Ujian Terberat

4.5K 456 190
                                    

"Cangcimen ... cangcimeeen. Kacang, Kuaci, Permen, dibeli-dibeli." Arjuna edisi jual asongan di terminal. 

"Jun, beli kacang dong." Reader setia yang sayang sama Arjuna

"Nggak ada."

"Kuaci?"

"Nggak ada." 

"Permen?"

"Nggak ada." 

"Terus adanya apa?"

"Tisyu."

"Nggak mau akh, nggak bisa ngurangin mabuk darat. Kamu teriak-teriak Cangcimen tapi jualannya tisyu." 

"Terserah Juna dong, jadi beli nggak nih?"

"Nggak akh! nggak butuh tisyu." Reader meninggalkan Mamang Arjuna pemirsah

"Yakin? kalau kantong plastik?" 

"Nggak! aku mau naik bis! bye Mamang cangcimen." 

"Neng! yakin nggak butuh?" 

Arjuna dikacangin pemirsah. Tapi dia pantang menyerah dengan teriak Cangcimen meskipun jualannya tisyu seabrek. 

"Siapa tahu pada butuh." Begitu pikir Arjuna. 

_____

Kamis, Kampus Yudhistira

Yudhistira merasa tidak tenang dan raut kekhawatiran itu terbaca oleh Karin yang sedari tadi memperhatikan Yudhistira. Tanpa persetujuan Yudhistira, Karin menarik lengan Yudhistira untuk duduk di kantin sebentar. 

"Aku harus cepat ke audit, Kar. Masa' Koor perkap nggak hadir pas gladi resik, acaranya tinggal nanti malam buat finishing keperluan dekor panggung."

"Tapi kamu nggak bisa kerja kalau pikiranmu kalut." Karin menghembuskan napas panjang, menatap wajah Yudhistira yang terlihat bingung. 

"Juna tu sakit lagi, Bapak baru ngabarin gitu ke aku." Yudhistira menghembuskan napas panjang, sedangkan Karin menatap Yudhistira bingung. 

"Sakit apa?"

"Nggak tahu, panasnya naik turun sih, sempet konsul sama Dokter Cipto, hasilnya oke. Kesimpulannya dia kangen sama aku." Yudhistira memijat pelipisnya pelan, memang sejak hari senin hingga tadi dia pamit berangkat untuk menginap guna mengurus acara nanti malam Arjuna selalu menempelinya ke mana pun pergi. 

"Sakit kangen ? udah kaya anak rantau aja."

"Nggak paham juga aku, padahal sebelum berangkat aku juga udah nemenin dia tidur di kamarnya tapi tadi pagi masih nempelin aku dan tanya kapan aku balik. Perasaan aku juga nggak enak, rasanya keingat Juna terus." Yudhistira menghembuskan napas panjang. 

"Tapi aku nggak bisa ninggalin tanggung jawab ini."

"Kamu tenang aja, Juna pasti baik-baik aja kok. Yang harus kamu lakukan adalah percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja kamu fokus aja sama acara hari ini, kamu kabarin kalau kamu bakal pulang besok."

"Besok jumat yaa? aku bakal pulang sebelum sholat jumat deh, kemarin katanya Juna kangen berangkat sholat jumat bareng-bareng." Yudhistira mengelus dadanya begitu perasaan gelisah tiba-tiba hinggap dan membuat dadanya berdesir. 

"Kamu tenang aja, apa pun yang terjadi aku selalu sama kamu, yuk! Aku mau nemenin kamu sampai besok." Karin menarik lengan Yudhistira menuju parkiran, mereka harus cepat sampai ke auditorium.

_____

Sebagian part dihapus 😉



"Mas! Ayo sholat jamaah!"

"Capek tahu!"

"Mumpung kita masih jadi makmum yang biasa aja, Mas. Sholatnya di belakang imam."

"Emang ada yang luar biasa?"

"Ada. Sholatnya di depan imam."

"Mana ada! Kurang ajar banget tuh makmum."

"Bukan jadi makmum, Mas. Tapi jadi yang dido'akan, satu-satunya orang yang sholat di depan imam kan jenazah, yang artinya dia spesial karena sudah melepas beban dunianya."


"Pak, nanti Yudhis main sama siapa? Nanti Yudhis nyubit pipinya siapa? Nanti yang bantuin Bapak sama Ibuk kalau Yudhis sibuk siapa? Nanti Yudhis harus ngenalin siapa saat ditanya di mana adik kesayangan Yudhis? Nanti Yudhis dibangunin siapa kalau kesiangan? Nanti Yudhis ngomelin siapa? Yudhis kangen Juna, Pak." 

Yudhistira meracau, sedangkan Bapak menepuk-nepuk pundak Yudhistira, menahan air mata mati-matian.

Jangankan Yudhistira, Bapak juga sudah rindu dengan Arjuna. 

Ibu juga sudah merindukan Arjuna, sehingga memilih tiduran di ranjang Arjuna sembari memeluk foto Arjuna. 

Semua orang yang mengenal bagaimana Arjuna, sudah merindukan Arjuna.



Ada satu hal yang pasti di kehidupan manusia. Jodoh pasti manusia adalah kematian. Hakikat tempat kembali manusia adalah tanah. Lantas, kenapa masih saja menyombongkan diri jika nyatanya maut begitu dekat  dan tidak pernah diduga? -Arjuna

____

"Tuh kan, siapa tadi yang bilang nggak butuh tisyu?" Mamang Arjuna kesal pemirsah karena reader menolak barang dagangannya. 

Mau hujat saya? 

Sila-sila .... Wkwkwk

Nilai [COMPLETE] -- PDF VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang