CHAPTER 30

4.5K 159 7
                                    

"AAAAAAAAA!!" Kiran berteriak sekuat tenaga dan melepas pelukan Bank. Kemudian berlari masuk kembali ke kamar mandi setelah sebelumnya menyambar baju di lemarinya. Ia bahkan tak memperhatikan baju apa yang ia ambil. Ternyata ia mengambil salah satu kaos milik Bank. Memang beberapa hari belakangan Kiran suka memakai kaos Bank. Terutama saat ia merindukan suaminya itu.

Setelah memakai kaos Bank yang sangat kebesaran ditubuhnya dan celana pendek yang hampir tak terlihat karena panjang kaosnya, Kiran membuka pintu kamar mandi dengan pelan. Kiran berjinjit dan berjalan pelan saat keluar dari kamar mandi. Ia menoleh ke sekelilingnya dan menghela nafas pelan saat tak menemukan Bank.

"Nyariin siapa?" tanya sebuah suara di belakang Kiran dan ia bisa merasakan orang itu memeluknya dari belakang.

"Ck, apa sih, ngagetin aja."

Bank terkekeh pelan.

"Lepasin," kata Kiran sambil berusaha melepaskan pelukan Bank. Ia masih merasa malu dengan kejadian barusan. Rasanya ia ingin menenggelamkan diri saja. Ia bahkan tak bisa melihat wajah Bank.

"Kenapa sih, Yang? Orang mau meluk juga."

Kiran berhasil melepaskan pelukan Bank dan melangkah menuju sofa.

"Kenapa sih? Malu masalah tadi?"

Kiran terdiam.

"Ya ampun, Yang, aku kan suami kamu, kenapa harus malu masalah begituan sih?"

"Ya kan malu aja, ih, kamu mah."

"Peluk sini," kata Bank sambil membuka kedua tangannya. Kiran menyandarkan tubuhnya dan masuk ke dalam pelukan Bank.

"Kangen, Yang," kata Bank sambil menenggelamkan wajahnya ke leher Kiran.

"Aku juga," kata Kiran membalas pelukan Bank tak kalah erat.

"Eh, tunggu bentar deh," Kiran melepaskan pelukannya. Ia menangkupkan kedua tangannya pada wajah Bank.

"Kok kamu kurus banget sekarang?" tanya Kiran. Pantas saja ketika dipeluk tadi ada yang berbeda, ternyata benar Bank makin kurus.

"Emang iya?" tanya Bank.

"Iya! Nih pipinya ilang. Nggak pernah makan di Thailand?"

"Gimana mau makan kalo nggak ada kamu."

"Nggak usah gombal. Kenapa sih? Nggak dikasih makan sama Bibi Ann?"

"Nggak gitu, cuman... lagi sibuk aja kemarin sampe nggak sempet makan. Lagian nggak ada kamu di sana, aku jadi males," kata Bank, "beneran ini aku nggak gombal," lanjut Bank saat melihat Kiran akan protes.

"Ck. Nggak boleh gitu dong, kamu tu ih," kata Kiran gemas, "Untung aja nggak sampe sakit," lanjutnya sambil mengelus pipi Bank yang makin tirus.

Bank terdiam. Ia tersenyum dalam hati melihat istrinya yang mengkhawatirkannya.

"Makan yuk? Aku masakin. Mau makan apa?" tanya Kiran.

Bank tersenyum lebar kemudian mengangguk. "Apa aja yang penting kamu yang masak."

Kiran beranjak dari duduknya dan bergegas menuju dapur diikuti oleh Bank. Kiran mengobrak-abrik isi kulkas dan mencari bahan makanan yang bisa ia masak. Setelah hampir satu jam bergelut dengan bahan masakan dan segala perlengkapannya, akhirnya masakan Kiran selesai. Ia menyajikannya di atas meja makan di hadapan Bank yang sudah duduk manis.

"Makan dulu! Abisin ya," kata Kiran kemudian berbalik berniat membereskan dapur yang sudah mirip arena perang itu.

"Loh mau kemana?" tahan Bank.

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang