09

1.5K 267 23
                                    

Tiga hari semejak terakhir kali Ara bertemu dengan Daniel, tiga hari juga ia tidak mendengar kabarnya bahkan melihat wajahnya.

Kali ini ia membuka jendela kamarnya, jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan jendela kamar Daniel yang terbuka itu.

Ara tersenyum, meskipun ia tidak bisa melihat Daniel dengan jarak dekat kali ini. Tetapi, ia bisa melihat Daniel lewat jendela kamarnya yang terbuka.

Dari kejauahan Ara melihat Daniel yang fokus pada handphone nya.

Ara kembali mengingat kejadian dua tahun lalu saat ia dan Daniel bertanding game di handphone masing-masing dan berakhir dengan kekalahannya.

Ara mendatarkan senyumannya seketika.

Kali ini ia membulatkan matanya, dari kejuahan ia melihat Daniel yang menghisap rokok.

Tanpa berpikir dua kali, Ara membuka jendela kamarnya kemudian berteriak cukup kuat tanpa peduli tentangga yang lain terganggu atau tidak.

"DANIEL!!" teriak Ara.

Tidak perlu waktu lama bagi Ara agar Daniel mendengar teriakannya.

Meskipun hujan deras, tetapi Daniel masih bisa mendengar suara Ara yang cukup kuat itu.

Daniel menatap Ara, kemudian melangkahkan kakinya menuju jendela.

Awalnya Ara mengira jika Daniel akan menanggapinya, tetapi nyatanya tidak.

Daniel menutup gorden kamarnya, dan itu membuang Ara terkejut bukan main.

Daniel tidak pernah melakukan hal itu meskipun dia kecewa pada Ara.

Ara berdecak kesal.

Apapun yang terjadi, Ara harus bertemu dengannya.

Ara mengambil hoodie miliknya kemudian berlari tanpa peduli hujan deras menuju rumah Daniel.

Kedatangannya disambut mama Daniel yang berada diruang tengah, tanpa permisi ara menuju lantai dua mengabaikan panggilan Mama Daniel yang terus meneriaki namanya.

"Daniel, buka!" Ara mengetuk pintu kamar Daniel.

Tidak ada jawaban.

Ara terdiam. Memikirkan bagaimana caranya agar Daniel membuka pintu kamar untuknya.

"Daniel, aku harus nerobos hujan karena kamu. Dingin banget, buka ya pintunya. Aku.." Ara menggantungkan ucapannya, memejamkan kedua matanya rapat-rapat.

"Aku..mau tidur di kamar kamu. Takut, tiba-tiba ada petir dan mati lampu. Jad--" belum selesai Ara berbicara, Daniel membuka pintu kamarnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Ara.

Ara membuka matanya, melangkahkan kakinya menjauh dari Daniel karena memang jarak wajah mereka sangat dekat.

"Ikut aku" Ara menarik tangan Daniel untuk masuk kedalam kamarnya kemudian menutup pintu kamar Daniel cukup kuat.

Tatapan Ara terkunci pada bungkus rokok yang berada di atas meja belajar Daniel.

"Merokok dapat menyebabkan kanker, ser---"

"Emangnya peduli?" Belum sempat Ara menyelesaikan ucapannya, Daniel memotongnya membuat Ara terdiam seribu bahasa.

Ara memainkan jari tangannya gugup.

Dirinya peduli, jelas peduli. Tetapi, ia tidak mungkin berkata jujur.

"Serangan jantung, hip--"

Daniel mengambil bungkus rokok itu kemudian mengambil sebatang dan hendak menghidupkannya

"Eh!" Ara segera merebut rokok itu dan membuang nya kelantai, menginjaknya dengan kesal.

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang