25

899 178 9
                                    

Suara berisik di dapur rumah Ara benar-benar mengganggu tidurnya. Ara terpaksa pergi kedapur dengan setengah sadarnya untuk memastikan siapa orang yang membuat keberisikan dirumahnya.

Ara menghentikan langkahnya setelah melihat Daniel yang sibuk dengan peralatan dapur.

Entah apa yang pria itu lakukan, yang jelas Ara merasa terganggu.

Dari semalam, semenjak Daniel melihat Ara dan Dave yang pulang larut malam karena Ara harus menemani Dave yang berjaga malam membuat Daniel berlari menuju rumahnya, datang ke rumahnya tanpa berucap sedikitpun, menatap Ara tajam dan kembali kerumahnya.

Entah apa yang Daniel lakukan malam tadi, yang jelas perlakukannya semalam membuat Ara bingung.

"Ngapain?" Ara membuka suara.

"Kan bisa liat" ucap Daniel singkat.

"Ini kan rumah aku" Ara tidak ingin kalah.

Ini rumahnya, dan Daniel tidak berhak melakukan apa-apa di rumah Ara.

"Aku tau" ucap Daniel santai.

"Terus ngapain?" Tanya Ara kembali.

"Daniel, pagi-pagi ngapain di rumah aku?" Tanya Ara dengan sedikit emosi.

Kedatangan Daniel yang terlalu pagi jelas membuat Ara terganggu, apalagi suara berisik didapur yang Daniel buat berhasil mengganggu tidurnya.

Daniel membuang nafasnya kasar. Meletakkan pisau dapur dengan asal kemudian melangkahkan kakinya mendekati Ara.

"Kangen" kedua mata Daniel menatap Ara serius,tajam dan mampu membuat jantung Ara berdetak lebih cepat.

Ara membencinya, Ara membenci tatapan itu. Tatapan yang semakin membuatnya sulit untuk berhenti jatuh cinta pada pria yang kini ada di hadapan nya.

"Aku kangen kamu" lanjut Daniel kembali. Ara terdiam, menutup rapat-rapat mulutnya. Sejujurnya, Ara juga merindukan sosok pria yang masih menatapnya dengan tajam itu. Tatapan yang sering Daniel berikan padanya saat Ara melakukan kesalahan dulu.

Lebih tepatnya, tatapan saat Ara membuat Daniel cemburu dulu.

Iya, dulu.

"Bohong. Udah ah, pulang sana" Ara tersenyum tipis, menetralkan detak jantungnya, berusaha untuk mencoba agar ia terlihat biasa saja di hadapan Daniel.

Nyatanya, ia sangat..

Sangat ingin memeluk erat Daniel. Menangis dipelukannya, memukul dada nya sekuat mungkin untuk melampiaskan semua kekesalahan dan kekecawaannya.

"Ngusir, lagi?" Tanya Daniel.

Ara membuang nafasnya kasar. Kini, kedua matanya menatap Daniel dengan tatapan kesalnya.

"Pulang gak?" Tanya Ara.

Daniel tidak bergerak pada posisinya. Mendapatkan Daniel yang masih berdiam pada posisinya membuat Ara berinisiatif untuk menarik tangan Daniel, mengusir pria itu dengan tangan nya sendiri adalah salah satu cara terbaik.

"Ayo pulang!" Ara menarik tangannya Daniel dengan tenaganya. Sialnya, Daniel kini menarik tangan Ara dengan cepat, membawa tubuh Ara kedalam pelukannya.

Erat, sangat erat.

Tangan Daniel mengusap puncak rambut Ara dengan lembut, tangan lainnya ia lingkarkan ke bahu Ara untuk memberikan kenyamanan pada pria itu.

"Aku kangen" ucap Daniel.

Ara terdiam. Tangannya perlahan membalas pelukan Daniel, mengusap punggung pria itu pelan, menyembunyikan wajah didada Daniel adalah pilihan terbaik untuk menyembunyikan air matanya.

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang