Yudhistira turun dari motornya dengan senyuman merekah apalagi saat melihat tentengan yang berisi buah anggur kesukaan Arjuna. Ditambah dengan suasana sore yang selalu menjadi saat favoritnya untuk pulang ke rumah.
Yudhistira baru saja akan mengucapkan salam dan memanggil nama Arjuna keras-keras kalau langkahnya tidak dihadang oleh Rama.
"Mas tolong cegah Juna, dia mulai gila." Kalimat Rama membuat Yudhistira tertegun dan menatap Rama yang memasang wajah seriusnya, ada banyak kemungkinan yang bertaburan di kepala Yudhistira.
"Juna buat ulah apalagi?"
"Dia menggila tiga bulan belakangan, aku udah berusaha nyegah dia buat nggak terlalu gila tapi ini benar-benar gila, Juna yang serius belajar adalah hal gila mas."
"Kamu ini sepupu sendiri lagi rajin kenapa dituduh gila? Ada-ada aja."
"Karena Juna jauh melampaui batas wajar, Mas. Tadi Juna mimisan hebat di rumahku, Ibuk lagi mencegah pendarahannya tapi malah dia pingsan sekarang, aku tadinya mau ngasih tahu bulek sama paklek tapi karena ada mas , aku ngasih tahu mas tentang hal ini."
"Ibukmu bilang apa tentang Juna?"
"Mending mas ikut aku sekarang!" Rama menarik lengan Yudhis yang masih menenteng plastik berisi anggur pesanan Arjuna.
Rumah mereka memang tidak begitu jauh jaraknya. Sesampainya di sana, Yudhistira mendapati Arjuna tengah meminum teh hangat yang dibantu oleh Ibunya Rama.
"Juna." Yudhistira langsung mendekati Arjuna yang baru saja dibaringkan kembali oleh Ibunya Rama kemudian menghela napas panjang.
"Juna udah gapapa kok, nanti Budhe ambil obat dulu buat Juna minum yaa, tekanan darah Juna rendah jadinya kliyengan terus pingsan gitu deh."
"Makasih yaa Budhe, nanti Yudhis bayar obatnya."
"Iya terserah kamu, Budhe bilang enggak juga kamu bakal nolak kan?"
"Budhe bisa aja, lagian kalau aku nerima gitu aja Ibuk yang bakal ke Budhe kan? Tapi Juna bener-bener baik-baik aja kan?"
"Mau dikatakan baik-baik yaa nggak bisa, Yudh. Tekanan darah Juna rendah, tubuhnya demam meskipun tidak tinggi dan tenggorokannya radang tuh, bilangin ke Juna jangan suka bergadang."
"Kenapa harus mas Yudhis yang nyampeiin ke Juna? Budhe bahkan udah bilang gitu ke Juna berulang kali." kali ini Juna buka suara, wajahnya masih terlihat pucat membuat Yudhistira menjadi cemas, belum lagi dengan langit yang perlahan menggelap karena mendung, mereka harus segera pulang agar Ibu tidak khawatir.
"Biar kamu nurut, nanti Budhe juga mau bilang ke Bapak sama Ibukmu, kesehatan itu dijaga, percuma nilai dijaga kalau kesehatan nggak dijaga, nggak nikmatin hasil nanti."
"Juna nggak ada niat buat nikmatin hasil sih, yang dinikmati itu prosesnya."
"Terserah kamu deh, ini obatnya diminum yaa, kalau ada apa-apa bilang ke Budhe langsung."
"Siap, Budhe. Mas, pulang sekarang yuk!"
"Iya, kuat jalan nggak?" Yudhistira bertanya setelah selesai membayar obat kepada Budhenya yang merupakan dokter di desanya dan membuka praktik klinik yang menyediakan pelayanan kesehatan.
"Gendong dong,Mas." Arjuna merengek dan itu membuat Yudhistira memutar bola matanya kesal.
Yudhistira memindahkan posisi tasnya ke depan, kemudian menyerahkan plastik berisi anggur kepada Arjuna, sedangkan bungkus plastik berisi obat sudah Yudhistira amankan di dalam tas agar Arjuna tidak bisa membuangnya.
"Ini apa, Mas?" tanya Arjuna saat menerima bungkusan plastik dari Yudhistira, tubuhnya sudah mendarat sempurna di punggung Yudhistira.
"Anggur pesanan kamu, tubuhmu kok lebih enteng dari biasanya ya?"
"Bagus deh kalau aku kurusan."
"Makannya teratur kan?"
"Teratur kok, tanya aja sama Ibuk, makasih banyak, Ram. Maaf kalau ngrepotin." Arjuna menerima tas berisi buku-buku yang sudah Rama rapikan.
"Jaga kesehatan, besok nggak usah berangkat, surat dokternya biar aku yang bawa."
"Nggak bisa gitu dong." Arjuna merengek protes membuat Yudhistira tidak sengaja tercekik.
"Juna, mas kecekik nih."
"Maaf,Mas.Rama ngeselin sih."
"Budhe nanti yang bilang ke Ibukmu, sampai tekanan darahmu normal jangan berangkat sekolah dulu,seenggaknya sampai obatmu habis dulu lah. Kalau masih ngeyel Budhe suntik nanti atau mau Budhe infus sekalian?"
"Nggakmau! Mas ayo pulang ! Budhe nyeremin." Arjuna memukul pundak Yudhistira membuatYudhistira misuh-misuh sendiri, menjadi ragu kalau Arjuna baru saja pingsan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Nilai [COMPLETE] -- PDF VERSION
Ficção GeralSetahu Arjuna, nilai itu cuma angka 10 sampai 100. Atau Sebenarnya, angka itu berharga untuk orang lain. Angka 10 sampai 100 yang muncul di kertas ujian.