16. PERTENGKARAN

13.4K 903 19
                                    

Clarissa:

Akhirnya Clarissa menghela napas dan memilih menuruti permintaan Fabian untuk berbicara, melangkah menyusul Fabian yang kini sudah duduk di sofa panjang berwarna putih yang berada tidak jauh di depan pintu kamar kami.

Fabian tampak duduk bersedekap menunggu hingga Clarissa tiba.

Carissa ingin melihat seberapa besar Fabian mampu membela wanita itu di hadapannya, mengingat tadi malam suaminya sampai tidak pulang dan berani bertahan untuk menyembunyikan keberadaan wanita lain dalam rumah tangga mereka.

Melangkah mantap untuk mendekat, Clarissa memilih duduk di sofa yang lain, tepat berhadapan dengan Fabian, melakukan hal yang sama yaitu duduk tenang dan bersedekap.

"Sejak kapan?" Tanya Fabian langsung.

Clarissa mengangkat sebelas alisnya, tidak mengerti arah pembicaraan Fabian yang begitu tiba-tiba.

Sejak kapan apa?

Fabian kembali menghela napas, mencoba bersabar dengan sikap Clarissa yang tampak berubah menjadi sesulit ini.

"Sejak kapan kamu tahu?" Lanjut Fabian.
Sudah kepalang basah, jika malam ini Clarissa ingin mencecar Fabian, maka setidaknya pria itu harus menyiapkan jawaban yang tepat agar tidak menyakiti Clarissa.






"Jadi benar?"
Ucap Clarissa pelan di sertai dengusan yang terdengar jelas di telinga Fabian.

Clarissa tahu benar Fabian tidak menyukai nada sinis yang Clarissa lontarkan kepadanya.
Akan menyulut emosi yang sejak kemarin dia tahan, atas segala masalah yang dia dapatkan selama beberapa hari ini kepada suaminya.

Fabian kesal, dia lalu beranjak berdiri untuk mendekat kepada Clarissa, "Aku hanya ingin mencari waktu yang tepat untuk....."

"Sampai kapan?" Potong Clarissa tidak cepat, bahkan hampir berteriak. "Sampai kamu ingat bahwa kamu juga sebentar lagi akan memiliki anak dariku?"

Fabian tergelak, dia lupa bahwa Clarissa adalah wanita yang tidak pernah mau kalah dalam berbicara.

"Kamu kira aku tidak memikirkan kehamilanmu?"

Clarissa terdiam, enggan untuk menanggapi emosi Fabian yang meluap-luap hanya karena membicarakan tentang wanita lain di rumah tangga ini.

"Aku juga memikirkan kalian!!!"

Clarissa menoleh mendengar suara Fabian yang meninggi.

"Sejauh yang aku ingat kamu bahkan baru tadi menanyakan tentang keadaanku."

Fabian mencoba menarik napas untuk menenangkan pikirannya, dia tidak ingin sampai hilang kendali dan justru akan menyakiti Clarissa yang tengah hamil.

"Cukup Clarisssa, aku lelah, jangan memancing keributan."

"Aku tidak memancing keributan, kamu yang tadi ingin kita membahas tentang ini." bela Clarissa. "Aku hanya ingin menanyakan tentang siapa Kirana? hingga membuatmu tidak pulang semalaman."

"Aku bekerja."

"Itu yang Danny katakan!! tapi aku pun tidak yakin mengingat dia adalah asisten pribadimu yang begitu menjaga kepercayaanmu sehingga hal busuk yang kamu sembunyikan pun dia rela menyimpannya juga."

Fabian menatap Clarissa, tidak menyangka dengan kalimat pedas yang istrinya itu lontarkan.

"Kamu terlalu kekanakan Clarissa." Fabian mengalihkan pandangannya.

"Ya.. aku memang kekanakan, kamu bahkan dengan segala kesadaran menerima wanita kekanakan sepertiku untuk menjadi pendampingmu." tembak Clarissa.

"Cukup." Geram Fabian.

"Kenapa??? kita sudah kepalang basah membuka permasalahan ini, mari kita selesaikan."

Fabian mengacak rambutnya kasar. "Aku lelah."

"Aku juga lelah menahan ini, kamu terus saja membohongiku, bahkan untuk rahasia sebesar ini, apa sebegitu tidak percayanya dirimu kepadaku Fabian?"geram Clarissa.









"Sekarang aku tanya padamu? sejak kapan kamu mengetahui ini." tanya Fabian dengan nada rendah, namun syarat dengan tekanan.

Clarissa membalas tatapan Fabian tepat di manik mata, mencoba mencari setitik saja sosok yang dia kenal dari mata tajam di hadapannya.

"Tentang apa yang ingin kamu tanyakan? Karina? Arman? atau ada lagi kebohongan lain yang kamu...."

"CLARISSA!!!!!!!"

Fabian membentak keras tepat di hadapan Clarissa, membuat beberapa pelayan yang berada di lantai bawah menghentikan aktifitasnya karena mendengar teriakan Fabian, baru kali ini mereka mendengar Fabian dan Clarissa bertengkar begitu hebat.

PYARRRR!!!!!!!!!!!!!

Clarissa memejamkan mata seraya menutup kedua telinganya erat saat mendapati Fabian lepas kendali.

pria itu baru saja melempar ponsel yang ada dalam genggaman tangannya kearah dinding tempat sebuah bingkai foto besar terpasang di sana.

foto pernikahan mereka.

bingkai foto itu kini pecah berserakan di lantai, menampilkan pemandangan pilu dimana Fabian hilang kendali di hadapan istrinya sendiri.

Clarissa terdiam.

"Jika begini, aku benar meyakini kalau kamu adalah kakak dari Darka Hastanta, kalian sama."

Setelah mengucapkam itu, Clarissa langsung melangkah menuju kamarnya, mengunci pintu dan menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang.

⏩⏩⏩

Fabian :

Fabian menuruni tangga dengan langkah cepat, wajah Fabian yang tegang menahan amarah, membuat seluruh penghuni rumah urung untuk sekedar menampakkan diri di hadapan majikannya itu.

Memasuki sebuah pintu yang ternyata menuju ke arah garasi mobilnya, Fabian melangkahkan kaki menuju salah satu mobil sport berwarna hitam legam di sudut arena parkir mobil miliknya.

Segera Fabian meninggalkan rumah dengan deru mobil yang memekik kan telinga setiap orang yang mendengarnya, bahkan Clarissa yang berada di dalam kamarnya masih dapat mendengar suara bising itu.

Hingga pagi menjelang Fabian tidak juga kembali....
Begitu pun pagi selanjutnya...
Lalu hari-hari berikutnya...

Fabian tetap memilih untuk menghindar sementara waktu dari Clarissa. Takut dia akan melakukan tindakan kasarnya di hadapan Clarissa kembali di saat hati dan pikirannya masih belum menentu.

😈😈😈

Sempatkan untuk memberikan 1 bintang yaaaaaaaaaaa........

Terimakasih




2. TRUTH (FAST UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang