Semilir angin mulai menerbangkan rambut Feli yang saat ini tengah duduk di balkon kamar sambil melamun.
Langit kelabu yang semakin lama semakin pekat pun terasa seperti menggambarkan perasaan Feli saat ini. Ia marah. Ia kesal dan pastinya ia benci semua ini.
Kenapa mereka harus tahu tentang hubungan dirinya dan Arvind namun dengan presepsi yang salah? Kenapa mereka tidak berpikiran jika itu merupakan kabar baik? Kenapa harus sesulit itu? Apa salah dia sampai dituduh seperti itu? Tidak kah mereka memikirkan perasaannya saat ini sebelum mencelanya seolah dia makhluk paling laknat didunia ini?
Takdir... mungkin kata tersebut yang bisa membuat Feli sedikit rela dicela seperti itu. Tapi tetap saja walaupun itu takdir, ia tak rela dihina seperti itu.
Ah sudahlah... kata Feli dalam hati sembari menghembuskan napas beratnya.
Feli membenarkan duduknya di kursi bulat yang berbentuk bola itu. Hari ini ia sangat malas sekali berangkat sekolah karena dia takut kalau seisi sekolah mendengar rumoh dia menikah dengan Arvind karena hal yang sama seperti yang Adira, Kiara dan Bita tuduh kepada dirinya.
Sekarang sudah pukul 06.00, dan Feli masih malas untuk mandi. Hal itu membuat Arvind yang baru saja selesai mandi heran, ia pun menemui Feli di balkon.
"Fel... belum mandi?" Tanya Arvind sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Males ah... aku mau bolos sekolah aja..." Feli mengambil bantal sofa yang ada di dekatnya.
"Lah tumben anak rajin kek kamu males sekolah? Abis kesamber petir ya neng?" Gurau Arvind sembari memandang langit pagi yang terasa seperti langit petang.
"Heem abis kesamber tadi..." Feli menganggukan kepalanya.
"Hah masak? Kok enggak gosong? Perasaan masih cantik-cantik aja tuh?" Arvind berdiri di belakang kursi Feli lalu membungkukan badannya untuk melihat Feli dari atas.
"Ya iyalah Feli kan selalu cantik walaupun habis kesamber petir." Kata Feli penuh percaya diri.
"Masak sih?" Arvind makin menundukan badan hingga kepalanya ada di depan muka Feli.
"Arvind kamu ngapain sih?! Hihhh udah sana ganti baju terus berangkat sekolah sana loh!" Feli meraup muka Arvind agar menjauh dari mukanya.
"Hahaha... merah tuh pipi aku suka..." Arvind terkekeh lalu kembali berdiri tegak.
"Apa sih? Enggak tuh... udah sana ah pergi!" Usir Feli yang merona.
Arvind tertawa. Dan ia pun memilih mengalah dan masuk kedalam kamar kembali.
"Buruan mandi sekolah! Istri Arvind enggak boleh jadi pemalas!" Teriak Arvind dari dalam kamar.
"Iya ish nanti aku mandi dan berangkat sekolah!" Teriak Feli balik.
Beberapa menit kemudian, Feli masih tak berpindah dari tempatnya. Padahal Arvind sudah siap berangkat ke sekolah.
"Ya Allah Felicie! Kenapa masih duduk anteng di sana? Buruan mandi! Nanti telat loh!" Omel Arvind yang sejak tadi sudah menunggu Feli. Namun, Feli masih tak ada pergerakan.
"Males berangkat sekolah Arvind... bikinin surat izin enggak sekolah dong Vind... aku gak enak badan..." Feli mulai memasang muka melasnya di depan Arvind.