-11-

2.1K 80 2
                                    

Fatim masih terbaring lemah di ruang rawat dengan infus yang ada di sampingnya. All GH memasuki ruang rawat Fatim, mereka masih terkejut dengan pernyataan uminya. Umi dan Abi memilih untuk pulang. Sebenarnya bukan umi dan abi yang ingin pulang, tapi anak anak yang menyuruh mereka untuk pulang karena tidak tega jika disini terus menerus mereka akan semakin menangis melihat kondisi Fatim.

Fateh duduk di sebelah ranjang Fatim lalu tangisnya pecah saat itu juga. Yang lain pun seperti itu. Fatim perlahan membuka matanya. Ia terkejut karena tiba tiba ada di rumah sakit.

"FATIM!" ucap mereka berbarengan. Fatim hanya mengangguk sekaligus bingung mengapa mereka menangis. "Jadi gini tim kamu itu pun-" belum Saaih selesai ngomong mulutnya sudah ditutup oleh Sohwa. Hampir aja keceplosan, gimana sih kamu ih? Saaih merutuki dirinya sendiri karena hampir keceplosan ngomong. "Bang Saaih mau ngomong apa? Pun apa bang?" Fatim heran sekaligus kepo. Saaih hanya menggeleng cuek. Fatim menyisir ruangan dan tidak melihat umi dan abinya. Kok umi dan abi gaada? Apa mereka gapeduli sama Atim? Atim punya salah apa sama mereka? Fatim mendesah kecewa. "Kamu kenapa tim?" Thariq bertanya karena sedari tadi Fatim hanya diam. "Umi abi mana bang?" Fatim menjawab lemas "ohhh itu, kita nyuruh mereka pulang, soalnya kita ga tega ngeliat mereka nangis terus terusan karena kamu sakit" Thariq menjelaskan apa adanya. Fatim mengangguk paham apa yang dijelaskan Thariq. "Bang Thar, tolong ambilin hp Fatim dong" Fatim menyuruh abangnya. Thariq yang merasa pun langsung mengambil ponsel Fatim.

"Fatim laper gak?" Sohwa bertanya seraya mengelus puncak kepala Fatim. Fatim mengangguk sebagai jawaban. "Fatim mau pesen nasi goreng, batagor, siomay, mi rebus, milk shake oreo, milk tea, smaa es cendol. Udah itu aja" Sohwa melongo tidak percaya. Sohwa yang ditemani Thariq langsung keluar ruangan dan menuju kantin.

Sohwa memesan apa yang Fatim pesan. "Makanan sebanyak ini siapa yang makan?" Thariq heran. "Fatim lah! Orang dia yang pesen kok" Sohwa duduk di kursi yang disediakan. Thariq hanya mengangguk ngangguk saja lalu ia menuju market di sebelah untuk membeli makanan ringan, karena rencananya mereka ingin menemani Fatim malam ini. Ruangan VVIP lumayan luas, ada 1 kasur di pojok ruangan, kamar mandinya juga elite.

Setelah puas memilih makanan, Thariq kembali ke Sohwa duduk. Kebetulan pesanan yang dipesan sudah matang, jadi bisa langsung ke ruangan Fatim.

"Assalamualaikum" Thariq dan Sohwa memasuki ruangan Fatim. Muntaz yang melihat Thariq membawa 2 kantong plastik besar langsung mengambil alih dan disusul oleh Fateh, yang lain masih duduk di bawah.

"Nih tim, pesenannya" Sohwa menaruh pesanan Fatim di nakas. "Tuangin di piring kek" Fatim merajuk. "Iya deh iyaa" Sohwa mengambil piring lalu menaruh nasi goreng di piring. Fatim makan dengan lahap. "Biasanya nih, orang sakit itu lidahnya pait. Bukan malah napsu makan kek gitu" Fatim yang merasa tersindir dengan ucapan Fateh hanya diam saja. Ia tak mau terus sakit sakitan dan mengkhawatirkan banyak orang. Setelah semua selesai makan, mereka hanya duduk di bawah. "Fatim kapan pulang sih kak?" Fatim sudah tak tahan dengan bau obat yang menyeruak. "1 Minggu kamu harus dirawat! Dan itu harus! Gaada tapi tapian!" Gaya bicara Sajidah yang penuh penekanan, Fatim hanya bisa menelan salivanya bulat bulat. Fatim menghembuskan nafas jengah. Karena, ia tak biasa dengan bau obat yang menyeruak seperti sekarang.

"Kamu harus bisa melewati semua ini! Keep spirit my girl" Saaih mengelus puncak kepala Fatim.

🍉🍉🍉

Voment ya sayang🖤

Fatim gimana nih? Sebenernya author gatega bikin Fatim sakit. Tapi emang alurnya kek gitu ya. Mau gimana lagi?

Tunggu cerita selanjutnya ea😍

Gen Halilintar Squad [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang