Dua Puluh Delapan

78.7K 2.4K 31
                                    

Beberapa hari setelah pengumuman SNMPTN, Feli lebih banyak melamun entah itu di rumah ataupun di sekolah. Ia seperti orang bingung harus mengerjakan sesuatu karena semuanya terasa lebih berat dari sebelumnya.

Dan seperti saat ini, ketika seluruh anggota keluarga Arvind tengah sibuk memakan sarapannya, Feli justru masih melamun tanpa minat memakan masakan Mama mertuanya. Hal itu membuat Arvind cemas.

"Fel, dimakan kali makanannya!" Pinta Arvind pelan sembari minum segelas air mineral. Namun, Feli masih tetap melamun tanpa menghiraukan perintah Arvind.

"Lagi mikirin apaan sih? Nanti aja dipikrinnya! Sekarang mending kamu makan." Ucap Arvind lagi.

Feli masih hanyut dalam lamunannya. Lalu Mama Arvind pun akhirnya angkat bicara.

"Ayo dong sayang dimakan, apa masakan mama enggak enak ya? Sampai kamu enggak mau makan?" Tanya Mama Arvind yang ikut prihatin melihat kondisi Feli saat ini.

"Hari ini kan kalian Ujian Nasional, jadi harus makan biar enggak kelaparan saat ngerjain ujiannya." Tambahnya.

Feli sedikit merasa tidak enak saat Mama Arvind yang menyuruhnya untuk sarapan. Kemudian dia tersenyum ke arah Mama Arvind dan berkata, "enggak kok Ma masakan mama enak, enak banget malah."

"Yaudah kalau enak dihabiskan dong sayang." Mama Arvind tersenyum saat melihat Feli mulai memakan masakannya.

"Makan yang banyak." Kata Arvind sambil mengacak rambut Feli pelan. Feli tersenyum ke Arvind sekilas lalu menyantap makanannya hingga tinggal seperempat bagian dari semula.

Selesai sarapan, Arvind meminta ijin ke kamar sebentar. Katanya ia harus mengambil sesuatu. Sang Mama Papanya pun hanya mengangguk mengiyakan. Sedangkan Feli mulai membantu Mama mertuanya membereskan meja makan.

Beberapa menit kemudian, Arvind kembali dengan dua tas dan memegangi sebuah kertas.

"Feli, aku punya sesuatu buat kamu." Ucapnya semangat.

Feli menoleh ke arah Arvind dan menunggu apa yang akan diberikan olehnya.

"Ini buat kamu, jangan sedih lagi. Gunain kesempatan ini buat bisa masuk Universitas impian kamu." Ucap Arvind sembari memberikan print out kartu peserta SBMPTN dengan foto Feli di bagian atas.

Feli memandangi kertas itu beberapa saat, kemudian menatap Arvind.

"Ka-kamu yang daftarin ini buat aku?" Tanya Feli yang tak percaya. Padahal ia belum ada niatan untuk mendaftarkan diri.

"Iyalah. Biar kamu enggak sedih terus." Jawab Arvind dengan senyumnya.

"Nih pegang, ingat ya kamu tes di hari ini, tanggal ini, di universitas ini, bareng aku. Jadi kamu harus belajar mulai sekarang! Dulu kamu ya yang minta aku buat ikutan SBM sekarang kamu harus buktiin ke aku kalau SBM itu bisa diharapin buat masuk Universitas Negeri seperti kata kamu kemarin." Ucap Arvind sembari menunjuk tanggal dan lokasi tes.

Feli menerima kertas yang diberikan oleh Arvind, kemudian ia langsung memeluk Arvind dan tak ingat jika Mama Papa masih disana.

"Makasih Vind."

Arvind tersenyum lalu memeluk Feli balik.

"Iya sama-sama."

"Oh ya satu lagi, aku mau nilai UN kamu bagus walaupun semalem kamu bengong terus dimeja belajar." Tambah Arvind.

"Oke shappp..." Feli melepas pelukannya lalu hormat kepada Arvind.

"Bagus!" Arvind mengacak rambut Feli gemas.

"Ayo berangkat! Oh ya ini tas kamu." Kata Arvind sembari memberikan tas Feli.

"Ayo." Feli memakai tasnya kemudian berpamitan kepada Mama Papa Arvind.

 Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang