BROTHER (2)

71 7 0
                                    

Kim seok Jin

Hari ini hari penting bagiku yang akan mengubah nasibku kedepannya. Aku bangun saat matahari belum menampakkan wujudnya. Entah kenapa tapi ini tak biasa, mungkin karena audisi itu dan juga hari ini adalah hari diadakan ujian di kampusku. Ini sungguh membuatku frustasi. Aku dihadapkan pada dua buah pilihan yang keduanya akan mengubah nasibku.
Aku terus mundar mandir memikirkan antara mengikuti Ujian atau mengikuti audisi...

"Arhgt......kenapa ini sulit sekali??"

Waktu terus berlalu begitu cepat, hingga tak terasa matahari mulai menampakkan dirinya. Aku pun mandi dan kemudian sarapan. Aku tinggal di busan ini hanya sendiri. Karena aku sekolah disini. Aku mengambil tas ranselku dan bergegas pergi ke kampus, aku terus saja memikirkan mungkin aku akan menyesal jika tak mengikuti audisi itu, tapi bagaimana dengan ujianku??
Akhirnya akupun menjatuhkan pilihanku pada audisi itu karena hari ini hari terakhir audisi. Aku pun berhenti di halte dan. Beralih pindah ke bus lain. Setelah sampai didepan gedung Big Hit Ent. Aku berusaha meyakinkan kembali jika pilihanku ini benar dan tak akan aku sesali. Aku duduk disebuah kursi di pojok ruangan yang sesak oleh manusia. Saat aku menatap sekitar, perhatianku teralihkan pada seorang pemuda yang baru datang dan mencari tempat duduk. Ia datang sendirian dan aku melihat ia datang hanya dengan membawa tekad yang besar. Akupun menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Annyeong, jeoneun Kim Seok Jin saramimnida" ucapku memperkenalkan diri.

"Ouh..Nee annyeong jeoneun Jeon Jungkook saramimnida"

Aku ingin menghilangkan rasa gugupku dengan cara berbincang bincang.

"Apa kau gelisah??" tanyaku padanya yang sontak membuatnya langsung terkejut.

"Eung....o..oh nee, aku sedikit cemas, tapi aku yakin aku akan berhasil karena ibuku sudah mendoakannku"

Mendengar ucapannya itu membuatku ingin tertawa karena ia nemasang ekspresi wajah yang membuatku geli. Namun, aku iri padanya, dia mendapat doa dari ibunya sedangkan ibuku, ibuku berada jauh dari sini. Aku mengikuti audisi ini tanpa seizin dari orang tuaku.

Tiba tiba seorang staf datang dan memanggil namaku. "Kim Seok Jin, giliranmu"

"Eoh....ini giliranku" ini sungguh membuatku gugup hingga keringat dingin membasahi tubuhku. Aku terus meniup niup tanganku yang terasa dingin padahal ini musim panas.

"Semoga beruntung" ucapnya padaku.

Saat aku memasuki ruang audisi, aku memperkenalkan diriku dan kemudian bernyanyi. Aku menyanyikan lagu yang berjudul Don't hesitate. Setelah selesai bernyanyi ternyata semua juri menyukainya. Dan akhirnya akupun diberi kesempatan untuk lolos dan akan menjalani masa training esok hari.

Aku keluar dari ruang tersebut dengan sungguh sungguh bahagia.
Aku tak percaya dengan semua yang telah terjadi, aku tak menyesali keputusan yang telah ku buat.

" Selamat ya" ucap lelaki itu padaku.
Tak lama berselang staf pun meminta lelaki yang bernama jungkook itu untu memasuki ruang audisi.

"Semoga berhasil,kook" ucapku memberi semangat padanya.

Aku masih disini menunggu jungkook keluar. Entah kenapa aku begitu ingin tau tentang dia, jadi akupun menungguinya.
Setelah lama menunggu, akhirnya dia pun keluar.

Bagaimana??" tanyaku pada jungkook
"Ya, aku berhasil...baiklah ayo kita pulang, besok kita harus kembali kesini bukan??" setelah itu, kami berdua pun meninggalkan ruangan dan menuju hakte bus.

"Hyung, bus ku sudah datang, aku duluannya" aku pun membalasnya dengan anggukan dan senyuman kecil.

Setelah ia pergi, tiba tiba seorang pria datng menghampiriku awalnya aku tak mengenalinya tapi semakin ia mendekat semakin aku mengenal wajah itu. Ternyata itu adalah dosenku Park Jung Hyun, yang mengadakan ujian hari ini. Aku pun membalikkan badanku dan mencoba menjauhinya tanpa disadari olehnya. Namun sial, ia menyadari keberadaanku.

"Seok Jin"
Sial....dia memanggil namaku. Mati aku mati. "Nee" akupun berbalik dan tersenyum padanya....berharap dia tidak bertanya kenapa aku tak mengikuti ujian.
"Kenapa kamu tak mengikuti ujianku hari ini?" sial mengapa ia tanyakan itu aku kira ia sudah lupa...
"Jwe sunghamnida. Pak maafkan saya, saya mempunyai audisi yang harus saya datangi. Saya dihadapkan pada 2 buah pilihan yang sama sama akan mengubah nasib saya, dan saya putuskan untuk mengikuti audisi itu. Maafkan saya pak" ujarku sembari memohon mohon supaya ia mau memaafkanku agar aku bisa masuk kelasnya lagi dan nilaiku pun takkan ada yang cacat.

"Jadi kamu pikir ujian saya itu tidak penting??". Pertanyaannya semakin kesini semakun memojokkanku.

" a..a..aniyo..bukan begitu maksudku e..e...bagaimana ya" tolong pak jangan tanyakan hal hal yang aneh.....

"Jadi bagaimana audisinya, apa kau lolos??" pertanyaan yang satu ini membuatku rada lega....aku kira dia akan memarahiku habis habisan sampai sampai aku tak boleh ikut kelasnya.

"W...W..woah..luar biasa pak, aku lolos dan besok aku akan melaksanakan masa training" ujarku meyakinkannya dengan memperlihatkan tiket lolos itu padanya.

"Woah..daebak seokjin daebak...bapak bangga sama kamu. Sebagai balasannya kamu boleh mengikuti ujian susulan, ets.....tapi ini khusus untuk kamu ok" ujarnya sembari merangkul tubuhku.

"Be...benar nih pak??"

Akhirnya keberuntungan datang padaku silih berganti mulai dari sekarang.
Kemudian aku pulang ke kamar kostku dan mempersiapkan hal hal yang akan aku butuhkan selama menjadi trainee big hit.

Pagi harinya aku berangkat menuju gedung Big Hit. Hari ini aku sedikit lega karena ini hari libur jadi aku tak perlu memikirkan tugas sekolahku lagi pun kurang dari 1 tahun lagi aku akan lulus.
Saat aku berjalan menuju gedung Big Hit, aku melihat seorang pria yang sedang tertunduk duduk di kursi halte. Aku mencoba untuk menghampirinya, melihat apakan dia baik baik saja atau tidak

"Hoah, hyung akhirnya kau datang aku sudah menunggumu dari tadi"
Sontak aku sedikit terkejut karena ia tiba tiba saja berbicara dengan keras.

"Kenapa kau menungguku?"

"Aish, hyung bukankah kemarin kita berjanji akan bertemu disini??" dia menjelaskannya dengan tingkah yang amat lucu.

"Mian, aku lupa" setelah itu kamipun bergegas masuk ke area gedung Big Hit.

"Kook, apa kau mau menjadi adikku?"

"Benarkah??"

"Tentu saja, aku tak memiliki adik jadi maukah kau?"

"Aku memiki kaka si, tapi dia selalu usil padaku mungkin kita bisa menjadi sodara"

"Baiklah" akupun mengacak ngacak rambutnya yang membuat wajahnya menjadi marah. Akupun sontak menjauh darinya dan tertawa terbahak bahak karena tingkahnya.

MY IDOL TO BE MY LOVE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang