Misi Cinta untuk Arjuna

2.6K 392 38
                                    

Selamat Malam, ada yang mau donasi do'a untuk Juna? -Dica

_____


"Juna koma, Kar." 

Semuanya terdiam begitu mendengar suara Yudhistira yang sarat akan kesedihan dan kekalutan. Saat ini Karin bersama dengan Rama, Dica, Rija, Hendras dan Endra yang sengaja dia ajak setelah dari rumah sakit juga bersama Ketua BEM dan Ketua Komunitasnya di Kali Code, Karin memilih bertemu di salah satu kafe yang tenang suasananya. 

"Ternyata dulu bukan sekedar paru-paru basah yang kelihatannya sepele, ada bakteri yang menyerang lebih ke dalam dan sepertinya itu sudah lama karena sudah mengalami komplikasi. Infeksi itu nyebar dan sekarang udah sampai ke otaknya." 

Helaan napas Yudhistira yang terdengar membuat dada Karin menjadi sesak bahkan meskipun Karin sudah pernah merasakan itu langsung. 

"Biaya perawatannya nggak sedikit, belum lagi sama ibuk yang harus persiapan buat kelahiran, bisnis bapak juga macet karena modal yang dipakai buat bayar rumah sakit. Uang subsidi aku juga udah habis dan bapak udah kehabisan cara, satu-satunya yang ada di pemikiran bapak adalah menggadaikan sertifikat tanah dan rumah tapi aku dan ibuk nggak setuju dan berusaha buat nyari jalan keluar, tapi kami belum menemukan jalan keluar yang pas buat bapak saat ini." 

Helaan napas Yudhistira kembali terdengar, Yudhistira pasti mati-matian menahan air matanya. 

"Untuk tanggung jawab, aku benar-benar rela kalau misal mau dikeluarin, dikeluarin dari BEM atau pun dikeluarin dari kelompok, atau beasiswa aku Dicabut juga nggak masalah. Aku masih bisa kuliah lagi, tapi kalau Juna yang pergi aku nggak bisa nyari dia lagi, saat ini aku hanya mencoba bilang ke pihak rumah sakit bahwa kami pasti akan membayar dan tidak menghentikan pengobatan atau pun menguranginya dan mereka sudah setuju. Itu membuatku lega, tapi tidak benar-benar lega. Kar, Juna itu berharga buatku, buat bapak, buat ibuk. Dia menjadi mentari di saat badai tengah menerpa dan dia selalu menjadi pembawa lentera saat kami dalam kegelapan. Kami tidak bisa kehilangan Juna karena dia sangat berharga bahwa melebihi harta yang kami punya. Waktu kami hanya satu minggu, jika Juna tidak mau bangun juga, maka kami harus merelakan."

Hening. 

Karin bisa melihat ketua komunitasnya mencoba menahan tangis, sedangkan sang Ketua BEM yang merupakan teman dekat Yudhistira yang juga orang yang sama yang mengajak Yudhistira berkecimpung di dunia organisasi mengusap wajahnya kasar. 

"Kok Bapak sama Ibuk nggak bilang soal masalah biaya yaa sama Rama?" Rama berceletuk, merasa tidak memiliki kepentingan dalam keluarganya, meskipun pada akhirnya menyadari meskipun dia tahu, dia tidak akan bisa membantu banyak. 

"Kita bantu Juna." Dica bersuara, wajah putus asa itu sudah berganti menjadi sumringah. 

"Bukan, kita bantu keluarga Juna untuk mempertahankan Juna, karena bagaimana pun kami juga tidak mau kehilangan Juna. Kita buka toko online kita lagi seperti biasa dan menyerahkan omzet kita selama ini ke keluarga Juna, gimana?" Dica menatap Hendras, Endra, Rija dan Rama. 

"Setuju. Kami berempat setuju." Hendras mewakili dan itu membuat Karin tersenyum. 

"Anak itu tidak pernah berubah. Besok aku akan mengadakan galang dana dan bekerja sama dengan advokesma. Tanpa ada bc an, aku akan langsung interuksi ke HIMA, gimana, Rin?"

"Ide bagus. Apakah kalian juga bersedia kami mintai tenaga?" Karin melirik ketua komunitasnya yang tersenyum manis penuh arti. 

"Bapak Ketua, sebagian dari donasi anak-anak di fakultas mungkin bisa membantu dan untuk Rama sebagian dari omzet bisnis online rahasia kalian juga bisa membantu, tapi kami juga butuh tenaga."

"Tenaga buat apa, mbak?"

"Aku yakin, seharusnya omzet dari bisnis online kalian sudah cukup untuk menutupi, aku benar?" Sang Ketua komunitas pada akhirnya angkat bicara, menatap kelima remaja tanggung di depannya. 

"Iya. karena keuntungan bersihnya memang sudah besar, terakhir kami mengecek saldo jika sudah dibagi adil kepada kami sesuai modal, di mana Juna selaku pemegang modal terbesar dan bisnis itu sudah berjalan selama tiga tahun, mungkin jika dihitung kasar sudah ada 30 juta lebih keuntungan milik Juna." Kali ini Rija yang menjawab selaku yang dipercaya memegang bagian keuangan mereka.

"Saat ini, yang dibutuhkan Juna bukan hanya uang biaya perawatan. Tapi do'a. Kita donasi tapi bukan untuk membantu biaya perawatan karena omzet kalian sudah banyak membantu. Kita donasi untuk membeli do'a, jadi uangnya kita pakai untuk menyumbang ke panti atau ke orang-orang homeless di luar sana dan orang kurang beruntung yang kita tahu. Ini bukan pamrih, tapi setelahnya mari kita minta doa kepada mereka untuk kesembuhan Juna." Sang Ketua komunitas menghela napas panjang, kemudian melirik Karin yang tersenyum haru. 

"Kita jadikan ini sebagai sebuah Misi Cinta, kita juga bakal bantu ngembangin bisnis kalian dengan promosi dan mungkin kalian juga bisa meminta doa dari pelanggan kalian dan aku membutuhkan banyak orang. Yogyakarta itu luas, kita manfaatkan keluasan itu untuk mencari doa sebanyak-banyaknya. Kita juga harus berdoa bersama-sama, karena kita bahkan nggak tahu doa siapa yang akan dikabulkan, bukan?"

"Misi Cinta ini untuk mengumpulkan donasi do'a. Kar, nanti kamu bantu aku koordinir anak-anak. Rama, kamu coba bilang ke pemuda karang taruna desamu untuk mendoakan Juna juga. Rija, kamu kelola uang omzet kalian gimana pun caranya dan tetap jalankan seperti biasa agar modal terus berputar. Dan bapak ketua, anda pasti sudah tahu apa yang harus anda lakukan." Sang ketua komunitas tersenyum simpul dan itu diangguki oleh Sang Ketua BEM. 

"Kita mulai Misi Cinta ini dengan niat tulus demi kesembuhan Arjuna, berdoa sesuai kepercayaan masing-masing." 

Mereka menunduk, memanjatkan doa. 

"Kita mulai sekarang." 

Mereka sama-sama melemparkan senyuman, kemudian mulai berkutat dengan ponselnya hingga pada akhirnya mereka berpindah tempat ke basecamp yang biasa digunakan arjuna untuk berkumpul dan memfoto barang dagangan mereka. 

Misi Cinta ini dimulai, bahkan meskipun mereka belum mengenal dengan dekat satu sama lain, meskipun hanya Karin sebagai perantara. 

"Waktu kita hanya tiga hari sebelum hitungan satu minggu, kalian siap?"

"Kesma HIMA, siap! Mereka galang dana besok. Beberapa pengurus juga siap membantu." Ketua BEM tersenyum bangga, meskipun jarinya terasa lemas karena mengetik terlalu banyak.

"Sekolah kami siap dan beberapa diantara kami akan membantu." Sebagai mantan Ketua OSIS Dica juga bahagia karena ucapannya masih didengar oleh teman-temannya dan guru-guru sekolahnya.

"Komunitas kami selalu siap. Aku sudah bekerja sama dengan komunitas lain di kabupaten lain dan mereka juga siap membantu untuk Misi Cinta kita ini."

"Pelanggan kembali membludak dan kami siap menjalankan bisnis kami lagi, dan kabar baiknya keuntungan Juna mencapai 50 juta lebih sekian dan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu." Rija melaporkan hasil penelusurannya dan itu membuat mereka semakin kuat. 

"Kami juga akan mendonasikan sebagian keuntungan kami untuk membeli do'a untuk Juna." Endra berkata mantap dan diangguki oleh yang lain. 

"Kita toss dulu untuk Misi Cinta." Karin menjulurkan tangannya di atas meja yang terdapat ponsel mereka masing-masing. 

"Misi Cinta untuk Arjuna." Mereka berkata kompak bahkan sebelum mereka menentukan apa yang akan mereka bicarakan saat toss

Mereka kemudian membuat rencana mereka untuk besok, kemana mereka akan pergi dan apa saja yang akan diberi dan dibeli. 

Arjuna memiliki banyak cinta dari orang-orang di sekitar keluarganya dan suasana yang semakin malam semakin semangat saat Ketua Karang Taruna datang bergabung dengan mereka dengan menenteng bungkusan nasi angkringan. 


Kita tidak pernah tahu dari mana datangnya tangan-tangan baik yang terulur saat kita jatuh. Teruslah berbuat baik, jangan peduli tangan siapa yang akan terulur saat jatuh nanti. Karena kebaikan selalu berbalas kebaikan. -Rama




Nilai [COMPLETE] -- PDF VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang