31

708 149 8
                                    

Hampir sejam Dave berada di rumah Ara, tetapi raut wajahnya sulit di artikan. Dave yang biasanya setiap kali datang kerumah Ara langsung memberikan senyuman nya yang manis itu tetapi kali ini tidak. Yang ada hanya wajah Dave yang Ara sendiri sulit mengartikannya.

"Udah sarapan?"

"Iya"

"Ada jaga pagi?"

"Iya"

Ara mengerutkan keningnya heran. Dave hanya bersuara sepentingnya, sepadat, dan jelas. Ditambah lagi Dave yabg mengatakan jika dia ada jaga pagi, membuat Ara semakin tidak mengerti dengan tingkah Dave kali ini.

Pikir Ara, seharusnya Dave pergi ke rumah sakit bukan malah pergi ke rumahnya. Bisa saja dokter, bahkan perawat di rumah sakit memerahinya.

"Terus kenapa disini?" Tanya Ara.

Dave masih terdiam.

Yang jelas, ia cemburu dan marah bersamaan. Setelah Rigel mengatakan jika Ara dan Daniel sedang berkencan, itu membuat Dave cemburu bukan main. Dan setelah ia mencoba menghubungi Ara, Ara tidak menjawab teleponnya.

Dave menatap Ara membuat Ara menatapnya juga.

"Kencan nya lancar?"

"Apa?"

Ara membulatkan kedua matanya.

Bagaimana bisa Dave tahu perihal kencan tidak masuk akal dan berakhir menyedihkan itu? Bukan nya apa, Ara tahu jelas Dave menyukainya dan tentunya perihal Dave tahu tentang kencan nya kemarin Ara merasa tidak enak hati.

"Ah..bukan ken--"

"Kalo emang aku ganggu kamu, ya bilang. Jadi, aku gak perlu khawatir" Dave memotong ucapan Ara dengan cepat.

"Seenggaknya angkat telepon aku"

"Kemarin iya kamu angkat. Tapi setelahnya mati gitu aja, kenapa? Apa bener-bener gak mau di ganggu?" Tanya Dave. Jujur saja, baru kali ini Ara mendengar Dave banyak bicara padanya.

Apalagi, berbicara tentang hal yang berhubungan dengan perasaan. Jika Dave selalu seperti ini, Ara rasa ia akan mudah jatuh hati pada pria yang tepat berada disampingnya.

"Udah?" Tanya Ara.

Dave terlihat kikuk, menyadari perkataan nya yang baru saja keluar menandakan jika ia benar-benar merasa cemburu.

Ah, pikirnya dia benar-benar merasa bodoh.

Dave memilih diam, sedangkan Ara tersenyum tipis.

Cup

Ara mencium pipi Dave dengan cepat. Tidak sadar apa yang baru saja ia lakukan membuat jantung Dave berdetak tidak karuan. Ara juga melakukannya tanpa berpikir panjang.

Yah, Ara jelas menyesali hal bodoh yang baru saja ia lakukan.

Benar-benar bodoh pikirnya.

Dave berdiri dari duduknya, ia tidak bisa terus-terusan berada di dekat Ara sedangkan detak jantungnya sangat sulit ia kendalikan.

"Aku ke rumah sakit. Kalo ada apa-apa hubungin aku" ucap Dave kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Ara yang terdiam di posisinya.

Ara memukul kepalanya berkali-kali. Ia rasa, Dave pasti akan menganggapnya sebagai wanita yang macam-macam.









Dave menutup pintu mobilnya cukup kencang, menempelkan kepalanya pada stir mobil kemudian melihat wajahnya di layar handphone miliknya.

"Astaga, jangan mandi, jangan cuci muka" ucap Dave.

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang