°°
°
Lalisa melihat Juan membuka pintu Mansion dengan kasar.
"Bersiaplah, kita harus pergi saat ini juga" ucap Juan dengan cepat pada Lalisa yang tengah bersantai di kamarnya.
"what's wrong Dad?" tanya Lalisa sembari menutup majalah yang tengah di lihatnya.
"Pesawat Kenneth mendarat darurat, belum di ketahui apa penyebabnya"
Lalisa diam mencerna perkataan Juan, dia pun lantas dengan cepat mengenakan mantel dan berlari mendahului Juan.
Di dalam mobil.
Lalisa merasa hatinya sesak dan tidak tenang, kedua tangannya saling menggenggam.
Dalam hati dia selalu berdo'a agar Tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Kenneth. Lalisa menyesal tidak memaafkan Kenneth dan melarang pria itu pergi.
Juan meletakkan tangannya di atas tangan Lalisa.
Drtt
Juan menjawab panggilan dari tangan kanannya.
'....' Lalisa menatap Daddy nya yang sedang telfonan.
"Saya akan segera kesana" Juan mematikan Telponnya.
"Ada apa Dad?"
"Ada penyelundup di dalam jet pribadi Kenneth, mereka mencelakai Beberapa pramugari dan co-pilot"
"Lalu Kenneth?" Juan menggeleng.
"Belum ada info"
"Siapa pelaku nya Dad?"
"Clara dan satu anak buahnya" Lalisa mulai menangis sesenggukan, di benaknya saat ini hanya Kenneth. Dia benar benar tidak ingin terjadi sesuatu pada Kenneth, dia mencintai Kenneth.
"Bagaimana kalau terjadi apa apa pada Kenneth, i love him so much Dad" lanjut Lalisa di sela sela isak tangisnya.
"I'm so Scared Dad" lanjut Lalisa, Juan memeluknya.
"Harusnya aku tidak membiarkannya pergi, harusnya aku memaafkan nya dan mendengarkan penjelasannya Dad" lanjut Lalisa.
"He's will be fine" ucap Juan.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka pun sampai di bandara yang sudah tidak di pakai lagi.
Mobil berhenti tidak jauh dari pesawat pribadi Kenneth.
Lalisa dengan cepat keluar dari mobil, berlari mencari ambulans. Lalisa terpaku melihat Clara berjalan melewatinya dengan kedua tangan di borgol.
"kenapa kamu mencelakai Kenneth?" teriak Lalisa.
"karna dia memilihmu, karna dia mengabaikan ku dan aku ingin mati bersamanya" ucap Clara dengan santai nya, dia bahkan seperti psikopat. Jedua tangannya sudah di borgol oleh kedua polisi yang berada di sisinya.
"Lalisa" Lalisa menoleh ke sisi kanannya saat mendengar suara Kenneth. Kenneth berdiri dengan wajah kusut, kemeja putihnya terlepas dua kancing di atasnya.
Lalisa tersenyum dan berlari memeluk Kenneth, sangat erat. Kenneth membalas pelukan Lalisa tak kalah erat. Mereka berdua memejamkan mata, menikmati pelukan kerinduan.
Lalisa melepaskan pelukan, tangan Lalisa memegang kedua pipi Kenneth.
"Kamu baik baik aja kan? Aku takut"
"Aku baik baik saja Lalisa, i miss you so much" Kenneth memeluk Lalisa lagi dan mencium belakang kepala Lalisa.
Lalisa menatap telapak tangan kanan nya yang berdarah.
"Kamu terluka Ken" ucap Lalisa dengan suara gemetar takut.
"I'm okay, ini hanya luka kecil"
"tidak, kita ke rumah sakit sekarang" Lalisa menarik tangan Kenneth masuk ke dalam ambulans.
"Suster, obati disini saja. Aku tidak ingin ke rumah sakit" ucap Kenneth pada suster yang berada di dalam mobil ambulans.
Suster itu pun menyiapkan beberapa alat untuk menjahit bagian belakang kepala Kenneth.
"Ken kamu harus ke rumah sakit" ucap Lalisa sembari terus mengenggam tangan Kenneth.
Suster mulai menjahit Kenneth, Lalisa menangis saat melihat Kenneth meringis. Di jahit tanpa di bius, Lalisa tidak bisa membayangkan betapa sakitnya itu.
"Hikksss maaf" lirih Lalisa.
Suster yang mengobati Kenneth tersenyum mendengar ucapan Lalisa.
'Memang harus kehilangan agar menyadari pentingnya dia dalam hidupmu'
Kenneth tersenyum dalam hati, di dalam batinnya saat ini dia berniat sedikit mengerjai Lalisa.
Lalisa dan Kenneth satu mobil, dengan supir yang menunggu mereka di depan. Juan menaiki mobil lain, mereka akan menginap semalaman di hotel.
Lalisa menunduk karna sedari tadi Kenneth mengabaikan nya, bahkan ucapan maafnya tidak di jawab sama sekali.
Lalisa memberanikan diri duduk di pangkuan Kenneth, setelah menekan tombol sehingga penghubung kursi belakang dan depan tertutup.
"Maaf maaf maaf, i love you more more and more Ken" Lalisa mengecupi seluruh permukaan wajah Kenneth, Kenneth menahan senyumnya.
"Apa sekarang kamu akan mengabaikan ku?" tanya Lalisa menatap Kenneth seperti anak kucing.
"Ternyata begini rasanya di abaikan, menyesakkan sekali di ada" gumam Lalisa sembari mengelus pipi Kenneth yang semakin tirus.
"Apa kamu sudah makan? Kamu pasti tidak makan dengan baik ya"
"Bagaimana aku bisa makan dengan baik saat fikiran ku selalu padamu, merasakan sesak saat memikirkan kebodohanku dan kamu pergi tanpa jejak"
"Apa kamu fikir aku akan menerima mu di saat aku melihat kamu bermesraan dengan wanita lain Ken?"
"Kami tidak melakukan hhal yang tidak tidak, memang sewaktu kita berlibur aju dan dia berciuman. Tapi setela itu aku menyadari kalau aku hanya memiliki rasa padamu"
Plak, Lalisa menepuk bahu Kenneth sedikit kencang.
"Aww sakit" Desis Kenneth saat pukulan Lalisa pada bahunya membuat lukanya terasa nyeri.
Lalisa yang merasa bersalah pun mengelus lembut kepala Kenneth.
"Dan kejadian saat Di Mansion, Clara mengetahui kedatanganmu dan dia menciumku secara tiba tiba lalu kamu datang bersama Mama dan Liora"
"Maafkan aku" ucap Kenneth menggenggam tangan Lalisa dan mencium jemari Lalisa.
"Maafkan aku juga, aku sangat lega saat melihat kamu berdiri di hadapanku. Aku benar benar akan menyesal jika terjadi sesuatu yang buruk padamu" ucap Lalisa dengan siara gemetar menahan tangis.
"I love you" ucap Kenneth menarik Lalisa dalam dekapan nya.
"I love you" balas Lalisa.
~~~End~~~
Yeayyy tamat!!!! Kasih komentar kalian tentang cerita ini yahh😉😉😉
Thanks buat yang selalu nge dukung cerita ini
Di tunggu cerita selanjutnya okay
Bye see you😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Fiance
RomanceLalisa, Gadis 18 Tahun Yang Harus Menjadi Tunangan pria ber umur 30 tahun