CHAPTER 41

2.7K 103 5
                                    

Hari demi hari berlalu hingga tak terasa usia pernikahan Kiran dan Bank sudah menginjak tahun kelima. Bank sudah lulus dari SMA dan kini sedang duduk di bangku kuliah. Di tahun ketiganya ini Bank sudah mulai memikirkan persiapan untuk skripsinya. Sedangkan kehidupan preklinik Kiran sudah berakhir hari ini. Hubungan Kiran dan Sadam masih tidak ada kemajuan bahkan setelah pernyataan bahwa Sadam telah memaafkannya kala itu. Sadam sering tidak masuk baik di perkuliahan maupun praktikum. Hal itu membuatnya tertinggal banyak dan mau tidak mau turun angkatan. Semenjak itu pula Kiran makin sulit menemui Sadam. Lagipula kalaupun mereka papasan tak ada dari keduanya yang berani menyapa. Benar-benar seperti orang asing.

Kiran sering menanyakan keadaan Sadam kepada Lisa namun Lisa seakan membatasi informasi tentang Sadam yang akan ia berikan pada Kiran. Ya, setelah kejadian itu, Sadam dan Lisa jadi dekat. Sangat dekat. Bahkan tak jarang Sadam menginap di apartemen Lisa.

Kiran terduduk lemas di jok mobilnya saat membaca pesan di grup angkatannya. Ia tidak pernah terpikirkan akan hal ini sebelumnya. Ia menggerakan jari-jarinya di atas keypad ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada Adrian, ketua angkatannya.

Yan, nggak bisa ya kalo pindah wahana?

Nggak bisa, Ran. Udah keputusan dari dekanat kalo mulai taun ini mereka yang nentuin wahananya dan nggak boleh tukeran.

Yaah, sedih banget. Btw makasih, Yan.

Kiran kembali terkulai lemas saat membaca balasan pesan dari Adrian.

Wahana yang ia maksud adalah rumah sakit yang akan ia tempati untuk program koas yang kurang dari sebulan lagi akan ia jalani. Sayangnya wahana tersebut ada di luar kota. Kiran menghembuskan nafas panjang. Kemudian menyalakan mesin mobilnya dan segera pulang.

Sepanjang perjalanan, pikirannya kemana-mana. Ia tak ingin meninggalkan Bank lama-lama. Karena ia tahu ia tak akan sanggup terlalu lama jauh dari Bank. Tapi ia juga tak mungkin meminta Bank menemaninya karena Bank akan mulai disibukkan oleh skripsinya.

Kiran keluar dari lift dan berjalan lunglai menuju unit apartemennya. Ia segera masuk dan menghampiri Bank yang sedang duduk di sofa.

"Yaaaaangg.." rengek Kiran sambil berlari kecil menghampiri Bank dan langsung duduk di pangkuan Bank dengan posisi badannya menghadap Bank. Kiran mencium bibir Bank sekilas kemudian memeluk suaminya itu.

"Yang, aku bete banget," keluh Kiran masih di pelukan Bank.

"Sumpah, super bete banget, Yang.."

Kiran yang tidak mendapatkan jawaban Bank kemudian melonggarkan pelukannya dan menatap Bank. Ekspresi Bank tampak kaget dan bingung. Tumben sekali. Biasa Bank paling suka kalo Kiran memeluknya duluan seperti ini.

"Yang, kenapa sih?" tanya Kiran heran.

"Yang.." Bank berkata pelan, "aku lagi live instagram."

"Hah?"

Bank menunjuk meja di depannya dengan dagunya dan benar saja di atas meja itu sudah ada ponsel Bank yang disangga oleh sebuah tripod. Layar ponsel itu menampilkan Kiran yang kini duduk di pangkuan Bank. Untung saja posisi Kiran dari tadi membelakangi ponsel Bank jadi yang terlihat hanya punggungnya saja. Tapi tetap saja posisi mereka sekarang yang... ehm. Kenapa sih dengan bodohnya ia tidak menyadari bahwa Bank sedang melakukan live di instagram saat ia masuk tadi? Kenapa bisa ia tak menyadari ada ponsel Bank di meja?

Kiran membenamkan wajahnya di pundak Bank malu. Sedetik kemudian ia berdiri dan berlari ke kamarnya.

Bank hanya tertawa melihat kelakuan istrinya itu. Kemudian tersenyum canggung ke arah kameranya. Ia melihat kolom komentar yang berjalan sangat cepat dan sebagian besar komentar netizen meminta penjelasan mengenai kejadian barusan.

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang