KENYATAAN YANG HARUS DITERIMA

90 9 3
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SHEIRA.

***

"Misi-misi, akuu bawa air panas nih! Tar kalau nih air jatuh kena badan kalian, kan repot," Teriak Sheira yang sedang membawa dua mangkok bakso untuk dirinya dan juga untuk Hanin. Saat ini mereka berada dikantin megah milik sekolahnya. Sebenarnya, meski Sheira tidak seperti itu, semua orang akan memberikan jalan padanya.

"Wahh Sheira. Ini bisa masuk dibeberapa keajaiban dunia. Btw makasih yah udah mesenin gue. Kesambet apaan sih lo? Hehehe," Kekeh Hanin.

"Huhh. Bilang makasih kek, apa kek. Lagian, yakali kamu terus yang ngambil. Gantian dong beb," Senyum Sheira. Hanin terkekeh pelan.

Seperti biasa, Lavenger selalu menjadi pusat perhatian saat mereka memasuki area kantin. Entah kenapa, ke lima cowok tersebut membawa kharisma tersendiri. Dan yang paling menjadi pusat perhatian, adalah Sharga. Orang yang berperawakan dingin dan acuh terhadap sekitar, kecuali teman-temannya dan kepada orang yang ia anggap spesial.

"Eh..eh.. anak Lavenger tuh. Ganteng-ganteng banget, sumpah,"

"Gilaa. Ganteng banget sih merekaa,"

"Aduh kak Sharga bikin gue ga fokus makan nih,"

"Dih alay banget tau ngga! Kaya cacing kelaparan aja," Cibir Sheira.

"Hahaha tumben lo nyinyir Shei," Kekeh Hanin.

"Kupingku tuh panas tau gak dengarnya. Astaga, ups! maafin Sheira Ya Tuhan," Kata Sheira yang menutup mulut tidak percaya atas nyinyiran yang ia lontarkan. Yona melarang keras Sheira melakukan hal seperti yang baru saja ia lakukan. Ah jadi kangen mama sama papa.

"Hai cewek-cewek cantik. Boleh gabung disini kan?" Tanya Alex dengan kedipan mata kepada Hanin dan Sheira.

"Mata lo minta dicolok ya lex," Tukas Refan.

"Weleh-weleh, galak bener adiknya digodain," Kata Alex.

"Ganjen lo! Gue kasih tau Fani,  mati kutu dah lo," Tukas Raka.

"Lo mau makan?" Tanya Refan pada Sheira.

"Enggak bang, Sheira mau baca buku," Kata Sheira memutar bola matanya kesal. "Ya iyalah. Yakali di kantin cuma duduk melongo doang,"

Defan, Raka, dan juga Alex berusaha menahan tawa karena ucapan Sheira. Berbeda dengan Sharga, hanya merespon dengan hembusan nafas panjang.

"Jutek bener dah adik manis gue. Eh Def, bayarin yah. Gue lupa bawa dompet soalnya, hehe," Kekeh Revan. Walaupun sekolah ini milik orangtuanya, bukan berarti ia bisa seenaknya.

"Kebiasan lo, burik," Kata Defan judes. Ini bukan kesekian kalinya Refan lupa bawa dompet. Dan yang akan kena imbasnya, adalah Defan.

"Gue burik, lo juga dong. Kita kan kembar. Hahaha," Jawab Refan disertai tawa yang menggelegar.

"Gak lucu, tolol," Kesal Defan.

"Lo berduaa beranteeemm mulu! Gak malu sama umur?!" Kesal Alex.

"Ngaca!" Balas Refan.

"Aduh kakak-kakak Sheira yang imut-imut ini, daripada kuping aku dan Hanin makin panas, gue balik ke kelas deh. Ohiya, karena sangat kebetulan abang Defan disini, sekalian makanan aku sama Hanin dibayarin juga yah. Dadah abang! I love you," Kata Sheira yang langsung lari kecil meninggalkan kantin, diikuti Hanin di sampingnya yang hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

SHEIRA [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang