah bukan kuasanya untuk menahan perasaan apa yang telah tumbuh dalam hati wanita itu.

Fabian memilih untuk mengubungi Danny untuk menanyakan keadaan wanita itu.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Fabian dingin kepada Danny di ujung sambungan telpon.

Terdengar helaan napas Danny. "Jangan memikirkan dia, fokuslah dengan istrimu, bagaimana keadaannya?"

Kening Fabian berkerut, tetap menyimak apa yang di sampaikan Danny.

"Dia baru saja menelponmu untuk menanyakan Arman, tapi..... sepertinya istrimu yang mengangkat, bagaimana...."

Fabian tidak bisa mendengar kelanjutan kalimat Danny, yang ada di kepalanya hanyalah Clarissa, bagaimana mungkin Clarissa...

Fabian melempar ponselnya ke sembarang tempat dan segera berlari keluar dari kamarnya, mencari sosok istrinya yang entah seperti apa jalan pikirannya saat ini.

"Dimana istriku?" Tanya Fabian ketika dia akhirnya berhasil menuruni tangga dan bertemu dengan salah seorang pelayan rumahnya.

Pelayam wanita itu menunduk sekilas, lalu menunjuk kearah dapur.

"Ibu di ruang makan."

Fabian langsung melejit, napasnya bahkan memburu hanya karena berlari menuju ruang makan.

Langkah kaki Fabian memelan, lalu terhenti tepat tidak jauh dari ruang makan.

Disana, tampak Clarissa tengah duduk di salah satu bangku dengan segelas susu berwarna putih dalam genggamannya, berbincang dengan Sarah, sesekali tersenyum, bahkan ter...tawa?? Apa benar yang di ucapkan Dannh tadi? Jika memang wanita itu sudah bicara dengan Clarissa, tidak mungkjn Clarissa setenang ini?
Bukan seperti Clarissa yang di ketahuinya.

Suara obrolan itu terhenti saat Sarah melihat sosok Fabian berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada, Fabian mendekat.

"Permisi pak."

Fabian mengangguk ketika dilihatnya Sarah menunduk dan pergi meninggalkannya berdua denga Clarissa.

Tanpa kata, Clarissa bangkit dari duduknya dan tersenyum, jenis senyuman yang berbeda, wanita ini berusaha menyembunyikan keadaannya.

Clarissa kembali mendudukan tubuhnya di salah satu bangku, meraih piring dihadapan Fabian dan mengisinya dengan nasi beberapa lauk kesukaan suaminya itu.

Fabian menghela napas ketika satu porsi makan malam terhidang di hadapannya, namun dia tidak segera memakannya, dia jutru memilih brrsandar dan sibuk memandangi Clarissa yang kini tengah berusaha menghabiskan susu hamilnya.

"Bagaimana kandunganmu?"

Clarissa menandaskan isi gelas yang kini dia pegang, tangannya terangkat untuk mengusap sudut bibirnya.

"Baik."

Mendengar jawaban singkat Clarissa, Fabian akhirnya memutuskan untuk percaya dengan apa yang di ucapkan Danny tadi.

Fabian memperhatikan Clarissa, "Apa tadi..."

"Siapa Kirana?"

JEDEEEEEERRRRRRRR....!!!!!!!!!!
(bayangin ada suara petir menyambar, kayak di sinetron-sinetron ituuuu..)













Fabian membeku di tempat nya berada, Clarissa memang seperti ini.

Hilang sudah selera makannya, Fabian akhirnya memilih untuk menghela napas, beranjak dari duduknya dan melangkah keluar, sesaat dia menatap Clarissa yang masih duduk terdiam.

"Kita perlu bicara."

👣👣👣

Oke baiklah, saya mengantuk.

Ini sudah jam 00:30, jika menurut kepada benda berkedip di tangan saya.

Kehilangan inspirasi selama beberapa hari karena kegiatan saya yang mulai gila-gilaan di kantor.

Semoga besok pagi mendapatkan inspirasi untuk apa yanv akan terjadi dengan rumah tangga Fabian dan Clarissa.

Mata saya sudah sireeeppppp

Terimakasih untuk perhatiannya.

Selamat malam.
Mimpi indaaahhhh.....

15 Maret 2019.
00.30

2. TRUTH (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang