"Aku tau kau sangat membenci ku. Tapi aku juga tau kau masih mencintai ku dan begitu juga denganku." Irene tak paham dengan apa yang dikatakan Chanyeol.
"Kau wanita pertama yang aku cintai dengan tulus, kau wanita pertama yang membuat ku berdebar-debar, kau wanita pertama yang membuat ku tersenyum, kau wanita pertama yang tidak meninggalkan ku meski aku begitu brengsek." Irene melihat wajah itu begitu sendu.
"Kau ingat saat aku bercerita jika ayahku berselingkuh?" Irene mengangguk lemah.
"Sejak itu ibuku jatuh sakit dan terus masuk rumah sakit. Keadaannya begitu lemah. Karena itu aku berniat membalas dendam, aku mengencani anak selingkuhan ayahku dan kemudian membuangnya. Itu aku lakukan saat sudah bersama mu, dan itu pertama kalinya. Namun aku tidak sadar, aku kelewatan. Aku bahkan tidur bersamanya dan kini ia..." Chanyeol menghentikan kalimatnya saat ia mendengar isakan dari gadis yang ia cintai.
Chanyeol menghembuskan nafasnya begitu berat. "Ia mengandung anak ku. Wanita itu memberitau ayahku, dan mereka meminta ku untuk bertanggung jawab. Termasuk ibuku. Aku tidak akan pernah bisa menolak keinginan ibuku."
Irene semakin terisak. Hatinya begitu perih, ia rapuh mendengar semua pengakuan Chanyeol. "Lalu apa salahku? Kenapa kau begitu kejam?" Irene bertanya disela isakannya.
"Aku hendak memberitu mu sejak dulu, tapi aku tidak memiliki keberanian. Aku tidak ingin menyakiti mu, namun nyatanya aku terus saja membuat mu sakit. Aku sengaja bermain di belakang mu, kasar dengan mu, semua itu aku lakukan agar kau membenci ku dan segera meninggalkan ku. Aku tidak tau harus berbuat apa. Sungguh aku sangat mencintai mu." Chanyeol seketika memeluk Irene begitu erat, melampiaskan kerinduan selama ini saat ia mendengar tangis Irene semakin pecah.
"Menurutku ini yang terbaik yang aku lakukan agar kau tak lagi mencintaiku. Aku sudah berusaha agar aku tidak perlu bertanggung jawab, jadi aku masih tetap bisa bersama mu tapi ibu ku bersikeras. Bahkan usai ujian kelulusan, aku akan segera berangkat ke Jepang dan menikah dengannya." Irene terus menangis dan menggelengkan kepalanya dengan kuat. Tidak mengizinkan Chanyeol untuk meninggalkannya.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa melanjutkannya dengan mu."
"Jadi kau tidak mencintaiku?"
Chanyeol menggeleng. "Kau salah. Aku sangat mencintai mu hingga saat ini. Tapi aku tidak ingin kau hidup dengan pria brengsek seperti ku. Kau berhak memilih dan mendapatkan pria yang jauh lebih baik. Kau harus mendapatkan kebahagiaan mu bukan dengan ku."
Irene melepas pelukan itu. "Bisakah aku?"
"Tentu saja bisa. Pria brengsek seperti ku akan sangat mudah dilupakan." Ia kembali memeluk Irene. "Berjanjilah dengan ku. Kau akan hidup bahagia, jika tidak aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri, bahkan sampai aku mati nanti."
Irene memaksakan seulas senyuman, ia menangkup wajah Chanyeol dengan kedua tangannya. "Jangan berlebihan, aku sudah memaafkan mu dan aku janji akan hidup bahagia. Kau juga, berbahagialah dan jangan permainkan calon istri mu. Mulai lah mencintainya."
Chanyeol mendekatkan wajahnya. Ia mengecup bibir Irene, kali ini berbeda. Penuh dengan rasa cinta, kepedihan, kesedihan, dan ciuman perpisahan bagi dua insan itu. Semakin lama, kecupan itu berubah panas. Chanyeol melumat bibir cinta pertamanya itu. Tanpa sadar Chanyeol menitikkan air matanya, tak lagi kuasa menahannya.
Irene memutus lumatan itu terlebih dahulu. Ia bangkit, masih dengan tangan yang digenggam Chanyeol. Ia juga dengan terpaksa melepas tangan itu. Chanyeol pasrah, menunduk menyembunyikan dirinya yang sedang menangis. "Aku harus pergi. Jika terlalu lama bisa-bisa aku tidak akan melepas mu." Irene masih berusaha membuat sebuah candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only a Matter of Time (✔)
RomanceDia bukan kekasih ku, dia hanya sahabat wanita ku dan menjadi kekasih dari sahabat ku. Namun saat hari itu tiba, ia menjadi istri ku dalam sekejap. Dan aku begitu mencintai wanita itu.