CHAPTER 21

4.8K 162 1
                                    

Luna melipat kedua tangannya di depan dada sambil memicingkan matanya menatap sejoli yang ada di depannya. Ia tidak pernah menyangkan akan menemukan lelaki bertelanjang dada sedang tidur di kasur milik sahabatnya. Dan yang lebih tidak ia duga adalah lelaki itu merupakan salah satu lelaki tampan yang ia idolakan. Ya meskipun akhir-akhir ini dia lebih fokus pada Bima, lelaki yang ia temui saat berlibur di Bali. Namun tetap saja temuannya hari ini mengejutkan. Sangat mengejutkan.

Luna memandang kaget dan tidak percaya saat Kiran memaksa Bank mengenakan kaos oblong hitam untuk menutupi tubuhnya. Meski awalnya menolak, Bank akhirnya mau setelah mendapat pelototan dari Kiran. Kini Luna kembali memandang tidak percaya pada kedua orang yang duduk di depannya itu. Bank kini menyandarkan kepalanya di pundak Kiran dengan mata terpejam. Kiran menggunakan jari telunjuknya untuk menyingkirkan kepala Bank. Namun Bank kembali menjatuhkan kepalanya di pundak Kiran. Kali ini Kiran mulai kesal, ia mencubit pinggang Bank yang membuat Bank mengerang kesakitan dan mengangkat kepalanya.

"Jadi, mulai kapan?" tanya Luna penuh selidik.

"Hampir empat bulan," kata Kiran sambil menggigit bibir bawahnya.

"Hah?! Gila! Hampir empat bulan dan gue nggak tau apa-apa soal sahabat gue kumpul kebo sama cogan gue?"

"Enak aja kumpul kebo. Gue nggak kumpul kebo ya," kata Kiran cemberut.

"Terus apa namanya ini?"

Kiran menghela nafas panjang, "Gue udah nikah sama Bank."

"APA?!"

Kiran kembali menggigit bibir bawahnya. Namun sejujurnya ia merasa sedikit lega setelah jujur pada sahabatnya.

"Gila lo ya. Gue kira kita ni sahabatan loh, tapi lo nikah aja lo nggak bilang-bilang gue," kata Luna sedikit kesal.

"Sorry, Lun. Gue bukannya nggak mau ngasih tau lo, tapi kemarin acaranya mendadak banget gue masih nggak siap, gue masih.. ya gitu deh. Sorry, Lun, sorry banget," kata Kiran memelas.

"Sorry ya, Luna, bukannya kita nggak mau ngasih tau lo, tapi si Kiran aja nih yang nggak mau ada orang yang tau terutama anak sekolah kita. Dia takut fans gue marah ke dia katanya. Ya gimana ya, gue juga nggak bermaksud buat punya banyak fans sih, tapi ya orang ganteng kayak gue ya maj gim- aw! Sakit, Yang!" pekik Bank saat Kiran kembali mencubit pinggangnya. Kiran memutar bola matanya dan melirik Bank sekilas.

"Gue emang nggak pengen ada anak sekolah kita yang tau, ya lo tau sendirilah gimana pandangan orang kalo gue masih SMA tapi udah nikah lagipula gue nggak mau dikeluarin dari sekolah karena masalah ini," kata Kiran.

"Tapi paling nggak lo bisa ngomong ke gue kan, Ran? Kita sahabatan nggak cuman setahun dua tahn loh," kata Luna masih tidak terima sahabatnya selama ini membohonginya.

"Iya, sorry, Lun, gue tau gue salah. Tapi ya gue nggak tau harus gimana lagi waktu itu. Semuanya serba mendadak, Lun."

"Ck. Lagian lo ngapain deh buru-buru nikah?"

"Gue dijodohin."

"Hah? Hari gini masih jaman dijodohin? Terus lo mau aja gitu?"

Kiran menghela nafas, "Awalnya juga gue nggak mau tapi waktu itu kakek sempet pingsan dan gue takut banget kehilangan kakek disaat gue belum nurutin permintaan beliau. Jadi, yah.." kata Kiran sambil mengangkat kedua bahunya.

"Terus lo tau kalo mau dijodohin sama Bank?"

Kiran menggeleng. "Gue taunya seminggu sebelum nikah."

Luna mengangguk-angguk. "Sadam tau soal ini?" tanya Luna hati-hati.

Kiran menggigit bibir bawahnya kemudian menggeleng.

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang