SAD

146 11 2
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SHEIRA.

***

Hari ini adalah hari senin. Hari dimana Sheira akan mulai masuk ke sekolah barunya. Yap! Satu minggu yang lalu, Sheira selalu merengek tiap hari untuk pindah ke sekolah SMA Nusa Bangsa, sekolah yang terkenal dengan kata "unggulan". Sebelumnya, Sheira bersekolah di SMA 1 Pelita. Sekolah yang tidak kalah terkenal dan unggulannya dari SMA Nusa Bangsa. Padahal, kedua sekolah itu sama-sama sekolah milik keluarga Mahatma.

Tepat hari ini juga, Yona dan Arkan akan berangkat ke Singapura untuk menindak lanjuti pengobatan Yona. Rumah sakit di Singapura fasilitasnya sangat lengkap. Dari awal, Arkan sudah bersikeras untuk membeli seluruh rumah sakit khusus pengobatan kanker. Tapi Yona selalu melarangnya.

"Shei, nanti lo jangan malu-maluin yah. Abang-abang lo ini kan terkenal di sekolah. Nanti gimana kalau fans gue di sekolah jauhin gue? Oh no!" Cercah Refan.

"Jadi kamu lebih mentingin orang lain dibanding adik kamu sendiri, Refan?" Tanya Yona dengan mata yang sedikit memicing.

"Yaa gak gitulah mamaku sayang,"

"Awas yaa kalau sampai adikmu tidak nyaman sekolah disana!"  Tegas Yona.

Sheira ingin tertawa keras mendengar teguran Yona kepada Refan. Namun ia ingat pesan mamanya untuk tidak boleh ribut di depan makanan. Jadilah ia hanya menanggapi dengan senyum devil yang sama sekali orang tidak mengerti.

"Ma, kenapa ya, kali ini Sheira tuh berat banget liat mama sama papa mau pergi? Kaya gimanaaa gitu. Sesak, sedih, sakit hati, atau apalah itu namanya. Sheira ikut aja deh ma. Yaaaaa, Sheira gak bisa nih jauh dari mamaa.." Kata Sheira merengek.

"Hei. Kamu jangan berfikiran aneh-aneh dong sayang. Ini kan hanya mau ketemu sama klien papa kamu disana. Beliau datang jauh-jauh loh dari Jerman. Doakan saja yang terbaik untuk mama dan papa. Doakan mama sama papa sehat selalu. Lagipula kamu kan sekolah sayang. Ini keinginan kamu loh untuk pindah. Masa hari pertama kamu gak masuk sih,"

Sheira menggerutu kesal dan cemberut. Sheira lantas memeluk Yona dalam, "Enggak mah. Sheira ga berfikir aneh-aneh kok. Sheira juga nggak tau kenapa perasaan Sheira kaya gini mah. Ini juga gak kaya biasanya kalau papa sama mama mau pergi keluar kota, bahkan keluar negeri."

Sejak tadi, Reza dan Arkan hanya diam. Senyum dan suara mereka pun tidak ada. Mereka berdua hanya fokus pada makanan yang ada dihadapannya.

"Papa juga nih sama bang Reza kenapa diam aja sih dari tadi?" Tegur Sheira dengan nada cemberut.

"Kamu butuh sesuatu dear?" Tanya Reza lembut.

"Ga bang,"

"Woi Sheira! Ribut banget elah. Papa sama bang Reza emang gitu orangnya. Buruan makan. Ntar kalau lama, lo gue tinggal," Tegur Refan.

"Berani?" Tantang Sheira.

Yona paham betul apa yang membuat anak sulung dan suaminya itu diam. Yona juga sudah bercerita kepada Arkan perihal pembicaraannya dengan Reza semalam. Tentu saja Arkan sangat terpukul. Ia merasa tidak becus menjaga keluarganya.

"Sudah-sudah. Sekarang kalian bertiga berangkat gih! Nanti kalian telat,"

"Yah padahal Sheira tuh masih mau di dekat mama," Kata Sheira yang memeluk Yona.

SHEIRA [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang