Arvind terdiam melihat Feli menangis menggendong bayi kecil yang matanya terpejam. Beberapa dokter yang ada diruangan itu diam dan menyaksikan Feli seperti itu, mereka bahkan tak berniat menolong ataupun menenangkan Feli yang menangis histeris.
Kemudian Arvind berjalan mendekati Feli, lalu berdiri tepat disamping tempat tidur Feli. Saat ia datang, Feli semakin menangis histeris sembari memperlihatkan bayi itu kepada Arvind.
"Vind dia cuma tidur! Dia enggak meninggal!" Feli berusaha menjelaskan kepada Arvind tentang apa yang sudah terjadi.
"Dia mungkin capek nangis terus tadi, makanya dia tidur. Nanti dia bangun lagi kok." Feli mengelus pipi bayi itu dengan penuh kasih sayang.
Arvind diam saja dan berusaha mencerna apa yang sudah terjadi.
"Maaf sebelumnya Pak, putra anda tidak mampu bertahan hidup karena ada gangguan di jantungnya." Jelas dokter pelan.
Mendengar pernyataan itu, Arvind merasa tersabar gledek dan tak tega melihat bayi malang itu.
"Enggak! Dokter jangan ngarang cerita dong! Anak saya baik-baik saja! Dia cuma tidur sebentar! Nanti bangun lagi!" Feli merasa tak terima anaknya dikatakan sudah tiada.
"Em.. maaf bu, yaudah kalau begitu kami permisi dulu." Lalu dokter beserta staf yang lain berpamitan dan meninggalkan ruang rawat Feli.
Arvind kemudian duduk di sebelah Feli lalu menatap keduanya dengan tatapan menyesal.
"Udah Fel, biarin dia tidur. Jangan ganggu tidur panjangnya. Kasihan dia." Ucap Arvind pelan sambil mengelus kepala bayinya.
"Enggak! Dia harus bangun! Dia harus tunjukin ke semua orang kalau dia itu masih hidup!" Feli terus menangis sembari memeluk serta mencium kening bayi itu. Hal tersebut membuat Arvind makin tak tega dan memilih untuk keluar dan menenangkan diri sejenak.
"Aku keluar sebentar ya Fel. Nanti aku balik lagi."
🐣🐣
Saat ini Arvind terduduk di lantai dekat tangga darurat. Ia bersandar pada dinding sembari memejamkan matanya sejenak. Sungguh semua ini membuatnya gila. Dia harus terlihat tabah di depan Feli, dia tidak boleh terlihat sedih agar Feli tidak ikut sedih.
Huhfft...
Arvind menghela napasnya perlahan. Lalu saat ia berniat untuk kembali menemui Feli, ponselnya berdering di saku celananya. Dengan cepat ia mengeluarkan ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"Eh Vind gue nemu sesuatu."
"Apaan?"
"..."
Arvind langsung berdiri saking tidak percayanya.
"Jangan ngaco deh lo!"
"Beneran. Lo kesini aja deh lihat sendiri."
"Oke gue ke sana." Arvind pun bergegas menuju tempat yang disebutkan orang tadi.
🐣🐣
Beberapa saat kemudian, Arvind kembali ke ruangan Feli. Ia lebih diam dari sebelumnya dan dia terlihat seperti orang yang sedang banyak pikiran.
Feli menatap Arvind bingung sembari mengelus kepala bayinya yang ia tidurkan di sebelahnya.
"Kamu kenapa Vind?" Tanya Feli yang lebih tenang dari sebelumnya.
"Kita harus menguburkan dia segera Fel." Ucap Arvind dingin tanpa menatap keduanya. Dan ucapan Arvind itu terasa sangat menyakitkan bagi Feli.