So sad peminat bacanya makin dikit
°
°
°New York, 12.46 pm.
Lalisa dan Agatha menuju ke lantai 7 dimana ruang dokter jantung berada.
"Kamu tunggu disini" Agatha mengangguk, Lalisa masuk ke dalam ruangan sedangkan Agatha berdiri di depan pintu.
'Permisi' ucap Lalisa melihat pria paruh baya di hadapannya yang tengah sibuk melohat hasil Rontgen.
Juan mendongak, dia tersenyum melihat putrinya yang tumbuh baik dan cantik seperti Mommy nya.
"Duduklah" ucap Juan.
Lalisa duduk di depan Juan, Meja kerja Juan berada di depan mereka.
"Ada apa ya dok? Saya tidak pernah periksa di rumah sakit ini" Ucap Lalisa.
Juan tersenyum pada Lalisa. dia harus siap dengan Resiko kalau Lalisa akan kecewa atau marah jika tau bahwa dirinya adalah Daddy nya. Bahkan dia masih mempunyai kedua Orang tua lengkap. Setidaknya Lalisa harus lebih cepat tau semua faktanya.
"Ini" Juan memberikan Lalisa hasil tes DNA, Lalisa membacanya dengan seksama. Jantungnya berdetak lebih cepat saat membaca hasil detail nya.
Sea Lalisa Stewart positif (+) anak dari Dr. Juan SpJP.
Lalisa merasakan matanya memanas, dia pun mendongak agar air matanya tida keluar lalu menatap pria paruh baya di hadapannya.
"Kamu putriku Lalisa" Lalisa menggeleng.
"Kemana anda selama ini Sir? Kemana anda saat saya kecil, saat saya sakit, dan saat saya sendirian?" lirih Lalisa.
"Daddy bisa menceritakan semuanya padamu" Lalisa menggeleng lalu menghapus air matanya yang sudah keluar dan tidak ingin berhenti.
"Mom sakit sayang, dia membutuhkan mu" Lalisa tersenyum lirih lalu menatap Juan.
"Anda mencari saya karna istri anda sakit? Anda tidak akan mencari saya kalau istri anda sedang sehat bukan?"
Juan menggeleng.
"Kami merindukan kamu sayang" Lalisa menggeleng terus menerus.
"Saya rasa saya harus pergi dari sini" Lalisa mengambil clutch nya dan keluar dari ruangan Juan sembari terus mengabaikan panggilan Juan.
"Sudah selesai Nona?" tanya Agatha.
Lalisa mengangguk tanpa bicara, Agatha dan Lalisa pun masuk ke dalam lift.
"Aku ingin ke kamar mandi dulu" ucap Lalisa berlari mencari kamar mandi.
Lalisa masuk ke dalam satu bilik toilet yang kosong. Dia menutup mulutnya rapat agar tidak ada yang mendengar suara tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Fiance
RomanceLalisa, Gadis 18 Tahun Yang Harus Menjadi Tunangan pria ber umur 30 tahun