Nilai Keluarga : Tempat untuk Pulang

2.9K 416 24
                                    


Ada yang rindu sama saya ? -Yudhistira

Ada yang merindukanku ? Salahkan authornya yang sok sibuk yaa, udah nyamain sibuknya sama Mas Yudhis -Juna


Selamat membaca. 


______


Arjuna menghentikan langkahnya saat Bapak menghadang langkahnya dan langsung merebut seragam sekolahnya. Arjuna berniat akan mandi dan berangkat pagi untuk mengikuti ujian praktik yang sudah dijadwalkan hari ini. 

"Masuk kamar!" Arjuna baru saja akan membuka suara saat Bapak menarik lengannya menuju kamar. 

"Juna mau sekolah!" Arjuna memberontak, namun tubuhnya yang memang masih belum terasa enak dan sehat kalah oleh tenaga Bapak yang sedang dalam kondisi kalut. 

"Nggak ada sekolah! Kamu itu lagi sakit."

"Sakit apa? Bapak bilang dong ke Juna biar Juna tahu!"

"Kamu nggak perlu tahu!"

"Kalau gitu biarin aku sekolah!" Arjuna kembali memberontak, mencoba melepaskan cengkraman Bapak dari lengannya. Ibu dan Yudhistira yang melihat itu ingin mencegah, namun tidak bisa berbuat apa pun. 

"Bapak! Buka pintunya!" Arjuna memukul pintu kamarnya saat Bapak berhasil membuatnya masuk, sedangkan Bapak dengan segera menguncinya dan melemparkan seragam Arjuna kepada Ibu. 

"Tolong Ibuk simpan di tempat di mana Juna nggak bisa menemukannya."

"Bapak jahat!"

"Ini demi kebaikanmu!"

"Ini jahat! cuma paru-paru basah Juna bisa kok jaga diri, Juna janji nggak akan melanggar pantangan lagi." Arjuna merendahkan suaranya, tubuhnya terduduk dengan bersandarkan pintu, matanya terasa panas karena terlalu mengeluarkan emosinya. 

"Diagnosa awalnya memang gitu." Bapak menyandarkan tubuhnya di pintu kamar Arjuna. Ibu sendiri mencoba menahan emosinya saat melihat air mata Bapak kembali menetes, rangkulan Yudhistira menguatkannya. 

"Diagnosa awalnya kurang tepat karena ini bahkan lebih dari itu." Bapak menghela napas panjang, keheningan menyelimuti rumah yang biasanya terasa hangat itu. 

"Dokter yang memeriksa kamu di IGD memang mendiagnosa soal peradangan paru-paru, tapi saat Dokter Cipto yang selaku ahli penyakit dalam melakukan chek lebih dalam, Dokter Cipto menemukannya lebih. Sebagai yang sakit, kamu pasti memahami apa yang terjadi sama kamu, kamu anak cerdas."

"Aku bukannya nggak mau nyari tahu, tapi aku mau kejujuran Bapak soal sakitnya aku."

"Bapak nggak mau kamu putus asa dan kehilangan semangat, Bapak nggak mau kehilangan senyuman kamu karena penyakit itu. Bapak nggak mau kehilangan senyuman Ibukmu dan masmu. Tapi di sisi lain, Bapak juga nggak mau kehilangan kamu secara pelan-pelan." Bapak menghembuskan napas panjang.

 "Kamu tahu sendiri kan? Sehat dan sakit itu sugesti, semangat kamu selama ini yang buat Bapak merasa tidak perlu khawatir. Tapi, kemarin kondisi kamu benar-benar buruk, Dokter Cipto yang menelfon Bapak menyarankan agar kamu dirawat dulu, tapi Bapak nggak mau kamu merasa buruk dan menjadi pesakitan." Bapak menghela napas panjang, menatap Ibu yang sudah menangis di rangkulan Yudhistira. 

"Kamu mau kan dengerin Bapak? Hari ini kamu istirahat dulu di rumah, Bapak yang akan langsung ngirim surat dokternya ke sekolah."

"Bapak nggak adil!" Arjuna berteriak lantang dan mampu membuat Ibu, Bapak dan Yudhistira terkejut. 

Nilai [COMPLETE] -- PDF VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang