Selamat Tidur

109 3 0
                                    

Malam, pukul sembilan.
Aku dan Ertho membicarakan banyak hal melalui ponsel.
Malam itu, aku bahagia sama seperti malam-malam sebelumnya. Alasan bahagiaku mungkin karena Ertho masih ada dan masih mau menemaniku setiap harinya, hingga malam ketika aku mau tidur.

Saat itu, kita mencoba untuk berbicara perihal masa lalu. Tentang kita yang menuntun sepeda ketika pulang sekolah, tentang aku yang mendapat banyak cokelat darinya, tentang masa-masa bahagiaku menyaksikan Ertho dalam petandingan sepak bola. Aku masih ingat betul peristiwa masa lalu ketika bersamanya.
Seperti biasa, air mata selalu hadir di tengah percakapan. Sudah empat tahun aku seperti ini, jauh darinya, tidak bisa menemani saat ia butuh teman. Maafkan aku Ertho.

Aku mengatakan tentang apa saja yang aku alami hari itu, dan seperti biasanya Ertho selalu mau mendengarkan, tanpa memotong pembicaraanku. Ertho memang pendengar yang baik, dan itu yang membuatku semakin ingin bercerita tentang apapun kepadanya.

***
Sayangnya, percakapan kita harus terhenti karena saat itu sudah pukul 2 malam.
Akhirnya, Ertho memutuskan untuk menunggu hingga aku benar-benar tertidur. Aku ingat kalimat yang terakhir ia ucapkan.

"Selamat malam. Tidur yang nyenyak ya, aku menyayangimu."

Ketika Ertho mengatakan itu, aku merasakan jemarinya sedang mengelus kepalaku, aku merasakan dia sedang mencium keningku, aku merasakan Ertho ada disini, bersamaku. Kalimat yang ia ungkapkan selalu membuatku tenang, membuatku selalu ingin mencintainya.

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang