14. TRUTH

11.7K 537 1
                                    

"Ingin saya buatkan sesuatu untuk makan bu?" Tanya Sarah ketika masih saja mendapati majikannya terus duduk termenung sejak pagi hingga petang sore menjelang.

"Nanti saja Sarah, aku masih menunggu Fabian." Jawab Clarissa, tatapannya sesekali tertuju kearah pintu gerbang, berharap mobil suaminya akan muncul disana.

"Ingan kandungan bu, sejak pagi ibu hanya minum susu dan roti saja, saya takut nanti bapak pulang...."

"Aku akan makan setelah Fabian datang, jadi kamu tenang saja." Balas Clarissa seraya tersenyum untuk menenangkan asisten rumah tangganya ini.

Sarah mengangguk, sejujurnya dia sangat mengkhawatirkan majikannya ini, sejak pagi hanya melamun saja.

"Bagaimana dengan Danny? Apa ibu sudah menghubunginya?"

Clarissa mengangguk, ingat dia sempat menghubungi asisten suaminya itu untuk menanyakan kabar Fabian, dan pria itu mengatakan Fabian sedang berada di kantor dan tidak bisa di ganggu karena ada beberapa masalah.

Sebab itulah akhirnya Clarissa tadi bisa sedikit merasa lapar dan memilih untuk meminum susu dan memakan sandwich yang dibuat Sarah untuknya.

"Fabian akan pulang hari ini."

Mendengar itu, Sarah tersenyum.
"Kalau begitu saya akan menyiapkan makan malam."

"Aku akan membantu."

"Eh.. tidak usah bu.. ibu istirahat saja."

Clarissa menggeleng. "Aku akan membantu sebisaku, kau tenang saja Sarah."

👠👠👠

Fabian menatap layar ponselnya dengan pandangan nanar, sejak semalam Fabian memang sengaja mematikan ponselnya agar fokus dengan penanganan Arman, tapi kini kemudian dia merasa gelisah memikirkan tentang istrinya dirumah, pasti Clarissa sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Dia baik-baik saja?"

Danny mengangguk. "Keadaan ibu baik-baik saja."

Fabian berdeham, "Kita sedang tidak berada di kantor, jadi bersikaplah santai."

"Maaf." Danny merubah sikapnya.

"Aku tidak ingin dia khawatir, dia sedang hamil dan aku belum berani mengungkapkan tentang Arman."

Ya.. Fabian menyadari itu, salah satu alasan mengapa dia masih sulit mengungkapkan tentang keberadaan Arman adalah sikap Clarissa, perempuan itu terkadang masih sering bersikap kekanakan, membawa Arman menghadap Clarissa hanya akan membuat istrinya itu panik dan keadaan tidak stabil.

Clarissa adalah jenis perempuan yang berpikir singkat akan suatu hal.

Fabian takut dengan sikap Clarissa, wanita itu tidak akan bisa menerima keberadaan Arman sebagai putranya.

"Lalu bagaimana sekarang?"

Fabian menatap Arman yang kini tertidur lelap di ranjangnya, anak kecil itu barusaja berceloteh riang dengan Fabian.

Fabian sungguh mencintai Arman.

"Bagaimana maksudmu?" Tanya Fabian kembali.

"Kau tidak mungkin membawa Arman kepada istrimu, tapi juga tidak mungkin mengembalikan Arman kepada...."

"Aku sudah memikirkannya." Potong Fabian. " untuk sementara dia akan tinggal di apartement ku, pengasuh Arman akan ikut."

"Apartement?"

Fabian mengangguk.

"Bagaimana jika Darka melihat? Bukankah unit Darka ada di lantai yang sama dengan mu?"

2. TRUTH (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang