23

846 178 9
                                    

Semalaman Dave masih membuka matanya hanya untuk menjaga Ara yang menangis semalaman dan akhirnya dia tertidur ketika Dave memeluknya.

Dave tentunya tidak sendiri, dia sengaja menghubungi Sally dan meminta dia datang ke rumah Ara untuk membantunya menenangi Ara.

Sally jelas marah besar saat mendengar cerita Dave, dan dia meluapkan kemarannya pada Rigel yang memang sedang berada dirumah Ara atas permintaan Daniel.

"Lo jangan marah-marah sama gue. Gue juga gak tau apa-apa" ucap Rigel membela diri.

Mendengar ucapan Rigel membuat Sally mempautkan bibirnya kesal. Pikirnya, Rigel dan Daniel sama-sama menyebalkan.

Benar-benar menyebalkan.

"Kalo gue tau, gue gak bakal biarin dia datang, Sal" ucap Rigel dengan nada bersalahnya.

"Gue juga gak mau dia terus-terusan sakit hati karena saudara gue" lanjut Rigel.

Kini pandangannya menatap Ara yang tertidur dengan kepalanya yang berada di atas pundak Dave.

"Sebenernya, ini salah gue. Awalnya dia gak mau datang, tapi gue yang paksa dia. Kaluan tenang aja, gue bakal minta maaf sama Ara dan juga Daniel" ucap Dave dengan dewasanya.

Sally menggeleng cepat. Dia sama sekali tidak membiarkan Dave meminta maaf pada Daniel karena kesalahan yang bukan Dave perbuat.

Sekali lagi, Sally tidak akan membiarkannya.

"apa-apaan? Ngapain?!" Tanya Sally dengan sedikit bentakannya membuat Dave meminta agar Sally menutup mulutnya, khawatir jika Ara terbangun dari tidurnya.

Rigel berdecak kesal, ia hendak menyingkirkan rambut Ara yang menutupi wajah cantiknya. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah Sally memukul lengannya cukup kencang.

"Jangan sentuh-sentuh calon kakak ipar gue!" Ucap Sally dengan kesal.

Mendengar Rigel dan Sally yang terus bertengkar membuat Dave sedikit merasa kesal.

Dia tidak ingin Ara terganggu dari tidurnya hanya karena pertengkaran Sally dan Rigel yang sedari tadi sulit di hentikan.

"Gue pindahin dia kekamar dulu" ucap Dave.













Dave tersenyum tipis, melihat wajah Ara dari jarak dekat benar-benar membuat hati Dave nyaman.

Dave mengusap wajah Ara pelan, senyumannya tidak berubah sedikitpun.

"Orang yang tulus kenapa bisa se-menyedihkan gini?" Ucap Dave pelan.

Dave menarik selimut untuk menutupi tubuh Ara, detik berikutnya ia mencium puncak kepala Ara pelan dan cukup lama.

"Sorry, Aira. Aku benar-benar jatuh hati sama dia" ucap Dave pelan.

Entah mengapa, mengingat Aira selalu berhasil membuat air matanya menetes begitu saja.





Dave menghentikan langkahnya saat melihat Daniel yang kini berada di ruang tengah rumah Ara bersama Rigel dan juga Sally.

Raut wajahnya terlihat jelas jika ia benar-benar merasa bersalah.

Dave mengepalkan kedua tangannya, langkahnya terburu-buru menghampiri Daniel dan langsung memberikan satu pukulan kuat di wajahnya.

"Kak!" Sally segera membantu Daniel yang terjatuh karena pukulan kuat Dave.

Dave terlihat emosi, bahkan sangat emosi.

Kini Dave menarik kerah kemeja yang Daniel kenakan, sekali lagi ia melayangkan pukulan di wajah tampan Daniel.

Sungguh, Rigel dan Sally baru pertama kali melihat Dave sangat emosi apalagi ini berhubungan dengan seorang wanita.

"Bajingan kayak lo gak pantes buat Ara. Demi tuhan, gue gak biarin dia sakit lagi karena lo" ucap Dave.

Lagi-lagi, Dave mengcengkram kuat kerah kemeja Daniel. Pandangan mereka bertemu melemparkan tatapan benci mereka satu sama lain.

"Dan gue gak biarin Ara jatuh hati sama lo" ucap Daniel penuh dengan penekanan di setiap katanya.

Lagi, Dave benar-benar emosi dan lagi ia melayangkan pukulan di wajah Daniel. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali dan tidak ada niat Daniel untuk membalasnya.

Daniel sadar, dia pantas mendapatkan pukulan dari Dave. Bahkan, Daniel rela habis asalkan rasa bersalahnya hilang, dan asalkan Ara tidak marah bahkan menjauhinya.

Rigel jelas tidak bisa hanya berdiam diri melihat kedua orang yang dekat dengan nya bertengkar cukup hebat. Dengan satu gerakan, Rigel menarik tubuh Dave dan berdiri di hadapan Dave seolah-olah menjadi benteng pertahanan Daniel yang mulai menyerah dengan pukulan Dave.

Wajah Daniel dipenuhi memar, belum lagi perutnya yang terasa sakit membuat gerakan tubuh Daniel menjadi minim.

"Sorry bang, tapi ini bukan kesalahan dia sepenuhnya. Bang Daniel gak tau tentang perencanaan tunangan itu. Lagipula, dia tolak dengan mentah-mentah" ucap Rigel membela saudaranya.

Yah, memang ini bukan sepenuhnya kesalahan Daniel.

"Gak harus emosi gini kan? Bisa bicarain dengan baik-baik" lanjut Rigel.

Dave melonggarkan kepalan tangannya, ia memejamka kedua matanya sejenak, kemudian menatap Sally yang berdiri dengan wajahnya yang ketakutan.

"Kakak pulang, kamu disini jagain Ara. Kalo dia tanya kemana kakak, bilang kakak jaga di rumah sakit" ucap Dave kemudian melangkahkan kakinya pergi.














Dave menutup pintu mobilnya dengan bantingan. Meluapkan emosinya dengan memukul stir dan mengacak rambutnya frustasi.

Iya, ia menyadari kesalahannya karena melakukan kekerasan tanpa mendengar penjelasan Daniel terlebih dulu.

Dan tentunya, emosi bukanlah dirinya.

Dave teringat siapa Daniel sekarang, dan itu hal yang benar-benar membuatnya menyesal karena memukul Daniel tanpa ampun dan tanpa perasaan sampai membuat dia hampir tidak sadarkan diri.

Daniel adalah kakak kandung dari wanita yang berarti di hidupnya.

Aira..

Mungkin jika Aira masih berada di dekatnya, Dave akan bertekuk lutut untuk meminta maaf pada Aira karena telah melakukan kekerasan pada pria yang sedari dulu Aira cari.

Dave menggulung kemeja nya sampai siku, kedua matanya menatap sendu luka goresan yang banyak dilengannya.

Luka goresan yang ia tutupi dari semua orang yang berada di dekatnya, termasuk Ara.

Dave kira semuanya akan baik-baik saja setelah Aira pergi, nyatanya tidak.

Semuanya tetap sama, dia masih dengan depresinya hanya saja ia mulai membuka hati untuk Ara. Untuk wanita yang bahkan tidak mencintainya sama sekali.

Dave membuka dashboard mobilnya, mengambil foto Ara yang terlihat tersenyum ke arah kamera.

"Bantu aku, Ra" ucap Dave dengan suara paraunya.

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang