Selamat Malam, Bagaimana hari senin kalian ? -Juna
Yudhistira menghembuskan napasnya kesal. Yudhistira mengakui bahwa dia pulang terlambat karena jam tangannya menunjukkan pukul setengah delapan malam, tapi pulang dalam keadaan rumah terkunci bukanlah yang Yudhistira mau.
Seharusnya Arjuna berada di rumah bukan malah meninggalkan rumah dengan kunci di atas ventilasi. Yudhistira merebahkan tubuhnya di dipan, mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih menghubungi Bapak untuk menanyakan keberadaan Arjuna, Yudhistira berdecak saat Bapak mau pun Ibu tidak merespon telfonnya, Yudhistira mencoba berpikir positif, mungkin sedang banyak pelanggan sehingga menjadi lebih sIbuk. Yudhistira kemudian memilih memejamkan matanya sejenak hingga sebuah suara membangunkannya yang nyaris terlelap.
"Mas Yudhis! Kebetulan!" Yudhistira menoleh dan mendapati Rama datang dengan tergopoh sembari menenteng helm.
"Kamu kenapa buru-buru gitu sih?"
"Anterin aku mas! Pliis!" Rama memohon, dia sudah berusaha keras untuk lari dari rumah demi melakukan ini dan Rama tidak ingin kata demi itu sia-sia.
"Emangnya motormu kemana?"
"Dibawa Juna."
"Kamu tahu di mana Juna?" Yudhistira menatap penuh tuntutan dan Rama menganggukkan kepalanya.
"Tentu aja! Makanya ayo kita pergi sekarang!" Rama berteriak saat Yudhistira mulai bangkit menuju motornya, sedangkan Yudhistira mendengkus kesal.
"Ayo!" seruan itu membuat Rama tersadar dan segera naik ke motor Yudhistira.
"Mending kamu yang bawa, aku yang bonceng." Yudhistira menatap Rama lewat spion, sedangkan Rama mendengkus kesal dan mengambil alih kemudi setelah bertukar tempat.
Suara tawa khas anak-anak adalah suara yang menyambut kedatangan mereka. Yudhistira mengerenyit bingung saat melihat tempatnya, Rama sendiri langsung menyerahkan kunci motor dan terburu menuju sebuah bangunan yang terlihat Ramai.
Yudhistira memutuskan untuk mengamati dari jauh, bahkan meskipun gelap Yudhistira bisa mengenali satu dua teman Karang Tarunanya. Selebihnya, Yudhistira tidak begitu mengenal.
"Yudhis? Yudhistira?"
Yudhistira tersentak saat pundaknya ditepuk dan mengernyitkan dahi saat mendapati salah satu teman kelasnya menatapnya dengan senyuman.
"Bener. Aku kira siapa? Kenapa nggak masuk?" Perempuan berjilbab itu memandang Yudhistira penuh tanya, sedangkan Yudhistira hanya tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.
"Aku cuma nganter adik sepupu aku."
"Owh. Siapa namanya?"
"Rama."
"Tumben Rama dianter? Biasanya berangkat bareng sama Juna."
"Kamu kenal Juna?" Yudhistira bertanya dengan nada antusias, membuat teman sekelasnya yang bernama Karin itu mengernyit bingung.
"Iyalah. Dia paling semangat di sini dan selalu menyemangati kami yang umurnya sudah 20 plus-plus."
"Kamu tahu dia di mana sekarang?"
"Tentu saja. Aku mau masuk buat naruh makanan-makanan ini." Karin memperlihatkan tentengannya yang membuat Yudhistira bergegas merebutnya.
"Aku bantu kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nilai [COMPLETE] -- PDF VERSION
Ficción GeneralSetahu Arjuna, nilai itu cuma angka 10 sampai 100. Atau Sebenarnya, angka itu berharga untuk orang lain. Angka 10 sampai 100 yang muncul di kertas ujian.