MANIS

49 5 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SHEIRA.

Terlalu banyak orang memainkan perannya dengan baik.

***

Menjadi anak perempuan satu-satunya, membuat Sheira sering kali merasa kesepian. Itu tidak dirasakan hanya sekali. Anehnya, ini terjadi baru beberapa bulan yang lalu. Sejak Arkan dan Yona pergi, entah sepenting apa urusan mereka, yang jelas mereka belum pernah pulang ke rumah.

"Non, non butuh sesuatu? Biar bibi ambilkan," Kata Bi Inah tersenyum saat melihat majikannya menatap kosong ke arah taman. Wajar Sheira seperti itu. Ini adalah weekend. Sudah menjadi kewajiban keluarga Mahatma untuk berkumpul bersama.

Sheira tersenyum sendu, "Enggak ada bi. Makasih."

Bi Inah mengangguk, "Non bisa panggil bibi atau maid yang lain kalau non butuh sesuatu. Bibi lanjut kerja ya non,"

Sheira mengangguk.

"Aku coba telfon papa deh. Kali aja diangkat," Kata Sheira penuh harap.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi,"

Sheira menghembuskan nafasnya kasar. Untuk kesekian kalinya ia mendengar operator berkata seperti itu setiap kali dirinya mencoba menghubungi, Arkan.

"Good Morning princess abang," Ucap Reza lembut mencium kening Sheira.

"Abang mau kemana?" Tanya Sheira datar.

"Abang mau ke--" Belum selesai Reza berbicara, Sheira langsung memotong apa yang ingin Reza katakan.

"Bang Defan sama bang Refan kemana? Mereka berdua nggak mungkin kan ngurus perusahaan. Belum waktunya. Sebenarnya, apa sih yang kalian sembunyiin dari Sheira?!" Tanya Sheira dengan nada suara setingkat lebih tinggi. Ia sudah tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Ia rindu dengan keluarganya yang dulu.

"Sepenting apa urusan kalian? Sampai kalian semua lupa kalau ada Sheira di rumah nunggu kalian pulang. Ini sudah terlalu lama, abang," Lirih Sheira yang berusaha menahan air matanya.

"Oke Sheira tahu ini untuk kebaikan Sheira. Sheira tahu itu. Tapi Sheira lebih milih hidup dalam kemiskinan, asal keluarga Sheira selalu ada di samping Sheira. Bukan hidup seperti ini yang Sheira mau," Pertahanan Sheira runtuh. Air matanya lolos begitu saja.

Reza meraih Sheira ke dalam pelukannya. Memeluk adik kesayangannya begitu erat. Jujur, dirinya juga tidak ingin ada dalam keadaan seperti ini.

"Sayang, lihat abang," Kata Reza memegang lembut kedua pipi Sheira. "Jangan berfikiran seperti itu. Ada atau tidak adanya sesuatu yang disembunyikan dari kamu, jangan pernah berfikir kita semua tidak memikirkan kamu. Bahkan, nyawa sekalipun akan abang berikan, asal kamu tetap bahagia. Senyum kamu sumber kebahagiaan Mahatma. Jadi abang mohon, jangan sedih lagi seperti ini,"

"Abang mau ngabulin permintaan aku?"

"Seribu permintaan yang kamu minta pun, akan kakak akan kabulkan," Jawab Reza tersenyum.

"Sheira mau, nanti malam kita makan sama-sama. Ada papa, mama, bang Reza, bang Defan juga bang Refan. Gimana?!"

DEG! Itu tidak mungkin. Bukan Reza tidak bisa mengabulkan permintaan Sheira. Hanya saja..

SHEIRA [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang