32

755 158 11
                                    

Semalaman Daniel dan Rigel berada di rumah Ara. Seperti biasa, dengan keberisikan mereka dan makanan di rumah Ara yang habis tidak tersisa sama sekali.

"Andai hidup gue selalu begini" Rigel membuka lebar-lebar kedua tangannya sambil membuang nafasnya panjang.

Ini salah satu hal yang membuat Rigel bersyukur mengenal Ara. Apapun yang ia dan Daniel lakukan di rumah Ara, Ara tidak pernah protes sekalipun meskipun itu merugikan dirinya.

Asalkan, rumahnya kembali rapi.

"Gel.."

"Apa?"

"Gel"

"Apa yaelah, gue di samping lo!" Rigel melempar bantal sofa ke arah Daniel dan berhasil mengenai kepala Daniel.

Setelah Daniel kalah telak bermain game dengan nya dan Rigel dapat reward apapun yang ia inginkan.

Dan tentunya, Rigel bahagia atas kemenangan telaknya.

"Masih mau bantu gue balik lagi sama dia?" Daniel menatap Rigel dengan penasaran, begitu sebaliknya.

Sebenarnya sejak pagi tadi banyak hal yang membuat Rigel penasaran tentang perubahn tiba-tiba saudaranya.

Yah, menjadi pria yang sebelumnya tidak tahu apa itu mengalah dan sekarang menjadi pria yang mudah mengalah, Meskipun Rigel belum yakin sepenuhnya.

"Maunya?" Tanya Rigel.

Daniel mengalihkan pandangannya pada lantai dua, berharap jika orang yang sedari tadi ia pikirkan muncul di hadapannya, dan tersenyum padanya.

Kenyataannya, beberapa jam yang lalu Ara datang dengan dengan bunga di genggamannya dan senyumannya tanpa menyapa Daniel yang bahkan tidak berhenti memikirkan Ara sejak dirinya pergi dan itu membuat Daniel merasa jika memang ia harus menyerah.

Bagaimana Ara menanggapinya, dan menanggapi Dave jelas berbeda terbalik. Daniel selalu gagal membuat Ara tersenyum bahagia, sedangkan Dave selalu berhasil dengan apapun caranya.

"Berhenti ya, biar gue yang berusaha sendiri" lanjut Daniel. Kedua matanya masih memandang lantai dua rumah Ara dengan harapan yang sama.

Rigel mengerutkan keningnya, kedua matanya mengikuti arah pandangan Daniel.

"Lo nya aja belum apa-apa udah nyerah gitu" ucap Rigel. Rigel membenarkan posisi duduknya, mengambil bantal sofa kemudian ia letakkan di belakang punggungnya mencari tempat ternyaman.

"Lo mau dia muncul dan sapa lo, kan? Kalo gue hitung sampe hitungan ketiga dia muncul. Maka dia memang di takdirin buat lo" Rigel menggantungkan ucapannya setelah melihat wajah Ara yang muncul kemudian melambaikan tangannya pada Rigel sambil tersenyum.

"Menang kan?!" Tanya Ara sedikit berteriak.

Rigel tidak menanggapi pertanyaan Ara, Rigel mengalihkan pandangannya pada Daniel yang menatap Ara tanpa berkedip sekalipun, Daniel tersenyum tipis pada Ara.

"Bang.."

"Nyatanya belum hitungan pertama dia udah muncul. Berarti dia bukan di takdirin buat gue, kan?" Daniel memejamkan kedua matanya beriringan dengan helaan nafas panjangnya yang membuat Rigel berhasil menyesali ucapan bodohnya.

Ara terdiam memperhatikan setiap gerak-gerik Rigel dan Daniel, entah apa yang mereka bicarakan, Ara tidak bisa mendengarnya.

Ketiga nya sama-sama terdiam, sampai akhirnya Daniel kembali membuka matanya, menatap Ara dengan intens, dan penuh arti.

"Gue nyerah, Gel.." ucap Daniel, detik berikutnya Daniel berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Rigel yang masih mematung terheran di tempatnya.













MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang