PERUSAK

93 8 1
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SHEIRA.

Komen yaa kalau ada typo wkwkwk

***

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Namun, belum ada tanda-tanda Sharga datang menemui Sheira. Hubungan Sharga dan Sheira kian hari kian dekat. Pagi tadi, Sheira bertemu Sharga di parkiran sekolah dan berkata agar Sheira jangan ke kantin sebelum Sharga datang ke kelasnya.

Kabar kedekatan mereka sudah terdengar seantero sekolah. Lalu apa boleh buat, tak ada yang berani menegur mereka atau bahkan memberi pelajaran pada Sheira. Tentang Lisa, perbuatannya sudah diketahui orang banyak. Dan itu jadi salah satu alasan tidak ada yang berani macam-macam pada Sheira.

"Shei, lo gak usah nungguin kak Sharga. Jam istirahat udah hampir kelar ini. Nanti maag lo bisa kambuh," Kata Hanin yang sudah beberapa kali menghentakkan kaki kesal. Bukan karena apa, Defan sudah berpesan pada Hanin untuk Sheira jangan sampai telat makan.

"Ihh Hanin, gapapa. Tunggu bentar lagi. Kak Sharga nyuruh gue nungguin dia di kelas, ingkar janji tuh ga baik. Lo duluan aja deh kalau gitu," Kata Sheira nyengir.

"Astagfirullah. Gue udah hampir mati kelaparan karena lo maksa di temenin, terus sekarang lo nyuruh gue duluan? Tau gitu udah dari tadi gue pergi,"

"Dih ga usah ngambek-ngambek kaya gitu. Tar lo cepet tua, gue ga restuin lo sama Defan," Kata Sheira. Sejak mereka kenal, Hanin sering curhat soal perasaannya kepada Sheira. Namun Sheira tidak bisa memastikan perasaan Hanin akan terbalaskan. Defan orangnya tertutup. Lain cerita kalau Defan sudah bercerita pada Sheira, artinya cewek itu spesial buat Defan.

Hanin acuh tidak menanggapi perkataan Sheira. Meski begitu, ia tetap peduli dan memilih menunggu Sheira di kantin. Ia pun berjalan menjauh meninggalkan Sheira yang masih celingak celinguk mencari keberadaan Sharga.

Sebenarnya, perut Sheira sudah meronta untuk di isi sejak bel pertama tadi. Tapi entah kenapa, ia tetap kekeuh untuk menunggu Sharga.

"Sheira gue mana?" Tanya Refan begitu melewati meja yang Hanin tempati bersama siswi yang lain.

"Udah punya hak milik lo?" Ujar Alex.

"Tau nih," tambah Raka, "Kalau gue jadi Sheira, ogah gue punya abang kaya lo."

"Untungnya Sheira bukan lo, rak. Kalau dia lo, gue lebih ogah punya adik modelan kaya lo," kata Refan tak mau kalah.

"Nah bagus tuh! Lawan Ref, lawan!" Ujar Alex antusias.

"Lo ada dipihak siapa sih bego?" Tanya Raka sinis pada Alex.

"Ke yang berduit lah," jawab Alex mantap.

"Bangsat. Gue ga terima tebengan lagii,"

Alex menepuk keningnya. Kenapa sampai ia lupa kalau ia dirinya ke sekolah sama Raka?

"Diem kan lo," ucap Raka jengah.

Defan memutar bola matanya malas, lebih baik kalau dirinya saja yang bertanya, "Sheira mana?"

Hanin tersenyum kikuk, "Dia nungguin Sharga kak,"

"WHAT?" Ucap Refan bersuara tinggi, "Ngapain adik gue nungguin si kulkas? Terus sekarang si kulkas kemana? Kenapa mereka belum muncul ke permukaan?" Tanya Refan bertubi-tubi.

SHEIRA [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang