CHAPTER 06

5.5K 192 0
                                    

Bank melirik jam yang tertempel di dinding ruang makan rumah utama sambil meminum jus jambu favoritnya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam tapi Kiran belum juga pulang. Seharusnya jam tambahan sudah selesai sejak jam 5 sore tapi entahlah Kiran belum juga pulang bahkan ia tak mengabari orang rumah maupun dirinya. Bank menepuk jidatnya saat ingat bahwa ia baru membeli ponsel tadi siang dan Kiran pun tidak tahu nomornya, tentu saja Kiran tak bisa mengabarinya.

Bank menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang diikuti suara lelah Kiran. Ya, Kiran baru saja pulang dengan wajah lelah. Ia berjalan menuju dapur dan menghampiri Bank yang sedang mengamatinya. Kiran merebut gelas berisi jus jambu milik Bank dan menegaknya hingga habis. Bank hanya terdiam sambil mengamati istrinya yang tampak kehausan. Ia baru akan mengatakan sesuatu saat mertuanya tiba-tiba datang dan mengomel.

"Kiran! Kok kamu baru pulang?" kata Susan sambil berkacak pinggang di depan Kiran.

"Kiran ada jam tambahan, Ma," jawab Kiran.

"Mana ada jam tambahan sampe jam segini. Terus kenapa nggak ngabarin mama atau suami kamu?"

"HP Kiran mati, Ma," jawab Kiran lagi kali ini dengan nada lelah.

"Ck. Kamu tuh, udah nikah, nak, nggak bisa seenaknya kayak dulu lagi. Kamu harus belajar jadi istri yang baik buat Bank. Nyiapin keperluannya, nyiapin makannya dan yang paling penting ngasih kabar," omel Susan.

"Iya, Ran. Kamu harus mulai belajar dewasa. Nggak bisa kayak anak kecil terus," kata Manda sambil menggendong Dika, anak bungsunya.

Kiran mendengus pelan. Ia merasa seperti diserang sekarang.

"Tapi kan Kiran emang lagi sibuk disekolah Ma, Tan, banyak jam tambahan belum lagi les ini itu," kata Kiran membela diri.

"Sesibuk apapun kamu tetep harus inget suami," kata Susan ngeyel yang diikuti dengan anggukan Manda.

Kiran langsung memberengut kesal. Ia baru akan mengeluarkan pembelaan lagi saat tiba-tiba Bank bersuara.

"Emm, Kiran udah ngabarin aku kalo pulang telat kok, Ma, Tan. Lagian kalo soal makan malem kan udah disiapin sama asisten rumah tangga," kata Bank sesopan mungkin.

"Tapi kan tetep aja itu tugas istri kamu buat nyiapin dan nemenin kamu makan," kata Susan masih ngeyel.

"Iya, Bank ngerti kok, Ma, tapi kan emang Kiran lagi sibuk di sekolah. Lagian Bank kan bisa makan malem sama Mama dan yang lain juga, banyak yang nemenin," kata Bank sambil melemparkan senyuman khasnya berharap mertuanya melunak dan tidak memarahi Kiran lagi.

Susan hanya menghela nafas keras.

"Aku sama Kiran ke rumah kecil dulu ya, Ma, Tan. Kasian Kiran pasti capek," kata Bank kemudian menggandeng tangan Kiran setelah mertuanya mengangguk.

Kiran masih memasang tampang kesal bahkan setelah ia selesai mandi. Ia berjalan menghampiri Bank yang sedang duduk di sofa sambil menonton TV. Kiran menghempaskan tubuhnya ke sofa kemudian bersedekap sambil mendengus kesal.

Bank menoleh dan tersenyum melihat ekspresi istrinya.

"Kenapa sih?" tanya Bank lembut.

"Kesel gue," jawab Kiran.

"Kesel kenapa?" tanya Bank sambil menggeser duduknya mendekati Kiran.

"Kesel sama mama, kesel sama tante Manda, kesel sama lo."

"Lah kok kesel sama gue juga?"

"Kesel kenapa gue kudu nikah sama lo sekarang kenapa nggak besok-besok aja," jawab Kiran sambil cemberut.

Younger HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang