CHAPTER 42

2.7K 112 4
                                    

WARNING!! ⚠️

This chapter contains (so many) cringe scenes and lil bit of 🔞 things. So, please be wise! 

---------------------------------------------------------

Satu setengah tahun berlalu, Bank menepati janjinya untuk mengerjakan skripsinya dengan cepat. Ia menyelesaikan semua proses pengerjaan, penelitian hingga sidang dalam waktu kurang dari satu tahun dan hari ini adalah hari wisudanya. Bank kini sudah bersiap dengan setelan jas hitamnya. Mama dan Papa mertuanya juga sudah siap mendampinginya. Mereka kini sedang sibuk bersiap-siap.

Sayangnya, Kiran tak bisa hadir. Bank sempat kecewa saat Kiran mengatakan bahwa ia tak bisa datang ke acara wisudanya. Tapi ya.. bagaimana lagi? Tidak ada pilihan lain. Kehidupan koas Kiran memang sangat padat. Mereka bahkan sudah dua bulan tidak bertemu karena Bank sibuk mengurus sidang dan wisuda sedangkan Kiran sedang sibuk dengan ujian stase.

Bank menghela nafas panjang dan keluar dari kamarnya. Bank tersenyum saat melihat mama mertuanya sedang membenarkan dasi yang dikenakan papa mertuanya sambil mengomel. Dalam hati Bank bersyukur memiliki mertua seperti mereka. Ia merasa memiliki orang tua kandung.

"Duh, anak mama ganteng banget," kata Susan saat melihat Bank menghampirinya.

Bank tersenyum.

"Anak papa juga tau," kata Mike tak mau kalah.

"Ih apaan sih papa, ngaku-ngaku deh, orang ini anak mama," kata Susan sambil menggandeng lengan Bank.

Bank yang melihat ayah mertuanya membuka mulut ingin membalas istrinya itupun langsung menyela "Iya, Bank anaknya mama sama papa, udah yuk kita berangkat keburu macet," kata Bank sambil menggandeng kedua mertuanya.

Acara wisuda itu sudah berlangsung selama lebih dari satu jam. Sebentar lagi giliran jurusan Bank yang dipanggil untuk menerima toga. Bank berjalan dengan langkah tegap saat namanya dipanggil. Ia tersenyum sambil menjabat tangan dekan di hadapannya setelah tali di topi toganya dipindah tempat. Selesai prosesi itu Bank berjalan turun dari panggung. Pandangannya sempat mengarah ke arah mertuanya yang sedang tersenyum bangga. Saat Bank akan kembali ke tempat duduknya, matanya menangkap sesosok yang sangat ingin ia lihat. 

Kiran. 

Sedang berdiri di ujung ruangan dengan senyum bangga. Kiran tampak cantik dengan kebaya biru muda dan rambut panjangnya yang tergerai. Wajahnya tampak lelah, kantung matanya semakin membesar dibandingkan saat terakhir kali Bank melihatnya. Ia memakai make up tipis yang lumayan berhasil menutupi mata pandanya. Bank tak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia tersenyum sangat lebar.

Senyumnya terganggu saat temannya yang berdiri di belakangnya menepuk pundaknya.

"Buruan, Bank!" kata lelaki jangkung di belakang Bank. Bank menoleh ke belakang dan mendapati barisan di belakangnya yang tersendat karena sedari tadi saat menemukan Kiran langkahnya terhenti.

Bank bergegas duduk kembali di kursinya. Sepanjang sisa acara Bank duduk dengan tidak tenang. Ia sangat ingin menghampiri Kiran. Namun seluruh wisudawan tidak diperbolehkan keluar dari ruangan sebelum acara selesai.

Untungnya tak sampai dua puluh menit kemudian acara selesai. Bank langsung berlari keluar dari ruangan itu dan mencari Kiran. Bank celingukan mencari Kiran dan menemukan istrinya itu sedang duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Bank berlari sekuat tenaga dan langsung memeluk Kiran.

"Kirankuuuuu!" panggil Bank. Ia langsung memeluk erat Kiran.

Kiran membalas pelukan Bank dan mengelus punggung Bank.

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang