Naeun tumbuh menjadi begitu cantik meski masih berumur sembilan bulan. Ia selalu saja menjadi boneka jika Irene merasa bosan. Ia akan memakaikan Naeun pakaian yang berbeda kemudian ia potret begitu seterusnya.
Menjadi cucu perempuan pertama di kedua keluarga membuat Naeun sangat populer. Semua orang sangat memuja dan juga memanjakannya. Hanya saja Naeun tidak begitu nyaman jika bersama orang lain tanpa Irene didekatnya.
"Kau memang cantik sayang."
Irene mencium Naeun yang baru saja selesai berpakaian. Kini ia memakai gaun tanpa lengan berwarna maroon dengan bando lucu bewarna senada. Ia meninggalkan Naeun yang sibuk menyeret tubuhnya kian kemari, Irene memeriksa barang yang akan dibawanya ke rumah orang tua Sehun.
"Bibi bisa tolong jaga Naeun?" Bibi Kim datang ke dalam kamar setelah Irene sedikit berteriak.
Ia pergi membawa tas jinjing berisi perlengkapan Naeun ke dalam mobil, Irene juga memasangkan bangku untuk Naeun di kursi penumpang. Ia kembali masuk dan mengambil Naeun, kemudian tak lupa berpamitan pada bibi Kim.
"Besok Daddy mu ulang tahun jadi kita akan meminta bantuan grandmo. Ini ulang tahun pertama daddy sejak Naeun lahir." Irene terus bercerita sambil memasangkan seatbelt pada Naeun, memastikan jika sudah terpasang dengan baik.
Irene mulai melajukan mobilnya. Sehun akan marah jika ia tau Irene membawa Naeun berkemudi sendirian namun tidak ada jalan lain, sudah dua minggu belakangan ini pria tu sangat sibuk selalu pulang larut. Dan pagi ini ia sudah berangkat begitu pagi untuk rapat yang harus ia hadiri.
Pagar besi tinggi gagah itu terbuka dengan sendirinya setelah tombol otomatis ditekan oleh penjaga di dalam sana. Tentu saja setelah melihat wajah Irene dari intercom di luar pagar.
"Selamat datang."
Seorang maid yang sedang membersihkan taman menyapa ramah Irene. Naeun ternyata terlelap selama perjalanan, mengharuskan Irene memasang piggy. Ia berputar ke bagasi mobil mengambil barang.
Sepi. Istana megah itu kosong tidak ada siapapun di dalam. Irene lantas melangkah begitu saja, ia pikir lebih baik meletakkan Naeun di kamar setelah itu baru ia mencari mertuanya.
Kaki indah itu melangkah pelan, Naeun sangat mudah terusik dalam tidurnya.
Pintu kamar Sehun juga ia buka dengan perlahan. Ia berhenti sejenak, memastikan seluruh hal yang sedang terjadi detik ini. Apa ini benar rumah mertuanya? Benar ini kamar suaminya? Dan apa benar yang ia lihat di depan sana suami nya? Dengan seorang wanita?
Wanita itu terus berusaha menggoda Sehun yang sama sekali tak suka dengan yang dilakukan wanita itu. Nafas itu tercekat hingga ia hanya bisa berbicara lirih.
"Apa yang kau lakukan?"
Dua orang yang sama-sama berada di atas ranjang itu menatap Irene dengan tatapan yang jauh berbeda. Pria itu membeku, tak tau apa yang harus ia lakukan.
Irene berusaha kuat tidak ingin menangis di depan wanita iblis yang sedang menertawainya itu. Ia memilih melangkah mundur perlahan, meninggalkan kamar itu. Tidak lagi dengan langkah yang sama seperti tadi, kini langkah itu cepat dan tak teratur.
"Oh Joo Hyun dengarkan aku!!"
Sehun berlari dari kamarnya mengejar Irene yang hendak keluar dari rumah itu. Teriakan Sehun membuat rumah yang tadinya sepi menjadi ramai seketika. Seluruh keluarga Sehun muncul entah dari mana.
"JANGAN MENDEKAT!"
"Sudah katakan saja yang sebenarnya jika sebentar lagi aku akan menajdi istri kedua Oh Sehun." Irene menatap tajam wanita yang melangkah dengan santai kesamping Sehun. Mata itu penuh kebencian, ingin rasanya Irene membunuh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only a Matter of Time (✔)
RomanceDia bukan kekasih ku, dia hanya sahabat wanita ku dan menjadi kekasih dari sahabat ku. Namun saat hari itu tiba, ia menjadi istri ku dalam sekejap. Dan aku begitu mencintai wanita itu.