CHAPTER 26

4.5K 155 2
                                    

Hari ini adalah hari ketiga pasca pertengkaran Bank dan Kiran. Kiran masih sedikit canggung jika bertemu dengan Bank. Bank memang beberapa kali mengajaknya bicara namun Kiran menghindarinya. Namun sekarang ia memberanikan diri untuk kembali ke rumah kecil dan menunggu Bank pulang. Karena pada saat makan malam tadi Bank tidak ikut karena belum pulang. Kiran jadi khawatir karena Bank juga tidak mengabarinya.

Kiran mendongak saat mendengar suara pintu terbuka. Tak lama Bank muncul dengan wajah lelahnya. Lelaki itu tersentak kaget saat melihat istrinya sedang duduk di sofa sambil menatapnya. Kiran berdiri dan menghampiri Bank. Ia mengambil alih tas punggung Bank dan menyimpannya di meja belajar tanpa sepatah katapun.

“Yang..” panggil Bank pelan.

“Udah makan?” tanya Kiran tanpa menatap Bank.

Bank menggeleng, “Belum.”

“Aku siapin makanan,” kata Kiran sambil beranjak pergi.

“Nggak usah, aku nggak laper,” kata Bank menghentikan langkah Kiran.

“Tapi kamu belum makan ‘kan? Nanti sakit,” jawab Kiran.

“Nggak, aku nggak apa-apa.”

“Ya udah,” kata Kiran kali ini ia benar-benar berjalan pergi.

“Mau kemana?” tanya Bank, lagi-lagi menghentikan langkah Kiran.

“Ke kamar aku.”

“Ini kan kamar kamu.”

“Kamar aku yang dulu,” kata Kiran pelan.

“Yang~” panggil Bank manja sambil memasang wajah memelas.

Kiran terdiam.

“Mau sampe kapan marahnya? Aku kangen,” Bank masih memasang wajah memelas.

Kiran masih terdiam.

“Yang, aku minta maaf. Iya aku salah karena deket-deket sama Jennifer. Maafin aku juga yang nyalahin kamu soal itu. Maafin, Yang,” kata Bank sambil menggenggam tangan Kiran.

Kiran terdiam nampak berpikir. Jujur ia sudah tidak marah dan juga ia mulai merindukan Bank.

“Yang, maafin aku ya? Aku janji nggak bakal deket-deket Jennifer lagi selain masalah kerjaan,” kata Bank sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

“Nggak, harusnya aku yang minta maaf. Aku seharusnya ngomong dari awal kalo emang aku udah diterima kuliah bukannya malah bikin kamu denger hal itu dari orang lain. Aku tau kamu pasti kecewa banget bahkan mungkin merasa nggak dianggap. Tapi beneran maksud aku nggak kayak gitu, aku bingung harus gimana saat itu dan aku nggak mau nambah beban ke kamu. Itu aja, aku nggak bermaksud bohong. Dan aku juga minta maaf kalo aku cemburu,” jelas Kiran. Entah ia mendapat keberanian dari mana untuk mengatakannya.

“Kalo soal itu aku yang salah, aku yang kurang tegas sama Jennifer makanya dia mungkin salah paham ngiranya aku suka dia nempel-nempel aku gitu. Lagipula aku seneng kalo kamu cemburu sama cewek lain,” kata Bank sambil menarik Kiran mendekat.

“Kenapa gitu?”

“Itu tandanya kamu sayang sama aku,” kata Bank sambil tersenyum cerah.

“Cih.” Kiran tersenyum malu. Pipinya menghangat. Kali ini ia tak bisa mengelak, karena memang benar bahwa ia menyayangi Bank.

“Udah nggak marah lagi kan?” tanya Bank.

Kiran menggeleng, “Kamu juga udah nggak marah kan sama aku?”

“Mana bisa aku lama-lama marah sama kamu. Ditinggal tidur sendiri dua hari aja rasanya kayak dua tahun.”

“Lebay.”

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang