________________
1
Introduce A_________________
Kelas IPA, orang bilang ini adalah kelas raja dan ratunya peringkat pararel di sekolah.
Orang bilang, penduduk IPA adalah panutan untuk kelas-kelas lainnya yang katanya kelasnya didominasi sama orang-orang baik dan emang patut dijadiin panutan.
Dan katanya lagi, kelas IPA itu sempurna karena anaknya udah pinter, baik, jenius, aktif organisasi, terkenal pula.
Gue tegasin lagi, itu masih katanya. Karena realitanya, apa yang orang lain katakan itu enggak sebaik itu gengs. IPA itu sama aja kayak kelas lainnya. Karena emang pada dasarnya kelas apapun itu, mau IPA ataupun IPS ya sama aja, yang bedain ya paling cuma pelajaran sama minat dan alasan kenapa milih IPA atau IPS kan?
Terkadang gue selalu mikir kenapa mereka mikirnya IPA sesempurna itu? Yang pada akhirnya dari pikiran semacam itu, kebanyakan dari mereka minder untuk berteman sama anak IPA. Kurang lebih alasannya karena gak sederajat lah, nganggep kalau anak IPS gak selevel sama IPA and the other reason. But, faktanya anak IPA selalu pengen tahu gimana rasanya hidup kayak manusia biasa, bersosial layaknya kebanyakan kehidupan anak IPS. Bukan cuma sebagai robot dan mesin penghitung angka.
Dan di sinilah gue, bersama dengan 28 penghuni kelas IPA 1 yang notabene jauh dari kata sempurna. Yang kelihatannya dari luar udah kayak kelasnya kerajaan orang-orang keturunan Enstein tapi, nyatanya dalemnya bobrok semua. 'Cause ini adalah awal dari kebobrokan kelas IPA yang selama ini terkenal dengan kelas 'unggulan'.
Ini adalah masa kerobohan nama baik kelas IPA dan ini pula menjadi awal peradaban bagi kami anak IPA untuk jadi kami yang apa adanya, dan untuk jadi kami yang sama di hadapan mereka.
And then, let me introduce my self to you. So, nama gue Veyliesha Alienka Altha. Nama yang bagus emang.
Tapi sayangnya gue beneran gak tau apa arti itu nama bahkan sampai saat usia gue udah 17 tahun. Sampai saat ini gak ada seorang pun yang tau apa sebenernya arti nama gue, sekalipun dia orang tua gue sendiri 😭. Miris banget yak.
Dan tiap kali gue tanya sama Bunda apa arti nama gue, Bunda selalu melempar pertanyaan itu ke Ayah. Karena katanya Bunda gak ikut peran dalam pembuatan nama gue.
"Bunda cuma nampung kamu di rahim bunda, udah itu aja. Soal kamu udah brojol itu semua jadi urusan Ayahmu. Bunda gak tanggungjawab. Salah sendiri Ayahmu hamilin Bunda. Jadi dia yang harus rawat kamu." Begitu kata Bunda suatu hari.
Gila banget kan ya hidup gue, berasa gak diakui sama emak sendiri. Tapi, ya walaupun Bunda ngomomg kayak gitu, buktinya selama ini gue masih hidup dalam perawatan dan kasih sayang Bunda. Bahkan untuk melihat Bunda marah aja mungkin bisa diitung pake jari walaupun sebandel apapun gue. Yang intinya semua ucapan Bunda udah pasti bercandaan dong...
Kembali ke topik, harusnya pertanyaan itu dijawab sama Bunda, tapi Bunda malah ngelempar pertanyaan itu ke ayah. lagi-lagi saat gue tanya hal yang sama ke ayah, ayah malah ngelempar pertanyaan itu ke bunda dan bahkan dengan teganya bilang kalau nama itu ia temuin di TEMPAT SAMPAH rumah sakit. Kan jadi selama ini gue bagian dari sampah dong...bhakks....
Fyi, sekarang gue sekolah di Alts High School dan udah kelas 12. Dan sampai saat ini pula semua orang belum bisa terima dengan nama gue yang bisa bikin lidah kesleo itu. But, Ayah bilang itu nama Yunani. Tapi Ayah emang akuin kalau Ayah ataupun Bunda emang gak tahu arti nama gue dan satu lagi mereka gak bisa ngucapin nama lengkap gue dengan jelas-kadang-kadang suka keblibet sendiri.
Tuh kan aneh emang. Sebenernya mereka tuh niat punya anak gue bukan sih? Herman aing, eh heran.
Dan dari nama yang bagus itu, gue selalu berharap kalau panggilan gue bakal sebagus nama lengkap gue, Veyliesha Alienka Altha. Tetapi, kenyataannya semua itu cuma jadi ekspektasi semata. Gue selalu berharap tiap kali gue perkenalin diri gue dihadapan orang-orang, mereka bakal panggil gue Liesha, Alin, Lienka, Al, or Altha. Tapi, maybe semua itu cuma jadi mimpi buat gue, karena semua orang terlalu sulit untuk nyebutin nama gue yang bikin lidah keseleo itu.
Jadi atas inisiatif mereka sendiri, mereka lebih suka manggil gue Ve. Yes just only 'V' satu huruf dari 21 huruf nama lengkap gue.
Awal mula gue dipanggil V ini pas gue masih SD. Saat itu gue masih ingat banget salah satu temen cewek gue yang sekarang udah jadi sahabat forever gue, Faradita. Ini anak yang jadi biang kerok dari pelecehan nama gue. Yakali nama sepanjang itu dengan muka songongnya itu dia manggil gue Ve, ini cuma satu huruf sis. And then gara-gara itu kurcaci satu, ya karena dia pendek jadi sesuka gue lah gue manggil dia kurcaci, orang-orang pada seenak jidatnya lecehin nama gue dan manggil gue 'Vi' ngertikan lo maksudnya? Iya organ V.
Tapi, terkecuali orang tua gue. Mereka ini lebih absurd guys dari yang lain. Why? Karena mereka manggil gue Ali. Tepuk jidat kan ya gue. Ini orang tua gue sendiri gitu lho. Emak Bapak gue. Yang udah buat gue pas malemnya dan jangan lupa kalau gue cewek. Oke garis bawahi gue cewek. Kadang suka sedih si sama diri gue sendiri. Udah namanya aneh, nemunya dari tempat sampah, dipanggilnya sekalian ngelecehin kan kamvr*t. Dan ini ditambahin lagi orang tua gue yang dengan santainya manggil gue Ali😭.
"Bund, Yah, jangan manggil adek Ali," tangis gue waktu itu pas gue baru bisa ngomong. Masih cadel, kiyut, dan gemesin dong. Tapi waktu itu mereka cuma ketawa dan bilang kalau kamu itu cantik kalau dipanggil Ali. Hah? What the *tiiiit* dong. Mana ada gitu orang namanya Ali tapi cantik.
Dan semenjak itu gue udah terbiasa dipanggil aneh-aneh sama orang-orang. Udah bodo amat lah gue mau dipanggil Ali, V, Vi or whatever I don't care.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Hello guys...this is my absurd story in wattpad. I've been tried to make the real story of Ipa 1 and I thought ipa 1 gave me some glittering idea.
So please tell me how do u think about this story 💓
See u
Salam V, author manis😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate (On Hold)
Teen Fiction(On hold for a long time) Apa jadinya jika kelas IPA 1 yang terkenal unggulan tiba-tiba menjadi kelas paling bobrok di seantero Alts High School? Kelas yang didominasi sama anak-anak pilihan ini ternyata hanyalah manusia biasa yang identik dengan si...