CHAPTER 14

5.1K 177 0
                                    

Kiran baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar suara-suara aneh. Tadi ia terbangun karena ingin buang air kecil kini ia berjalan pelan mendekati sumber suara itu. Ia terlonjak kaget saat melihat suaminya sedang merintih ketakutan dengan kedua alisnya yang saling bertautan dan mata yang terpejam kuat. Bulir-bulir keringat menghiasi dahi dan juga pelipisnya. Kepalanya bergerak gelisah, sedangkan kedua tangannya menggenggam erat selimut putih yang menutupi separuh tubuhnya.

Kiran berjalan cepat mendekatinya. Ia memanggil nama Bank berkali-kali, namun lelaki itu tidak bergeming. Masih dengan keadaan semula. Rasa panik mulai merasuki Kiran. Ia kembali memanggil-manggil nama suaminya, kali ini sambil mengguncang-guncang tubuhnya. Untungnya, tak lama Bank membuka matanya. Nafasnya terengah.

"Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Kiran khawatir.

Bank masih sibuk mengatur nafasnya.

"Gue ambilin minum ya," kata Kiran sambil membalikkan tubuhnya berniat untuk pergi ke dapur mengambil segelas air untuk Bank. Namun sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya kemudian menariknya hingga jatuh terduduk di tepi kasur. Kiran memandang Bank yang kini sedang menggeleng-gelengkan kepalanya. Kiran menarik Bank ke dalam pelukannya kemudian mengelus kepala dan punggung Bank secara bergantian.

Mereka berada dalam posisi itu selama beberapa saat, sampai Bank sudah mulai tenang. Kiran melepaskan pelukannya. Namun Bank kembali menarik tubuh mungil Kiran dan menyandarkan dagunya di pundak Kiran.

"Kenapa, sih? Mimpi buruk?" tanya Kiran sambil mengelus-elus rambut Bank.

Bank mengangguk.

"Mau gue ambilin minum?" tanya Kiran lagi.

Bank menggeleng.

"Ya udah, yuk, tidur lagi," ajak Kiran sambil memposisikan diri berbaring di sebelah Bank.

Bank kembali memeluk Kiran posesif layaknya memeluk guling.

**

Paginya Kiran terbangun karena bias cahaya matahari yang menembus tirai. Ia membebaskan dirinya dari pelukan Bank kemudian beranjak dari tempat tidur dan segera mandi. Setelahnya, ia menuju dapur untuk minum dan berniat membawakan sarapan atau lebih tepatnya makan siang untuk Bank. Semalam setelah Bank terbangun karena mimpi buruk itu, Bank tidak bisa tidur lagi. Ia baru benar-benar bisa tidur saat langit mulai menerang. Sedangkan Kiran hanya terdiam, membiarkan suaminya memeluknya dengan erat. Kiran hanya bisa mengelus punggung Bank bermaksud untuk menenangkan. Ia tak menanyakan apapun tentang mimpi Bank. Ia akan menunggu sampai Bank menceritakannya sendiri. Ia tak akan memaksa.

Saat sedang sibuk menuang air ke dalam gelas, Kiran merasa ada orang lain yang masuk ke dapur yang sepi itu. Kiran menoleh dan mendapati kepala asisten rumah tangga sedang mengamatinya. Kiran menyapanya dan tersenyum canggung. Kiran melirik ke arah name tag yang tertempel di dada wanita paruh baya itu. Anita Kusuma namanya. Hm, terdengar seperti nama Indonesia.

"Sarapan untuk Bank?" tanya Anita dengan bahasa Indonesia yang fasih.

Kiran menaikkan kedua alisnya kaget "Anda bisa berbahasa Indonesia?"

"Tentu saja, aku ini orang Indonesia asli tapi aku sudah tinggal di sini selama 30 tahun, dan kau bisa memanggilku Bibi Ann," kata Anita.

Kiran tersenyum cerah dan mendesah lega. Setidaknya ada satu orang lagi yang bisa ia ajak ngobrol dengan bahasa Indonesia selain Bank.

"Bank dimana?" tanya Bibi Ann sambil duduk di kursi tinggi yang ada di samping meja bar.

"Masih tidur di kamar," jawab Kiran.

Bibi Ann melirik jam tangan yang melingkari tangan kirinya. 12.46 PM.
"Udah jam segini masih tidur?" tanyanya heran.

Kiran tersenyum canggung, "Iya, semalem kebangun terus nggak bisa tidur lagi sampe tadi pagi."

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang