24

1.1K 205 19
                                    

Ara berdecak kesal setelah bertemu Dave di rumah sakit. Karena terlalu khawatir pada pria itu setelah mendengar jika ia dan Daniel terlibat pertengkaran hebat karena nya membuat Ara jelas merasa bersalah, bahkan ia sempat terjatuh karena terlalu khawatir pada Dave.

Ara belum bertemu Daniel bukan tanpa alasan, hanya saja ia belum siap jika harus melihat wajah Daniel yang di penuhi memar hanya karena dirinya.

Bisa-bisa Ara menangis.

"Coba aku liat lututnya" ucap Dave sambil menggung jas dokternya.

Ara memposisikan duduk di hadapan Dave sambil membiarkan Dave mengobati lutut nya yang sedikit terluka.

"Lagian kenapa lari-lari, hm?" Tanya Dave, kedua matanya fokus mengobati luka pada lutut Ara.

"Khawatir. Lagian kenapa pake acar--"

"Emosi" potong Dave.

Dave menatap Ara yang juga menatapnya dengan tatapan kesal. Ara mengalihkan pandangannya pada lengan Dave.

Luka sayatan yang mulai mengering membuat Ara segera menarik lengan Dave dengan cepat.

"Ini apa?" Tanya Ara.

Dave terdiam.

"Ini apa?!" Tanya Ara kembali dengan anda membentaknya.

"Kemarin di cakar kucing di rumah" ucap Dave berbohong.

Ara tersenyum kecut. Bukan, itu bukan cakaran kucing. Sayatan di lengan Dave terlihat jelas jika Dave sendiri yang melakukannya.

Self harm.

"Jangan bohong" ucap Ara.

Ara menunduk. Seberat apa depresi Dave sampai ia melukai dirinya sendiri?

Bertingkah kuat didepan, nyatanya dia lemah bahkan sangat lemah dibelakang.

"Aku baik-baik aja. Fokus ke luka di lutut kamu dulu ya"ucap Dave.

Dave menarik tangannya dari genggaman Ara. Jantungnya berdetak cepat saat ia tahu Ara sedang menangis karena nya.

"Aku baik-baik aja" ucap Dave kembali.

Ara tidak bersuara, ia masih menunduk sambil memainkan jari tangannya.

Tidak berani menatap Dave yang juga tidak memiliki keberanian untuk menatapnya.

"Aira?" Tanya Ara.

Dave terdiam, ia benar-benar terdiam.

Ara menyebut nama wanita itu, menyebut nama wanita yang sangat berharga di hidup Dave.

"Dave, aku gak tau seberat apa depresi kamu. Tapi, aku gak mau kamu ngelakuin hal gini. Aku takut" ucap Ara yang kini menatap Dave dengan air matanya yang menetes.

Tangannya kembali menarik tangan Dave, menggenggamnya kuat seolah-olah memberikan kekuatan pada Dave.

Dave lagi-lagi terdiam, kedua matanya menatap sayu Ara. Ara benar-benar tulus, dan Dave membutuhkannya, sangat membutuhkannya.

Ara mengacak rambut Dave pelan, tersenyum tulus pada Dave, dan ia tangan lainnya masih menggenggam tangan Dave erat.

"Apa aku bisa bantu kamu? Apa kamu mau?"tanya Ara dengan hati-hati.

Dave tersenyum, ia mengangguk cepat dan tentunya ia menaruh harapan yang besar pada Ara.

"Astaga gue ganggu lagi" suara Rigel yang terdengar membuat Ara cepat-cepat melepas genggamannya dari tangan Dave. Tetapi, sialnya Dave menahan tangan Ara dan kini Dave yang menggenggam tangannya dengan erat.

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang