PASAR MALAM

116 8 2
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SHEIRA

***

Setelah kejadian kemarin, Defan dan Refan lebih overprotektive pada Sheira. Tidak boleh kesana, tidak boleh kesini, kecuali salah satu diantara mereka menemani Sheira. Yang Defan dan Refan herankan, Lisa dan teman-temannya yang lain benar-benar jatuh miskin. Padahal mereka belum melakukan apa-apa. Atau ini karena Reza abangnya, atau karena papa dan mamanya?

Kepala Sheira masih sakit. Terkadang, meski Sheira meringis pelan, kedua abang kembarnya datang dalam hitungan detik. Sejujurnya, Sheira menganggap kalau ini adalah hal yang begitu menggemaskan. Defan digilai perempuan sampai segitunya. Padahal, Defan sendiri jarang terbuka soal kisah asmaranya. Berbeda dengan Refan, yang merocos tiada henti saat ia sedang tertarik pada seorang cewek. Itupun tidak bertahan lama.

Sheira dengan rambut yang terurai, mata coklat dan berkulit kuning langsat itu tengah sibuk memainkan telfon genggamnya. Ia begitu merindukan seseorang yang sudah kurang lebih satu bulan tidak pernah menghubunginya. Rumah terasa sepi, sangat. Meski ada saja kegaduhan yang dilakukan oleh si kembar, Defan dan Refan. Entah kenapa, kakak sulungnya pun hanya pulang sekali seminggu.

"Abaang, mama sama papa kok gak pernah hubungin kita? Ini udah hitungan sebulan lo," kata Sheira dengan raut wajah sedih.

"Sheira, lo harus sabar. Mama sama papa sibuk itu buat lo, buat kita. Huh kita mana mungkin bisa hidup enak kaya gini kalau bukan karena kerja keras mereka," jelas Refan.

Saat ini, ketiganya sedang qualitytime di ruang keluarga.

"Iyaa, Sheira ngerti itu. Tapi Sheira udah kangen banget sama mereka. Bang Reza juga udah jarang di rumah. Kenapa sih semuanya jadi kaya gini," lirih Sheira.

"Belajar nerima keadaan. Adik gue bukan orang lemah. Berfikir positif. Semua pasti baik-baik aja. Apa lo lupa janji papa? Kita bakal liburan akhir tahun ke Paris, sesuai permintaan lo. Jadi lo nggak boleh mikir yang enggak-enggak. Janji sama gue?" Kata Defan berusaha menenangkan Sheira.

"Tapi mereka bertiga emang bener gak kaya biasanya. Aneh banget, sumpah. Apalagi bang Reza. Lo tau sendiri kan Def, bang Reza itu paling gak bisa jauh dari Sheira," Jelas Refan.

"Eh curut. Bukannya ngehibur malah memperkeruh suasana. Terus? Gue tau alasan mereka gitu? Gak lah bego. Gue juga sama bingungnya," Kesal Defan, "Udahlah, Muka lo gak usah ditekuk kaya gitu dong. Udah jelek malah keliatan lebih jelek lagi loh," Kekeh Defan mencubit gemas pipi Sheira.

"Ish abang! Sakit tau nggak!" Kesal Sheira. Kenapa sih, enggak papa, mama, bang Reza, bang Defan, bang Refan, semua hobi mencubit pipi Sheira.

"Aha! Gue punya ide. Gimana kalau kita jalan? Udah lama juga kan kita gak jalan bertiga," Ajak Refan penuh semangat.

"OH BIG NO! Ini udah malam. Angin malam nggak baik buat tubuh," Kata Defan penuh penolakan.

"Yeee si rambut kuda! Yang bilang ini pagi siapa? Lo kalau mau ngomong mikir dulu lah dikit. Pantes aja nilai matematika lo itu selalu di bawah gue" Kekeh Refan.

"Dan pantes juga nilai biologi lo nggak pernah nyentuh nilai rata-rata," ucap Defan tersenyum Devil.

"Nggak usah bangga. Itu karena lo lagi beruntung aja sih," kata Refan.

SHEIRA [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang