Not Friend ¦ Haechan ✔️

33

"Saya sudah melakukan sebagaimana yang anda perintahkan,lalu sekarang apa yang harus saya lakukan?"

"Bawa Yuka ke gue,kalo bisa jangan sampai ada yang curiga,"

"Saya dengar Yuka sedang dirawat sekarang,bagaimana saya bisa membawanya?"

"Gue nggak mau tau,bawa dia gimanapun caranya!"

Sambungan telepon itu diputus sepihak. Seorang lelaki yang sedang berdiri di halte dengan tatapan kosong itu pun memasukan telepon nya ke dalam jaket lalu mamasuki sebuah bus yang berhenti.

Lelaki itu duduk di bus bagian tengah,ia terlihat kosong. Benar-benar seperti mayat hidup,ia hanya mengedipkan mata dan mengeluarkan napas,tanpa bicara sedikitpun.

"Saya mau turun disini," ujarnya seraya berdiri mendekat ke sopir bus.

Bus seketika berhenti,dan semua penumpang bys menatapnya.

"Ini,terimakasih," ujar lelaki itu menyerahkan beberapa lembar uang kepada sopir. Setelahnya ia turun dan memasuki area rumah sakit.

Ia segera mendekat ke meja resepsionis, "Pasien bernama Gabbyana Yuka ada di ruangan mana ya?"

"Sebentar biar saya cek,"

Lelaki itu mengangguk.

"Pasien ada di ruang ICU IV di bangsal dua,"

"Baik,terimakasih."

Lelaki itu berjalan dengan cepat,seolah sudah mengerti peta rumah sakit yanhmg ia datangi.

Ia sampai di depan ruangan ICU IV. ICU di rumah sakit ini boleh dikunjungi oleh siapapun. Rumah sakit ini berbeda dari rumah sakit yang lain.

Sehingga lelaki tadi langsung memasuki ruangan tersebut. Saat masuk ia melihat seorang lelaki lain yang sedang tertunduk di sebelah perempuan yang sedang berbaring tak sadarkan diri.

Lelaki tadi langsung mendekat ke arah perempuan tersebut dan melepas segala peralatan rumah sakit yang menempel di tubuh perempuan yang tengah berbaring itu, Hal tersebut tentu mengejutkan lelaki yang tengah tertundukㅡ tidur.

"Rano? Apa-apaan!?"

Lelaki tadi tidak membalas. Ya,ia Rano lelaki yang entah mengapa berubah menjadi seperti orang lain.

Rano terus melepas segala peralatan rumah sakit yang menempel di tubuh Yukaㅡ perempuan yang tengah tertidur.

Yuka bereaksi,tubuhnya seketika menjadi pucat dan napasnya menjadi tidak teratur. Hal tersebut tambah membuat Haekalㅡ lelaki yang tertundukㅡmenjadi semakin emosi.

"No! Sadar! Lo ngapain!??" Haekal segera mengambil alih tubuh Yuka yang sudah dalam pangkuan Rano.

"Pergi atau saya akan membunuh kamu,"

Haekal melotot mendengar kalimat yang baru saja ia dengar, apa maksut nya?

"Rano! Ini gue,lo nggak inget apa gimana sih?"

Rano sama sekali tidak menggubris pertanyaan Haekal. Ia segera mengangkat Yuka keluar dari ICU. Haekal hendak mengejar namun entah mengapa Rano dengan cepat menghilang dari hadapan nya dengan Yuka sekaligus.

Haekal segera berlari keluar seraya berteriak memanggil petugas keamanan. Ia hanya berharap semoga Yuka bisa baik-baik saja. Dan,ada apa dengan Rano?

•×•

Rano membawa Yuka ke sebuah gubuk di tengah hutan. Sampai sana ia langsung menemui seseorang penyebab kekacauan semua ini.

"Ini yang anda ingin kan," Rano meletakkan Yuka di atas meja panjang di dalam gubuk tersebut.

"Good job men,gue suka lo yang patuh," jawab nya seraya menepuk bahu Rano dan tersenyum senang.

Rano hanya diam tidak bergeming sama sekali. Dejuna. Penyebab kekacauan ini segera menghampiri Yuka yang semakin pucat saja.

"Akhirnya gue bisa liat lo dari deket lagi setelah sekian lama," sebuah senyum terlukis di wajahnya.

"Lo bisa pergi sekarang," Dejuna memberikan simbol agar Rano pergi dari gubuk tersebut.

"Tinggal kita berdua sekarang,lo mau nyusul Ten sekarang tau nanti?"

Lagi dan lagi Dejuna tersenyum sehabis bermonolog.

"Siapa bilang lo sendiri,gue lo anggap apa?" seseorang datang dari arah lainㅡperempuan.

"Hilma? Lo ngagetin aja deh,"

"Udah dapet dia?"

"Udah, sekarang enaknya di apain?"

"Kita biarin dulu sampai dia sadar,habis itu kita bakal siksa dia,biar dia tau gimana rasanya tersiksa."

"Oke,"

•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×•×

Ini ngapa huhuhuhuhu awalnya tuh gamau se riweh ini:'(