29. RAHASIA DARI RAHASIA

10.4K 509 6
                                    

CLARISSA :

Terbangun dari tidur lelapnya, Clarissa memandang ruangan yang kini ia tempati, memang bukan seperti tempat tidur di rumah sakit seperti pada umumnya karena rumah sakit ini adalah miik salah satu keluarga Fabian, Clarissa di tempatkan di salah satu ruangan yang bisa di sebut VVVIP karena bahkan di ruangan ini terlalu luas untuk di tempati hanya untuk 1 tempat tidur dengan segala fasilitas yang ada.

Tak perduli seberapa mewah tempat yang ia tempati saat ini, hati Clarissa masih terus terasa teriris, tentu saja siapa yang tidak akan terpuruk jika kehilangan anak yang bahkan masih berada di dalam perut ibunya, yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi bagi seorang anak selama tumbuh, justru membuat nyawa itu menghilang karena ketidak mampuan ibunya untuk menjaga.

Clarissa kembali menunduk dan menangis. Dia tidak pernah selemah ini sebelumnya. Malam tadi Clarisssa tersadar, dengan tubuh penuh lebam di wajah, tangan, lengan, pundak bahkan kaki kanannya terasa sakit, namun ada yang paling sakit, yaitu di bagian perut bawahnya.

Feeling nya mengatakan sudah terjadi sesuatu dengan kandungannya, dan dia langsung mendapat jawabannya tadi malam saat Fabian mengatakan dia telah keguguran.

Seseorang masuk ke ruangan Clarissa dan segera mendekat saat melihat Clarissa sudah bangun.

"Ada apa bu?" Tanya Sarah panik karena melihat Clarissa kembali menangis.

Clarissa mengerjab, berusaha menghentikan aliran air mata yang terus mengucur, dia menatap Sarah sayu.

"Kau disini? Bagaimana dengan Arman?" Tanya Clarissa saat melihat

Sarah mencoba menenagkan Clarissa, "Ibu tidak usah cemas, Tadi Arman di bawa bapak pulang bu, kasian dia kelelahan."

Clarissa menghela napas, "Dia baik-baik saja kan?"

Sarah mengangguk.

Kembali Clarissa termenung, lalu pandangannya kembali meneliti seluruh ruangan, bahkan tidak ada satupun keluarga yang datang kesini, apa Fabian menyembunyikan perihal kejadian ini?

"Sarah.." panggil Clarissa kembali, "Tolong ponsel ku."

Sarah segera mengangguk dan meraih ponsel Clarissa yang tergeletak di meja sampingnya lalu menyerahkannya kepada Clarissa. "Ibu ingin menghubungi seseorang?"

"Vanessa, aku akan meminta dia untuk melihat keadaan Arman."

"Oh..Ibu Vanessa semalaman menjaga ibu disini, baru subuh tadi pulang."

Kening Clarissa berkerut, "Vanessa disini?"

Sarah mengangguk, "Tadi malam yang menemani ibu ada Bapak, Ibu Vanessa, dan Pak Darka, sebelumnya ada ibu Raisa dan Raka disini, mereka pulang malam tadi di jemput pak Rio, lalu ada nyonya besar dan Bapak.."

"Mama dan Papa Fabian?" potong Clarissa kaget.

Kembali Sarah menganguk.

"Mereka semua terlihat khawatir dengan ibu tapi..... sepertinya Pak Fabian berkelahi dengan ayahnya, soalnya kemarin saat saya kembali tingkah pak Fabian jadi aneh bu."

Clarissa terdiam, wajar jika kedua orang tua Fabian marah karena baru satu hari mereka memutuskan untuk pulang, malah sudah kejadian hal seperti ini.

"Kamu... tidak mengatakan apapun kan?"

Sarah mengerjab, dia menatap Clarissa takut, namun berusaha tenang.

"Tidak bu."

Clarissa mengangguk, ada kelegaan hadir di dalam hatinya, untung Arman baik-baik saja, Clarissa tidak bisa membayangkan bila saat itu Arman tidak selamat, Fabian pasti akan sangat marah padanya, namun kini justri Clarissa lah yang harus kehilangan anak di dalam kandungannya.

2. TRUTH (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang