I'm Seriously

69 8 0
                                    

Jeon jungkook.

Setelah berhadapan dengan appanya Jihye. Badanku rasanya mati rasa. Mulutku seakan terkunci. Rasanya seperti dimasukkan ke ruang sempit lalu kau diikat dan dipaksa minum racun. Setelah itu ruangannya di kunci. Seperti kau ingin melarannya mengunci pintu, namun kau tak memiliki daya. Mulutmu terkunci rapat.

"Jadi, apa maumu Jeon??" tanya appanya Jihye.

"Begini, appa juga tahu kami saling mencintai. Bukankah appa yang dulu merestui kami??"

"Benar, tapi kau sudah terlalu banyak menggoreskan luka dihati putriku."

"Appa aku tau aku salah tapi semua itu demu kebaikan Jihye. Aku ingin karirnya bagus, maka dari itu aku menjauhkannya dari berita-berita miring. Jika aku hanya mempermainkan Jihye saja, mungkin dari dulu aku akan memilih bersama Jessica. Tapi tidak appa, aku tetap bersama Jihye. Aku mencintainya appa,"

"Appa, Jihye mohon. Jangan lakukan hal seperti tadi lagi appa. Jika appa melakukan itu lagi, appa menyakitiku lebih dalam."

"Tapi appa ingin yang terbaik bagi kamu hye."

"Appa, jika appa ingin yang terbaik bagi Jihye, seharusnya appa membiarkan Jihye yang menentukannya. Janganlah appa mencampuri hubungan percintaan Jihye. Appa, Jihye minta tolong. Jangan pisahkan kami berdua." kini Jihye menangis sejadi-jadinya.

"Appa, biarkan kami menjalaninya appa. Jungkook tak bisa hidup tanpa Jihye. Jihye adalah kehidupan Jungkook appa."

Kali ini aku menggenggam tangan Jihye lebih kuat. Mencoba menyatukan kekuatan kami.

"Yeobo, biarkanlah mereka yang memutuskan. Menurutku, kita terlalu ikut campur dalam hubungan mereka. Kau tahu Jihye sangat mencintai Jungkook. Apa kau mau menyakiti hati anakmu sendiri??" kali ini eomma yang angkat bicara.

Appa menghela nafas panjang lalu mulai angkat bicara.

"Hari sudah larut, sebaiknya kau pulang Jeon. Biarkan appa memikirkannya."

"Appa, Jebal!!!" pinta Jihye.

"Hye, appa mu benar. Hari sudah larut. Aku harus pulang. Tapi ingat kepulanganku ini bukan berarti aku menyerah. Aku akan terus memperjuangkanmu."

"Jihye, tidurlah disini. Sudah lama kau tak tidur di sini. Ayo kita antar Jungkook ke depan."

Dengan air mata yang masih menetes dan dengan jalan yang tertatih- tatih, Jihye mengantarku kedepan.
Sebelum aku pergi, aku memeluk tubuhnya erat dan mencium puncak keningnya.

***

Sesampainya di apartemen aku langsung menjatuhkan tubuhku ke tempat tidur.

Sudah setahun, aku tak tidur di dorm. Percuma. Semua hyungku sudah memiliki istri, tapi aku. Aku malah masih memperjuangkan restu.

Aku melihat handphone ku dan melihat chatroom dari Jihye yang offline.

Tiba-tiba ada telpon masuk dari ibuku

"Nee eomma"

"Kook, kapan kau akan menikahi Jihye?? Kakakmu saja suah memiliki anak."

Ucapan ibuku membuat level prustasiku semakin tinggi.

"Ya, eomma aku sedang berjuang, eomma sabarlah. Jungkook sedang lelah eomma. Sudah dulu ya.."

"Tapi kau harus gerak cepat ya kook ya"

Aku pun langsung mematikan telponnya begitu saja.
Terserah kalian akan memanggilku anak durhaka atau apa.

Baru saja aku meletakkan telponku, ada lagi notifikasi telpon masuk.

"Nee eomma nee, Jungkook juga tengah memperjuangkan Jihye." ucapku spontan tanpa babibu.

"Hallo, Jeon ini appanya Jihye."

Hah?? Appanya jihye.

Sontak aku langsung menjauhkan benda itu dari telingaku dan melihat siapa yang menelponku. Benar saja, ternyata itu appanya Jihye. Mati kau kook, bisa-bisa kau tak apat restu.

"Eoh, jwe sung hamnida. Aku kira telpon dari ibuku."

"Yasudah, begini. Jika kau benar-benar mencintai Jihye aku serahkan semuanya kepada kalian."

"Ma...ma..maksud appa, appa merestui kami??"

"Iya Jeon asal kau tau menyakitiki putri sematawayangku."

"Eoh, ani appa ani. Aku janji akan membahagiakan Jihye. Aku Janji."

Setelah panggilannya terputus aku langsung kegirangan di kamarku.

Sungguh aku sangat seius tentang hal ini.

MY IDOL TO BE MY LOVE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang