CHAPTER 28

4.2K 149 2
                                    

Ujian nasional telah usai. Kini, akhirnya, Kiran bisa bernafas lega. Meski ia tidak bisa sepenuhnya merasa lega. Karena hingga saat ini, Bank belum kembali dari Thailand. Sudah hampir dua minggu dari kepergiannya ke negeri gajah putih itu, namun Bank belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Bahkan beberapa hari belakangan ini ia sulit dihubungi. Ponselnya hampir selalu tidak aktif dan ketika aktifpun telepon Kiran tidak diangkat oleh Bank.

Kiran melirik ponselnya dan menghela nafas lelah untuk kesekian kalinya hari ini. Namun masih sama. Belum ada kabar dari Bank. Ia menyandarkan kepalanya di meja dengan lunglai. Memang ujian nasional sudah selesai, tapi sekarang ia sedang berada di ruang kelasnya untuk menyelesaikan beberapa urusan.

Luna berjalan mendekati sahabatnya yang tampak tidak bersemangat itu dengan wajah heran.

“Lo kenapa sih, Ran?” tanya Luna heran.

“Gue kangen Bank,” kata Kiran pelan.

“Suami lo belum pulang juga?”

Kiran menggeleng.

“Punya istri baru kali di sana,” kata Luna enteng yang langsung dibalas tatapan tajam Kiran.

“Enak banget kalo ngomong,” sindir Kiran.

“Lha terus kenapa coba di nggak balik-balik? Ditelepon juga nggak bisa kan? Udah fix itu dia punya istri baru pasti,” goda Luna lagi.

Kiran mencubit lengan Luna dengan gemas. Ia tahu Luna bercanda namun saat ini ia tidak ingin menerima candaan seperti itu.

“Aw, sakit!” kata Luna sambil mengelus-elus lengannya.

“Lagian lo kalo ngomong di-filter makanya! Lo mau liat temen lo jadi janda di usia muda?” kata Kiran.

“Siapa yang jadi janda?” sebuah suara yang sudah sangat familiar mengagetkan Kiran dan Luna. Kiran gelagapan saat melihat Sadam menghampiri mereka dan duduk di hadapannya. Ia dan Luna saling melirik dengan wajah ‘mampus gue’.

“Siapa yang jadi janda?” tanya Sadam lagi.

“Emm.. itu..” Kiran gelagapan tak tahu harus menjawab apa.

“Itu kakaknya sodara sepupu temennya ibu gue. Jadi kan ibu gue punya temen nah temennya ini puny-“

Stop! Stop! Oke, gue paham,” kata Sadam menghentikan kalimat Luna.

Kiran diam-diam menghela nafas lega.

“Eh, entar malem main yuk? Kan udah lama kita nggak ngumpul. Mumpung udah kelar semuanya,” ajak Sadam.

“Wah, boleh boleh. Gue udah mulai bosen di rumah,” keluh Luna.

“Lo ikut kan, Ran?” tanya Sadam pada Kiran yang diam saja dan tampak melamun.

“Eh? Emm.. iya ikut. Tapi baliknya jangan kemaleman ya,” kata Kiran.

Sadam mengangguk sambil tersenyum dalam hati.

**

Kiran memenuhi janjinya untuk pergi bersama Luna dan Sadam. Raganya memang bersama sahabat-sahabatnya namun hati dan pikirannya ada di tempat lain. Dimana lagi kalau bukan di Thailand. Tepatnya di hati suaminya yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ia hanya sesekali mengangguk dan tersenyum atau tertawa saat Luna dan Sadam melontarkan candaan.

Sadam sesekali melirik Kiran yang tampak berbeda dan tidak bersemangat. Ia merasa Kiran tak fokus dengan obrolan mereka. Kiran malah sibuk bolak-balik mengecek ponselnya. Kemudian menghela nafas lelah dan.. kecewa?

“Lo nggak apa-apa kan, Ran?” tanya Sadam.

Kiran yang seakan tersadar dari lamunannya pun menggeleng. “Nggak, gue nggak apa-apa kok. Kenapa emangnya?”

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang